Bab 10 : Bisnis

173 15 2
                                    

"Aku hanya punya dua karung jagung. Apa kau keberatan?" Tanya Claire masih sambil mengacungkan dua jari telunjuk dan tengahnya.

"Ya apa boleh buat. Karena aku sangat membutuhkannya."

    Setelah menyepakati harga, Kai langsung mengambil gerobaknya agar lebih mudah membawa jagung tersebut. Mereka berdua bersama-sama menyusuri jalan menuju kebun Claire.

"Jadi, kau tinggal sendirian di kebun?"

Claire menoleh dan mengangguk, "Benar. Kau sendiri?"

"Sama sepertimu." Kai melanjutkan, "Aku pergi ke Mineral Town untuk bekerja."

"Tapi, kenapa hanya pada saat musim panas?" Tanya Claire heran.

"Kau tau Mineral Town selalu kedatangan banyak turis di musim panas. Disitulah aku mendapat banyak keuntungan." Jelasnya.

Walaupun setiap tahunnya kedatangan banyak orang, dan kota Mineral Town sudah terekspos untuk tempat liburan, pak walikota tetap berusaha menjaga kelestarian Mineral Town.

"Sangat di sayangkan sekali mereka hanya menikmati liburan pada saat musim panas saja. Padahal Mineral Town punya banyak tempat yang indah pada musim lain. Misalnya saja pada saat musim dingin yang membuat danau di atas bukit membeku. Kau bisa main ice skate disana"

"Konon katanya disitu pun ada gua yang menyimpan banyak bahan tambang yang bagus."

Claire membelalakan matanya, kagum, "Benarkah?"

    Dan tak terasa mereka telah menginjakan kakinya di kebun Claire. Kai langsung mengangkut jagungnya ke dalam gerobak setelah Claire mempersilahkan ia masuk ke rumahnya.

"Musim panas selanjutnya mungkin aku akan membeli jagungmu lagi. Jadi, kuharap kau memiliki banyak persediaan."

"Temtu saja. Aku sangat senang dapat berbisnis denganmu. Aku akan berusaha untuk dapat panen banyak di musim panas selanjutnya." Ujar Claire penuh semangat. Kai pun tertawa melihatnya dan setelah itu ia pamit pulang

***

    Hari ini Kai pulang lebih sore daripada biasanya. Bahkan sudah hampir malam ia menunjukkan batang hidungnya lagi.

"Sepertinya kau bekerja keras hari ini." Ucap Cliff pada Kai.

"Ya aku selalu bekerja keras, kan? Memangnya ada apa?" Tanya Kai bingung.

"Tidak. Hanya saja kau pulang lebih lama hari ini. Tapi, sepertinya kau tampak bahagia."

Kai tertawa dan pada saat itu pula Gray keluar dari bilik kamar mandi. Sebenarnya daritadi Gray menyimak obrolan mereka.

"Apa keliatan seperti itu? Sepertinya kau benar, Cliff." Jawabnya masih sambil tertawa.

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar mereka.

"Anak-anak makan malam sudah siap!"

"Kami akan segera turun, Ann." Jawab Cliff dari dalam namun, tidak ada balasan dari Ann.

Giliran Kai untuk membersihkan dirinya. Ia mengambil handuknya di stainless setelah Gray menjemur handuknya kembali.

"Ngomong-ngomong aku tadi pergi ke kebun Claire." Ucap Kai pada Gray sambil tersenyum menggoda.

Gray tidak langsung menjawab. Ia sempat berhenti menjawab sebelum akhirnya menjawab ucapan Kai.

"Ooh...begitu."

"Sebaiknya kalian cepat. Aku akan pergi kebawah duluan." Potong Cliff dan Gray mengikutinya.

Kai pun masuk ke dalam kamar mandi dalam keadaan masih bahagia dan ia mengadakan konser tunggalnya disana.

Gray menuruni tangga satu-persatu dengan pikirannya yang masih melayang memikirkan perkataan Kai tadi. Gray menolak memikirkan itu. Bukankah sudah ia katakan apapun yang mereka bicarakan itu bukan urusannya? Tapi, tetap saja perasaan Gray saat ini bertolak belakang dengan yang Kai rasakan.

    Suara ramai orang-orang membuyarkan lamunannya. Suara Karen yang paling menonjol membuat Gray dan Cliff menoleh ke arah mejanya. Ah, ternyata ada Popuri dan Mary juga. Karen meminum segelas wine-nya dengan sekali tegukan sampai pipinya memerah. Sadar bahwa ada yang memperhatikan mereka, Mary menoleh dan bertemu pandang dengan Gray dan juga Cliff. Ia melambaikan tangannya. Mereka berdua pun langsung menghampiri gadis-gadis tersebut.

"Mari bersulang, kawan!" Karen mengangkat gelasnya ke udara.

"Sepertinya aku tidak...."

"Ayolah Gray ikut saja sebentar. Setelah itu kita akan makan malam." Ajak Cliff yang lalu bersulang dengan Karen.

"Kurasa kalau hanya sedikit saja tidak apa-apa, kan?" Ujar Mary menenangkan. Dan akhirnya Gray pun menetap untuk minum sedikit.

"Ngomong-ngomong, apa kau punya buku tentang batu pertambangan di perpustakaanmu?"

"Hmm....sebentar." Mary berpikir sejenak. "Oh, sepertinya aku punya. Kalau kau perlu besok akan aku antarkan ke tempatmu bekerja."

"Tidak apa-apa. Biar aku saja yang berkunjung ke perpustakaan." Tolak Gray halus. Tidak ingin merepotkan gadis yang baik hati di hadapannya.

"Baiklah." Mary kembali tersenyum. Dan untuk sejenak Gray melupakan perasaan di hatinya yang gusar.

Gray x ClaireWhere stories live. Discover now