Chapter I - Tak bisakah aku tidak menyusahkan orang lain?

31 4 5
                                    

***

Ya...

Ini salahku...

Aku tak bisa apa apa, aku tak bisa melakukan apa apa, hanya diam terbujur kaku dan merasa tak percaya apa yang baru saja aku lihat.

Orang orang yang melihatnya pun langsung bergerak menuju Kuina karena dia sungguh butuh pertolongan, sedangkan diriku? Hanya melihatnya. Bodohnya aku.

Aku pun mengikuti rombongan orang orang yang membawa Kuina ke rumah sakit. Ya, dia baru saja tertabrak mobil karena diriku memanggilnya saat dia akan menyebrang jalan.

Aku merasa bersalah, aku akan menemani Kuina sampai dia benar benar sadar, lalu aku akan meminta maaf...

Apa minta maaf saja itu cukup? Entahlah aku tidak tahu itu... Aku... sudahlah.

...

Aku terbangun dan hari sudah sore, aku lupa kalau aku sedang dirumah sakit, dan parahnya aku tidur disamping ranjangnya Kuina, dan ketika aku membuka mataku, ternyata Kuina sedang duduk bersender di ranjangnya.

"Selamat pagi..." sahut Kuina, sungguh aku tak tega mendengar suaranya, suaranya sedikit lemas.

"Selamat pagi? ini sudah sore." Jawabku sedikit bergurau.

"Memangnya tidak boleh ya?"

"Hehehe boleh sih."

"Terimakasih yaa, dan maaf membuatmu menemaniku disini." Raut wajahnya seolah dia bersalah padaku. Tapi hey, apa apaan, aku tidak mau menerima ini, harusnya aku yang meminta maaf.

"Hah? Kau tak perlu mengucapkan itu, harusnya aku yang..." aku tersentak ingin menangis.

"Aku yang... yang... meminta maaf." lanjut ucapku.

"Untuk apa? Ini salahku karena aku tidak memperhatikan jalan." Jawabnya menyangkal.

"Tidak tidak, ini salahku karena memanggilmu ketika kamu hendak menyebrang jalan." Aku tidak mau dia menyangkalnya lagi, cukup. Ini murni kesalahanku.

"Hmm begitu ya..."

"Iya... Maafkan aku."

"Iya tak apa" dia mengelus kepalaku, huaa aku seperti anak kecil, tapi tak apa.

"Apa ada yang luka parah? Kalau bisa aku akan menginap disini denganmu."

"Eeehhh... tidak usah, aku bisa disini sendirian, lagipula kamu besok harus sekolah Aya, pulanglah, ini sudah sore, kau belum mandi. Jorok" sambil menutup hidungnya dengan kedua jarinya.

Aku pun berpikir demikian, aku memang harus pulang tak perlu memaksakan diri di rumah sakit untuk menemani Kuina, lagi pula dia harus istirahat. Aku sangat lega bahwa dia tidak tidak terluka parah.

"Uhmm... baiklah, sepertinya aku memang harus pulang hehe." sambil menggaruk belakang kepalaku.

"Oh iya... tadi Yamada mencarimu pas aku mau pulang dari kampus." aku hampir lupa mengatakan ini.

"Oh, begitu ya..." ekspresi Kuina tak ku duga, bukannya tadi pagi dia senang waktu diajak jalan kemarin sore? Aku tak tau apa yang sudah terjadi tadi pagi setelah kita berpisah.

"Eh? Hanya itu?" Tanyaku.

"Apanya?" Heran dia.

"Apa kau tidak senang di cariin yamada?"

"Senang sih..." dia menunduk.

"lah kok 'sih'? ada apa? cerita padaku ayo, kalau tidak aku gak mau pulang." Paksa ku padanya biar aku tau ada apa diantara mereka berdua.

EmptyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang