Empat

100 12 1
                                    

Empat: Banci!

Duniaku gelap. Sebentar, coba aku buka mata. Baiklah, duniaku sekarang sudah normal, hanya saja sedikit berputar. Rangkaian kejadian sebelum mataku tertutup ini adalah, Kevin melempar bola, blablabla, tiba-tiba bola tersebut menghantam telak kepalaku. Apa yang terjadi dalam 'blablabla' tersebut? Hh, entahlah, lagipula aku sudah sadar, tidak perlu memikirkan kronologis kejadian yang sudah lalu. Sebenarnya, ada satu hal yang membuatku heran, aku tidak berbaring di kasur UKS, tidak ada tirai yang membatasi tempat aku seharusnya tidur, tidak ada segelas air minum di sebelahku.

"Udah sadar kamu." Gumam sebuah suara, suara yang membuatku ingin pingsan lagi saja.

Tapi akhirnya, aku tetap menanggapi--walaupun tidak benar-benar berkesinambungan dengan kalimatnya. "Gue dimana?"

"Aula lama." Jawabnya.

Aku menutup mata dengan lengan kanan, berusaha agar tidak terkena cahaya matahari langsung yang menerobos lewat jendela kusam dekat langit-langit karena tertutup debu. "Kenapa disini?"

"UKS-nya penuh, lagian kamu harus berterimakasih karena jauh dari para fans disana."

Aku menghela napas, "Terserah."

Orang disebrangku ini terkekeh, "Nggak nyambung."

"Bukan urusan lo."

Butuh keheningan cukup lama sampai orang disebrangku ini membuka percakapan lagi. "Kepala kamu anehnya nggak kenapa-napa." Ujar Nabila, orang yang daritadi duduk tidak jauh dariku tidur. "Anehnya?"

Nabila mengedikkan bahunya, "Ya aku kira kamu bakal gegar otak, muntah, mimisan, koma." 

"Semoga hal-hal itu berbalik ke--"

"Kamu!" sambung Nabila sedikit panik. 

Lalu, diam lagi. Ah, aku benci suasana hening seperti ini. Tapi aku juga tidak ingin lama-lama berbicara dengan alien bernama Nabila. Ia kembali buka obrolan, "Aku cuma dikasih perintah buat nungguin kamu sampe sadar," katanya lantas bangkit, "jadi aku pergi dulu. Dah!" tambahnya lantas berjalan ke pintu aula lama yang menjadi tempat latihan taekwondo setiap pulang sekolah. Aku menatap punggung orang itu, hingga pintu aula terbuka dan ia membalikan badan, "Ohiya, sama-sama Geraldi." Setelah itu, pintu tertutup bersama dengan hilangnya gadi--alien tadi, meninggalkanku sendiri di dalam aula lama yang... Ehem, cukup... Tua. Mm, maksudku cukup ya... Kusam.

Tidak begitu buruk, kok.

Aku buru-buru bangkit, tidak peduli dengan kepala yang tiba-tiba terserang sakit sehabis kena hantam. Semakin dekat aku dengan pintu aula, semakin kuat rasa geli yang terus singgah di bagian punggungku. Sekarang waktunya memakai keahlian yang sudah aku punya semenjak SD. Menjadi ninja. Buka pintu dengan tangkas, keluar dengan gesit dan menutupnya cepat namun halus sehingga tidak ada bunyi terdengar. 

Setelah bergabung ke wilayah sekolah yang lebih ramai, aku menghembuskan napas lega. Benar, aula itu terasa... Sera--kusam.

***

Hanya tersisa 2 pelajaran lagi hari ini, tapi sepertinya kesialanku saat olahraga tadi bisa jadi alasan untuk pulang. Benar saja, sekarang aku sudah berdiri di hadapan guru piket sambil menunggunya selesai menuliskan surat izin. Cukup sulit untuk menahan bibir agar tidak melengkung ke atas sekarang. 

"Ini, Rei." kata guru piket yang belum pernah aku lihat sebelumnya. 

"Makasih bu." 

Sebagai pembunuh waktu dalam 2 mata pelajaran terakhir, aku bergegas ke toko kaset yang hanya butuh 15 menit perjalanan dari sekolah. Sesampainya disana, aku buru-buru masuk sambil berdiri di depan kasir, menunggu petugas yang biasa melayaniku semenjak aku pindah ke kota ini datang. "Eh Rei!" sapa petugas toko kaset ini, Rivan namanya. Umurnya 1 tahun lebih tua, menjadi penjaga toko kaset karena ia harus menabung untuk biaya kuliahnya tahun depan. Singkat cerita, tahun ini ia tidak diterima di universitas negeri. Singkat cerita lagi, ia tidak akan kuliah jika bukan di negeri karena biaya swasta lebih mahal.

"Ada kaset baru nggak?" 

"Zombie, hantu, romance, agak vulgar," jawabnya santai. 

Saat itu, pintu toko terbuka, ada seorang... Ah, sepertinya aku harus pergi sekarang. "Riv, gue pengen ke toilet dulu nih. Bentar ya," ujarku lantas buru-buru menghilang dari tempat kasir. Toilet disini tidak cukup besar, memang. Hanya terdapat 2 bilik untuk laki-laki dan aku tidak pernah tahu berapa bilik untuk perempuan. Aku menarik napas panjang lantas menghembuskannya pelan, sebagai latihan untuk mengurangi kecepatan detak jantung ini. 

Sedikit aku buka pintu toilet, mengintip ke kasir. Rupanya orang itu sudah tidak ada. Tidak lama, sosok orang yang sama kembali muncul, kali ini tepat di depan pintu yang sedikit terbuka karena aku melihat lewat celanya.  "WAAA!!" aku berjalan menjauhi pintu, sedangkan ia mulai masuk. Aku sudah tidak aman.

Sosok mengerikan itu melihatku dengan ekspresi geli. "Permisi mas ganteng, saya mau pipis." Katanya seraya ia berjalan mendekati salah satu bilik. Aku berjinjit berusaha sebisa mungkin agar ia tidak menyentuh badanku saat lewat. Tapi sial, jari orang itu mencolek daguku sambil terkekeh bak nenek sihir. 

Aku meringis ngeri sambil berlari ke kasir, peluh keringat di dahi dan leher tidak berhenti keluar, Rivan yang daritadi membaca gelagatku terus tertawa puas. "Di apain aja sama dia?" tanya Rivan di sela tawanya. Aku mengatur napas agar kembali normal, masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi, lantas menggeleng pelan sebagai jawaban untuk Rivan. "Tapi seenggaknya dia masih ngerasa normal, buktinya tetep ke toilet cowok," ujar Rivan kalem.

"Atau mungkin dia udah ngeliat gue."

Rivan kembali tertawa, "Bisa jadi."

"Tolong simpenin film zombie baru. Apa aja, nanti gue ambil hari Jum'at sekalian bayar." pintaku sambil melihat ngeri ke arah pintu toilet yang knopnya sedang diputar. 

Aku harus cepat pergi darisini. "Deal? Jangan ada yang beli kaset gue!" Ujarku buru-buru saat pintu toilet sudah mulai terbuka. Tepat pintu toilet benar-benar terbuka, aku sudah berada di luar toko, berusaha pergi secepat-cepatnya. 

Dan ya, sosok mengerikan tadi adalah banci. 

Aku takut banci.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unknown ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang