Sebuah pengakuan yang cukup sulit juga untuk Yeji bahwa ia juga menyesali perpisahan mereka. "sekarang lo nyeselkan.. keselkan.. mutusin gue.." Batin Chaeyoung yang tak sadar ternyata ia sedang bernyanyi.

"percuma saja jika aku kembali padamu Yeji, akan berat perjalanan kita sebab kedua kakakku tidak menyukai keberadaanmu di sisiku." gumamnya.

"ahh hari yang melelahkan." Chaeyoung meraih ujung selimut, menariknya hingga menutupi hampir seluruh tubuhnya. Pelahan rasa kantuk mulai menyeruak disekujur tubuhnya, mata mulai terasa berat hingga ia benar-benar tertidur.

***

Seorang wanita tengah duduk dengan wajah murung, menopang dagunya menggunakan tangan kiri sedangkan tangan kanannya sibuk mengaduk-ngaduk milkshake.

Suasana sudah hening semenjak kami bertemu. Ingin rasanya membuka percakapan namun aku sendiri takut memulainya.

"mari kita akhiri ini." ucap Yeji seraya menatapku tajam.

Aku masih tak bergeming, tak mampu membayangkan akan kehilangan dirinya. Ucapan itu adalah ketakutanku selama ini. "jangan bercanda." Balasku.

Yeji menghela napas, "aku sudah tidak mencintaimu Chaeyoung, bahkan semua ini hanya pura-pura."

Deg.

Jantungku berdebar sangat cepat diiringi rasa sakit didalamnya.

Aku tertawa renyah berusaha menutupi rasa sakit ini, "pura-pura?"

Yeji mengangguk, "aku sengaja berpacaran denganmu agar aku terhindar dari mantan pacarku yang mesum." Ucapnya yakin.

Mendengar penjelasannya tentu hatiku remuk. Seperti sebuah beban yang sangat berat mengganjal didadaku. "dan satu hal lagi, aku akan pindah ke luar negeri untuk melanjutkan studi ku agar mudah mendapat universitas terbaik disana. Tidak sepertimu Chaeyoung." Lanjutnya membuatku menatap manik matanya yang sangat tajam.

Helaan napas terdengar lagi, "kamu sudah kelas tiga Chaeyoung, kemana kamu akan melanjutkan kuliahmu? Bahkan kamu memiliki catatan merah disana, sulit untuk mendapatkan universitas yang layak dan pekerjaan yang bagus. Sadarlah Chaeyoung, aku juga ingin nikmat kedepannya tidak ingin hidup sulit dan susah." Lanjutnya panjang lebar.

Aku masih diam mematung, pernyataan yang menyayat itu bagai paku yang terus dipukulkan menghujam dadaku semakin dalam dan sakit.

Matanya berkaca-kaca, seolah menahan air mata. Yeji membuang mukanya tak mau menatapku. Aku hanya bisa pasrah dengan keadaan, mau bagaimana lagi Yeji memang menjelaskan kenyataan padaku, apa yang bisa ku perbuat? Sekuat apapun aku mencintainya, berusaha menjadi pahlawannya, menjadi yang paling ia andalkan namun semuanya sia-sia.

Aku tak ingin membantah perkataannya. Aku hanya ingin mengoreksi diri, aku memang masih banyak kurang dan aku harap Yeji menemukan pria yang cocok untuknya kelak. Ahh betapa sakitnya.. harus membohongi diri sendiri, bersikap tegar dan sok kuat seperti ini.

Setetes air mata menetes di pipinya. 

Hatiku tak tega melihat air mata itu tumpah, terlalu cinta aku padanya meskipun ia sangat menyakitkan untukku.

"baiklah.. kalau begitu terimakasih atas semuanya Chaeyoung. Maaf aku hanya memanfaatkanmu selama ini. Sampaikan salamku untuk keluargamu yang selalu menerima kehadiranku dirumah. Minggu depan aku akan berangkat, dan pastikan kamu sudah melupakanku." Ucapnya seraya menghapus air mata yang tak terbendung itu sekilas.

Yeji berdiri dan mengembalikan kalung pemberianku, meletakkannya diatas meja lalu pergi meninggalkanku di café.

Aku masih diam mematung, menyaksikan punggungnya dari kejauhan dimana ia berjalan menuju pintu keluar. Aku tersenyum getir berusaha menenangkan diri walau rasanya pedih.

Chaeyoung terbangun, keringat dingin membanjiri tubuhnya. Detak jantungnya tak beraturan mengingat ia baru saja mengalami mimpi buruk. Mimpi itu selalu datang menghampirinya setiap ia mengingat mantannya itu.

Chaeyoung mendudukkan dirinya, terasa badannya sangat berat dan tidak enak. Tenggorokannya sangat kering, kepalanya juga sakit, ia berusaha berdiri namun sangat lemas hingga Chaeyoung kembali duduk di pinggir kasur.

Akhirnya ia meraih telpon genggamnya, berusaha menghubungi Eommanya, "sial." Batinnya saat mendapati pesan singkat dari Nayeon bahwa ia dan Jeongyeon telah pergi dari tadi pagi ditemani Momo mengunjungi keluarganya di desa. "aku tidak enak badan." Chaeyoung membalas pesan itu di grup keluarga.

Ia pun menghubungi Hyungnya Dahyun. Tak ada respon disana bahkan hampir sepuluh kali Chaeyoung terus menghubunginya.

"kenapa semua orang pergi disaat seperti ini." gumamnya yang kembali berusaha berdiri meraih tembok dan berjalan pelahan menuju dapur.

Chaeyoung mengambil botol air minum yang tergeletak di meja makan. Ia melihat Ibunya sudah menyiapkan makan untuknya sebelum ia pergi. Gelas bersih yang tergeletak tak jauh dari meja dapur pun ia ambil, menuangkan air dari dalam botol itu lalu menenggaknya habis saat setengah gelas sudah terisi.

Kepalanya kembali sakit, Chaeyoung berpikir mungkin karena ia kurang makan. Akhirnya Chaeyoung berusaha bangkit mengambil piring di tempat cucian namun pandangannya menjadi kunang-kunang. Jalannya tidak seimbang membuatnya meraih pinggiran meja, namun gelas yang ia gunakan tadi malah terjatuh dan pecah berkeping-keping diikuti dirinya yang akhirnya jatuh pingsan.

***

Suara gemericik hujan menemani langkah Mina yang berlarian kecil menuju kostannya. Dengan menggunakan tas kulit yang ia bawa sebagai payung darurat ia menerobos hujan.

"hujannya sangat deras, aku bisa terkena flu." Batinnya yang masih berusaha berlari agar tidak basah kuyup.

Tiba didepan pagar, Mina segera memasuki rumah tersebut dan berlari menaiki anak tangga kamarnya. Tubuhnya cukup basah membuatnya langsung bergegas mandi.

Selesai mandi, Mina mengeringkan rambutnya menggunakan handuk didalam kamar. Ia duduk dipinggir ranjang seraya meraih telpon genggamnya. Membuka sebuah pesan singkat yang dikirimi si Ibu Kost. "pantesan sepi ternyata semua orang pergi." Gumamnya saat membaca kalimat pertama, namun ia mulai terkejut saat membaca kalimat kedua.

"Chaeyoung sakit??" Mina terkejut saat mengetahui kabar tersebut terlebih pesan itu dikirimi sejak pagi namun baru ia buka saat hari menjelang sore.

Segera Mina berlari keluar menuju rumah utama dan kembali menerobos hujan. Ia memasuki rumah tersebut dan mendapati ruang tamu dan ruang keluarga kosong.

Mina pun berlari menuju kamar Chaeyoung, mengetuknya beberapa kali namun tak ada respon disana. "apa sebaiknya ku buka saja?" Batinnya menimbang.

Ia pun meraih kenop pintu dan membuka kamar itu pelahan membuatnya lebih terkejut lagi. "Kosongg??". (Kosongg??? Kerja lembur bagai qudaaa.)

"si.. siapa itu." Mina mendengar suara seseorang dari arah dapur membuatnya berlari mencari sumber suara.

"Chaeyoung!!" teriaknya terkejut melihat Chaeyoung tergeletak lemas bersama pecahan beling yang berserakan dimana-mana.

***

TBC..

Miss Myoui Rented My HouseWhere stories live. Discover now