Tak lama Wisnu pulang. Laki-laki usia 29 itu berbaik hati membiarkan aku tinggal di apartemennya selama beberapa bulan di sini. Berhubung kami seumuran dan aku punya maksud juga dengan Wisnu, maka keberadaan kami sudah menjadi simbion untuk satu sama lain. Wisnu butuh teman, aku butuh dia sebagai psikiaterku.

"Aku kira kamu belum pulang, Sul," Wisnu melepas mantelnya.

"Tadi pembacaan tiga bab terakhir. Sekalian ambil bayaran. Makanya cepat. Mereka juga tahu kok sekarang salju deras dan nggak masalah kasih saya kesempatan menamatkan buku itu. Kamu sendiri sudah beres evakuasi?"

Wisnu mendengus sambil mendekati termos berisi teh hangat. Dia menuangkan isinya ke dalam gelas. "Kalau saja bule-bule itu semalam nggak ngadain pesta, mungkin hari ini aku nggak perlu balik lagi ke sana dan capek-capek beresin."

Aku tersenyum.

"Malam ini jangan tidur dulu, ya," pintanya.

"Kenapa?"

"Sergey mengundangku untuk bertamu ke rumahnya."

"Acara apa?"

"Paling makan-makan."

"Kan yang diundang cuma kamu."

"Aku sudah minta izin mau ajak kamu. lagian nggak enak kalau aku sendirian yang ke sana."

"Ya nggak apa-apa sendirian juga."

"Nggak enak. Di sana pasti ada keluarga besar. Lagian kamu mau apa malam nanti kalau di rumah saja?"

"Nggak ada ide yang lebih baik selain menghabiskan malam bersalju dengan hanya di rumah saja. Mungkin aku bisa menyiapkan bacaan apa yang akan aku suguhkan untuk klien keduaku nanti. Atau menyusun informasi yang sudah aku dapatkan untuk disertasiku."

"Ayolah," Wisnu berkacak pinggang, "Traumamu akan jadi lebih baik kalau bertemu dengan orang-orang baru. Lagi pula beberapa kali aku bertemu dengan keluarga Sergey aku selalu bilang tinggal dengan seorang teman. Aku sering bercerita tentangmu. Mereka nggak akan keberatan kalau kamu mau ikut ke sana sebentar, berbagi bahagia dengan mereka yang baru saja merayakan natal kemarin lusa."

"Aku sudah berbaur dengan tetangga, Nu."

"Bukan soal itu. keluarga besar Sergey kebanyakan perempuan, dan kamu perlu membiasakan diri dengan itu. percaya sama aku, ini tidak apa-apa. Aku nggak akan jauh dari sana. Oke?"

Karena Wisnu sudah mengaitkan itu dengan terapi maka aku tidak bisa menolak lebih keras.

Karena Wisnu sudah mengaitkan itu dengan terapi maka aku tidak bisa menolak lebih keras

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Dua jam kemudian aku dan Wisnu berjalan berdua membelah hujan salju. Kami sepayung berdua. Meski tidak sederas ketika siang, tapi dingin yang menyelimuti kota ini tidak bisa disangkal-sangkal. Untuk sampai di rumah Sergey, kami harus menyeberangi Jembatan Charles. Suasana masih sangat sepi. Tak ada kendaraan yang melintas. Hanya beberapa orang saja yang sedang sama-sama melintas di sana. Tapi tetap saja sangat sulit karena salju sudah setebal mata kaki kira-kira. Belum terlihat ada mobil pengeruk salju atau petugas kota yang membersihkannya.

RENTAN: Semusim di Praha [OPEN PO]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें