#1

97 3 2
                                    

Tok..tok..tok

"Ta.. boleh bunda masuk?" sayup terdengar suara wanita paruh baya dibalik pintu kamar Agatta.

Tak ada sahutan. Seperti biasanya, Agatta tak pernah lagi memedulikan dunianya setelah 'dunia'nya hilang.

Klek..

Terdengar suara kenop pintu yang dibuka oleh seseorang yang kemudian menghampiri Agatta, duduk disampingnya. "Agatta.. ayo makan dulu, dari tadi pagi kamu belum makan. Bahkan sarapan yang bunda buatkan tidak kamu sentuh sama sekali" ajak wanita paruh baya yang merupakan bunda Agatta. Ah, biasanya ia dipanggil bunda Rum, Arumi Pujianti.

"ayolah Ta.. kamu gak bisa gitu terus, badan kamu semakin kurus. Tolong kamu dengarkan bundamu ini, bunda sangat menyayangi kamu" suaranya terdengar sedikit parau. Bunda Rum paham betul bagaimana keadaan Agatta saat ini. Putri semata wayangnya saat ini sedang rapuh. Namun ia juga ingin puterinya kembali ceria seperti sebelumnya. Apalagi keadaan Agatta yang semakin memburuk setiap harinya, sulit sekali membujuknya untuk makan, bahkan menjawab pertanyaannya saja Agatta seperti enggan.

"bunda gak mau kamu sakit lagi, Ta"

Sekilas Agatta menoleh kearah bundanya, lau kembali fokus pada hujan dan kerinduannya.

"Agatta akan makan kok bun, tapi nanti, ya?" jawab Agatta mencoba menenangkan sang bunda.

"Ta, kamu dari tadi pagi belum makan loh, ayolah.." ucap bunda Rum sedikit memaksa, ia tak ingin putrinya kembali jatuh sakit.

Tak ada jawaban, Agatta terlalu sibuk dengan lamunannya. "bunda suapin, mau?" imbuh sang bunda yang tak kunjung menyerah.

Anggukan kecil dari Agatta menandakan ia bersedia makan seperti yang sang bunda katakan, sepahit apapun luka yang ia rasakan, Agatta tetap tak ingin membuat sang bunda semakin kesulitan karena sikapnya.

Kedua sudut bibir Bunda Rum tertarik keatas setalah anggukan kecil dari Agatta. "Alhamdulillah, yasudah sebentar bunda ambilkan makanannya, ya?" ujar Bunda Rum kemudian berlalu mengambil makanan untuk Agatta makan.

Sudah setengah tahun lamanya Agatta terpuruk seperti ini. Agatta yang dulu merupakan gadis supel dan ceria kini menjadi Agatta yang sendu penuh bongkahan luka dalam hatinya.

"Ta, besok kamu sudah masuk kuliah loh.. besok hari pertama kamu kuliah diuniversitas yang kamu inginkan itu" ucap Bunda Rum disela-sela makan Agatta.

Ah, ternyata libur setelah UN telah usai. Sebenarnya telah habis sejak seminggu yang lalu. Hanya saja Agatta tidak mengikuti ospek yang diselenggarakan kampusnya karena kondisinya yang belum juga membaik. Bunda Rum berusaha memberi penjelasan pada kampus Agatta agar putrinya diizinkan untuk tidak mengikuti ospek.

Agatta masuk di salah satu perguruan tinggi negeri melalui jalur undangan SNMPTN. Sebenarnya, saat ujian nasional keadaan Agatta sedang sangat terpuruk. Tapi beruntung, ia tetap bisa memaksakan diri untuk mengikuti ujian nasional dan lulus dengan nilai yang memuaskan. Agatta merupakan siswi yang pandai, sebelum dunianya direnggut semesta ia merupakan gadis dengan penuh perencanaan matang untuk masa depan. Tak heran jika dalam keadaan terpuruk sekalipun, ia tetap bisa melaksanakan ujian nasioal dengan hasil yang memuaskan.

Dengan langkah gontai Agatta memaksakan diri untuk masuk kuliah hari ini. Dulu, hari ini merupakan hari yang ia tunggu-tunggu. Berstatus menjadi mahasiswa di universitas yang ia idam-idamkan sejak lama dengan jurusan yang sangat ia inginkan pula, Bahasa dan Sastra Indonesia. Sejak lama, keinginannya sebagai penulis telah muncul. Cita-cita tersebut banyak mengantarkannya pada berbagai kejuaraan menulis.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 24, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Long DistanceWhere stories live. Discover now