Pergi

44 1 0
                                    

       "Ini nggak semudah bayanganmu. Kata-kata itu kerap kali muncul ketika seorang mengalami kesedihan teramat dalam."

       Lia terbangun dari tidurnya. Matanya sembab setelah menangis semalam. Sampai Ia tertidur pulas. Mungkin tidur adalah cara Tuhan untuk mengistirahatkan hati yang sedang pilu. Persis seperti hati Lia saat ini. Bagaimana tidak, ketika seseorang yang amat dekat dengannya pergi begitu saja.
       Waktu itu, jam menunjukkan pukul 20.00 p.m. Tepatnya malam ultah Lia. Kak Ozil mengetuk pintu kamarnya.
"Lia.." panggilnya
"Ada apa kak?" sahut Lia, sembari membuka pintu kamar.
"Lagi sibuk nggak?" tanya kak Ozil seperti ada maksud tertentu.
"Nggak kok"
"Ayok ikut kakak!!" pintanya, seraya menarik tangan Lia.
"Ehh mau kemana?"
"Udah ikut aja. Nanti kamu bakal tau kok." pintanya lagi, dan tetap menarik tangan Lia.
"Bagaimana dengan mama papa? Lagian ini juga udah larut malam." tanya Lia sedikit melotot.
"Udah tenang aja. Semua beres!!"
"Aagh kakak.."
       Lia sedikit penasaran dengannya. "Tidak biasanya kak Ozil mengajakku sekedar berjalan malam." gumam Lia. Digenggamnya tangan lembut Lia. Dan mereka berjalan berdampingan. Seperti layaknya seorang kekasih.
       Lia kerap kali bertanya " Mau kemanakah kita?". Sesekali kak Ozil menjawab "Nanti kau akan tau." Saat itu Lia memutuskan untuk tetap diam.
       Kira-kira setengah jam, sampailah mereka di tepi hutan. Langkah Lia terhenti. Kak Ozil menoleh ke arah Lia. Dua kontak mata saling bertatapan. Suasana sejenak menjadi sunyi. Dan seketika itu..
"Mau kemana kita? Kenapa aku bisa berada disini? Kenapa kau tak mau memberitahuku? Ada apa denganmu?" tanya Lia kesal.
       Kak Ozil kaget mendengar celoteh Lia. Ia tak percaya Lia akan semarah itu padanya. Memang sengaja kak Ozil tidak memberitahu Lia sebelumnya. Karna ia berharap bakal jadi kejutan buatnya.
"Nggak mungkin kak Ozil berniat jahat sama Lia. Kak Ozil kan sayang Lia" terangnya sambil tersenyum.
       Lia malu sendiri. Ia berfikir kakaknya akan mencelakainya. Lia jadi nyengir sendiri. Kak Ozil tertawa melihat tingkah lucu adiknya yang satu ini. Ia mengacak-acak gemas rambut Lia. Rambut Lia yang tertata rapi, jadi sedikit berantakan.
"Aagh kakak.." ucap Lia tersenyum simpul.
       Merekapun melanjutkan perjalanan dan berjalan memasuki hutan. Semua fasilitas sudah disiapkan terlebih dulu. Mulai dari senter dan tas ransel yang dibawa kak Ozil. Kak Ozil bisa menjamin semua akan aman.

       Sementara Lia yang tidak tau menau, ia hanya memakai piyama dan bahkan tidak membawa barang apapun. Bagaimana bisa prepare, rencana apa yang dibuat kak Ozil saja Ia tidak tau. Memang sengaja kok kak Ozil tidak memberitahunya. Huufftt..
       Sekitar 15 menit sampailah mereka di sebuah bukit. Pemandangan kota terlihat indah dari atas bukit. Lampu kota berkelap-kerlip. Langit dipenuh bintang-bintang yang berpijar seiringan. "Indah.." gumam Lia. Semilir angin malam mengirimkan suasana sunyi. Ditambah dinginnya malam itu membuat tubuh Lia sedikit menggigil. Saat itu suhu dibawah 10° celcius. Dilingkupkan kedua tangan Lia. Kak Ozil melepas jaket dan dipakaikan ditubuh Lia.
"Kau tak kedinginan?"
"Kau yang kedinginan." bisik kak Ozil lirih.
       Lia membalas senyum. Kak Ozil tak sedikitpun membalas senyum kearahnya. Kak Ozil memalingkan pandangan. Ia tak ingin Lia tau, kalau ia sedang menahan dingin.
       Langit siang terang. Karna mentari menyinarinya. Tat kala malam langitpun perlahan gelap. Namun cahaya bulan, bintang-bintang dilangit serta lampu-lampu sepanjang jalan dan rumah-rumah membuat malam menjadi menyala indah. Ya, semua itu karena cahaya.
"Bukit yang indah" Lia bergumam lagi.
"Ini belum seberapa Lia. Kau ingin tau sesuatu yang lebih indah dari ini?" tanya kak Ozil.
"Apa?"
"Ikutlah denganku" pintanya dengan menarik tangan Lia.
       Kak Ozil berjalan ke tengah bukit, dengan digandengnya tangan Lia.
"Apa yang lebih indah dari ini?" tanya Lia lagi dengan sedikit melotot.
       Ditariknya tangan Lia. Dilingkarkan tangan Lia dibahunya.
"Kita akan berdansa malam ini. Akan kutunjukkan keindahan itu. Itupun jika kau bersedia.." ucap kak Ozil.
"Baiklah"
       Mereka berdansa. Lia melihat keindahan itu. Benar-benar melihatnya. Ia tak pernah melihat ini sebelumnya. "Sungguh menakjubkan" Lia tersenyum.  Banyak kunang-kunang berterbangan menghiasi malam. Bagi Lia tak ada yang bisa mengalahkan keindahan malam itu. Bahkan saat mereka berpindah sisi, ia masih saja melihatnya. "Sungguh menakjubkan" gumamnya lagi. Dirangkulnya tubuh mungil Lia. Dilingkarnya tangan Lia kebahunya. Kak Ozil tersenyum padanya. Iapun membalas senyuman. Dua kontak mata saling menatap. Lia menatap dalam mata kak Ozil. Disana ia dapati sebuah cahaya yang sedikit redup. Entah kesedihan apakah yang dipendamnya. Lia pun tak tau.
"Kau ingat lagu yang sering kita nyanyikan sewaktu kita kecil?" tanya kak Ozil.
"Emm ingat."
"Bagaimana kita berdansa dengan sedikit nyanyian?" ucap kak Ozil tersenyum.
"Boleh juga.." sahut Lia membalas senyum.

Dalam lamunanku menerawang jauh
ke masa lalu masa kecil kita yang lucu

Tiada ku jemu semua ulah tingkahmu
juga candamu yang sederhana menggodaku

Engkau selalu ada hadir membawa cinta
slalu ada untukku

Slalu ku rindu sebersit senyum itu
yang nakal lucu pelipur disaat sedihku

Lalu katamu kau akan menjagaku
hingga tiada yang akan datang menggodaku

Engkau selalu ada hadir membawa cinta
slalu ada untukku

Walaupun kini kita tlah beranjak dewasa
namun tiada jua
merubah kasih cuntamu perhatianmu
kepada diriku

Engkau selalu ada hadir membawa cinta
slalu ada untukku

#BERSAMBUNG..
Maaf ceritanya belum selesai. Jangan bosan-bosan ya baca ceritanya..😊

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 26, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ketulusan HatiWhere stories live. Discover now