siaran hari ini (sisi changbin)

1.6K 306 18
                                    

Changbin mendengus melihat manusia di depannya meringis memegangi ulu hatinya. Seringaiannya terbentuk ketika rintihan tertahan menyapa telinganya, dan melebar mengetahui lawan di depannya tak kuasa untuk bangkit.

Menang mudah lagi hari ini, soraknya dalam hati.

Ketika akhirnya tangannya diangkat oleh wasit, sorakan dari sisi kanan riuh menyeruak dinginnya angin malam di jalanan yang sepi itu. Changbin sadar betul ketika teman-temannya mengangkat tubuhnya ke udara, melemparkan raganya dengan sukacita.

Changbin menikmatinya.

Begitu tubuhnya diturunkan semakin banyak tangan yang mencoba menyentuhnya. Ditepisnya satu-satu dengan kasar. Namun Changbin tetaplah Changbin, idola semua orang yang tenggelam dalam kubangan ini. Sehingga ketika dirinya berhasil mencapai meja wasit, bukannya semakin sepi namun makin riuh ucapan selamat untuknya.

"kali ini aku ambil setengah," diraupnya sebagian uang di atas meja itu dengan satu tangan, "yang lain biar bosku yang urus."

Jarinya menunjuk pada pria berambut pirang yang sedari tadi hanya menonton dari kejauhan. Tangan pria itu tersilang di depan dadanya, terlihat angkuh. Ketika sadar dirinya ditatap oleh wasit di depan anak buahnya, ia hanya mengangguk dan mengedikkan bahunya.

Sudut bibir Changbin terangkat sebelum ia berteriak, "Thanks Chris!"

Yang diteriaki hanya tertawa pelan sebelum berjalan ke arah meja yang ditinggalkan Changbin. Kerumunan yang awalnya memadati segala sisi meja perlahan pergi, menyisakan satu dua orang yang sibuk berjaga di dekat Chan.

"ambil sesukamu lah, lalu berikan sisanya pada mereka," katanya, "aku tidak terlalu butuh uang."


"kakak pulang," Changbin berjengit melihat tubuh adiknya yang bergelung di ruang tengah-merangkap-ruang-tamu- mereka. Dijingkatkan langkahnya, mengira Jeongin sedang tidur.

"teman-teman," Changbin hampir berteriak kaget ketika suara lain menyapa inderanya, "apa kalian punya cerita menarik hari ini?"

Ternyata hanya radio kecil yang dipeluk Jeongin dalam rengkuhannya. Mata Jeongin masih terpejam. Changbin mengelus dadanya ketika melihat lampu radio itu berkelip.

"apa kalian punya cerita menarik hari ini? Aku akan sangat senang kalau kalian ceritakan ke aku"

Changbin terkekeh mendengar suara perempuan itu. Tangannya bergerak mengambil radio di pelukan Jeongin. Namun kalah cepat, ketika tangan Jeongin mencengkeram pergelangan tangannya.

"aku akan menunggu kalian, tapi kita dengarkan dulu lagu yang pertama, ok!"

Mata Jeongin nyalang menatap Changbin yang terkejut. Tertawa, Changbin tersadar dari kagetnya.

"whoa, nathan, kakak tidak bermaksud mengganggumu lho," Changbin mengangkat kedua tangannya sejajar dengan telinga.

Jeongin bergumam kecil, tangannya meraba-raba ke sekeliling tubuhnya. Ketika menemukan yang dicarinya, sebuah post it dan pulpen, Jeongin segera menulis dan menempelkan selembar post it ke tangan Changbin.

Changbin memandang heran pada Jeongin yang kini kembali menutup matanya dan bersandar pada lantai yang dingin. Khidmat mendengarkan kembali radio yang kini mengalunkan lagu kedua.

Tak lama tawanya meledak ketika membaca post-it yang ditempelkan Jeongin, mengundang tatapan tajam Jeongin mengarah kembali padanya.

Bisa diam gak?

Tangan jeongin mendorong Changbin ke arah kamarnya sebelum kembali pada posisinya tadi. Changbin masih tertawa, masuk ke dalam kamar mereka untuk membersihkan diri.

Samar-samar didengarnya dj radio kesayangan Jeongin memberikan salam penutup,

"sekian siaran hari ini teman-teman, besok mungkin akan jadi yang terkahir. Jadi aku harap kalian meneleponku! Setidaknya ucapkan salam perpisahan tahu!"




Changbin tidak tahu berapa lama dirinya tertidur, yang pasti guncangan pada tubuhnya membangunkan dirinya yang kini setengah sadar memegang ponsel yang diberikan Jeongin. Ditatapnya Jeongin, meminta penjelasan. Yang ditatap hanya nyengir, menunjuk post-it di tangannya.

Please bantu buat ngasih tahu dj cissy aku suka dengar siarannya

Changbin mendengus sebelum menempelkan ponsel Jeongin ke telinganya, "halo?"

Sambungan di seberang terdengar ramai, namun ada satu suara yang paling menonjol di antara yang lain.

"eh?"

Suara itu terdengar seperti dari mikrofon, namun ada jeda lama di tengahnya. Changbin menatap Jeongin meminta penjelasan.

"hei ini benar nomor teleponnya kan?" Changbin menyalak pada Jeongin.

Jeongin hampir melompat keluar dari kamar Changbin ketika sebuah suara membalas telepon mereka kembali,

"siaran Payung Kita, senang menerima telepon anda!"

🌹

Aku bingung mau tulis apa, karena sudah tulis semua pikiranku di prakata. Jadi terima kasih sudah mau baca ini untuk kalian yang baca sampai akhir!

CANDRAMAWA | Seo ChangbinWhere stories live. Discover now