MALU?

10 0 0
                                    


Keira mendesah pelan, setelah kejadian tadi di kelas maupun di kantin banyak siswi yang melihat dengan sinis padanya. Apa karena ia pacaran dengan Arwan?

"Ih masih cakepan gue juga."

"Kok ceweknya jelek ya, kurus lagi?"

"Gak pantes kalo disandingin sama Kak Arwan."

"Kak Arwan kan bule, lah ini? Kayak kertas koran badanya"

"Kalo sama Tira sih sebanding."

Semua ucapan merendahkan itu membuat telinga Keira panas, kesal sih. Tapi ya mau gimana lagi, emang dia jelek kok. Mungkin Kak Arwan nembak dia juga faktor hoky.

Arwan Gryson itu cowok kelas 12 pindahan dari ausie  ganteng, pinter, pokoknya paket lengkap. Pindah kesini karena ikut sama ayahnya.

Lah Keira? Cantik enggak, kerempeng iya. Memang ia termasuk orang yang pintar tetapi kebanyakan orang menilai dari penampilan terlebih dahulu kan?

Keira sempat terkejut ketika ponselnya berbunyi, dan ternyata ada pesan baru dari Arwan.

"Pulang sekolah jalan dulu yuk."

Buset. Pikir Keira antara senang dan bingung, ia merasa kalo pacarnya ini orangnya ngegas kayak supir metro mini.

"Dari siapa?" Keira mendongak dan mendapati Stephanie yang sedang melihatnya sambil meminum susu coklat.

"Kak Arwan." Seketika Stephanie langsung heboh.

"Eh bener deh sumpah gue nggak nyangka kalo elo pacaran sama Kak Arwan! Gila beruntung banget!" Keira terkekeh pelan.

"Iya sih, gue aja kaget kok bisa gitu ya dia mau nembak tengkorak lab biologi kayak gue." Stephanie  menggelengkan kepalanya cepat.

"Nggak usah ngomong gitu Kei, semua cewek cantik kok." Keira tersenyum miris.

"Nggak usah bohong deh steph, gue juga tahu porsi gue kayak gimana. Malahan sekarang gue ngerasa nggak pantes jadi pacarnya Kak Arwan."

Keira mengaduh kesakitan ketika Stephanie menjitak kepalanya keras.

"Ya Tuhan.. Stephanie!! Sakit tau! Kalo gue geger otak gimana?!" Stephanie mencibir.

"Lebay lu ah! Lagian elo harusnya bersyukur Kei, Kak Arwan  milih elo bukan berdasarkan fisik. Pasti dia punya alesan lain."

"Iya deh iya." Balas Keira  sambil membenarkan ikatan rambutnya.

"Elo beneran suka sama adek kelas yang jelek kerempeng pake kacamata itu Arwan ?" Arwan seketika melotot menatap alan, temannya.

"Jangan jelek-jelekin pacar gue jingg." Alan tertawa mendengar reaksi dari Arwan.

"Gue nggak percaya Arwan, masa sih elo demen sama dia? Ketemu dimana coba?" Arwan menekuk  dahinya.

"Gue ketemu dia pas di perempatan jalan deket kafe 101+, nah dia pas itu mau nyebrangin anak kecil." Alan menaikkan sebelah alisnya.

"Anak kecil?" Arwan  mengangguk.

"Iya, banyak lagi."

"Setau gue nih ya, deket kafe 101+ itu kan ada panti asuhan.." Arwan kemudian memegang dadanya kaget karena Alan tiba-tiba memukul meja dengan keras.

"Kenape lo?"

"Kata orang sih, kata orang loh ya. Keira itu sebenernya dari panti asuhan, dan dia diadopsi pas masih sd." Arwan tertegun mendengar ucapan Alan.

"Eh gue cabut dulu ya?"

"Mau kemana lo? Bel pulang kan masih 20 menit lagi?"

"Mau nyamperin pacar baru." Ia kemudian keluar dari kelas dengan tas yang menggantung di bahu kanannya

"Eh liat itu Kak Arwan sama siapa?!" Teriakan seorang siswi membuat semua orang di parkiran menoleh ke arah Arwan dan Keira.

"Kak.. mending kakak duluan, daripada malu." Arwan  berhenti berjalan dan menatap Keira heran.

"Malu kenapa?"

"Ya.. bareng sama aku." Arwan tertawa kecil.

"Malu kenapa sayang? Kamu pacar aku kan? Udah ayo." Keira membulatkan matanya kaget ketika cowok disebelahnya dengan berani menggenggam erat tangannya.

"Ya Tuhan... cobaan apalagi ini teh? Nggak kuat." Batin Keira dalam hatinya.

"Temenin aku makan terus belanja sebentar ya? Itung-itung ngedate."

Ngedate?

Keira merasa lututnya lemas, jantungnya sudah berdebar tidak karuan dan wajahnya pasti memerah.

"Kyaa.... nggak kuat, sumpah!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 20, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KEIRAWhere stories live. Discover now