"LEPAS!" 

Sungwoon menatap tajam Hyunwoo. "Dengar, kau mau aku melaporkan kejadian ini ke Pak Jungkook dan point mu dikurangi?"

Melengos jengkel, Hyunwoo menahan amarahnya demi ancaman Sungwoo. Lantas ia manatap Yoojung yang tersungkur setelah mendapat tamparan Hyunwoo. "Aku tidak akan melepaskanmu, ingat itu!"

Kemudian Hyunwoo pergi meninggalkan kelas sembari menendang pintu kelas. Sungwoon menatap Yoojung kasihan. Bersimpuh dan memegang pundak Yoojung, gadis itu menampik tangannya.

"Aku baik-baik saja." Jawab Yoojung cepat dan berdiri. Lantas gadis itu segera berlari meninggalkan kelas menuju wc. Masuk ke dalam salah satu bilik yang kosong, dan berdiam diri disana sembari memegang pipinya yang terasa panas.

Ah, sial!

***

Hari ini begitu buruk, tentu saja. Namun itu lebih baik daripada mendengar mama berkata bahwa ayah menunggunya di ruang bawah tanah. Begitu pulang sekolah, ia menemukan Kak Taehyung melambai dari dalam mobil di luar gerbang. Taehyung terbilang jarang untuk menjemputnya sekolah. Biasanya, jika kakaknya itu menjemputnya sekolah berarti pekerjaan di kantor selesai lebih cepat.

Berlari kecil dan segera memasuki mobil, Taehyung tersenyum begitu lebar dan hangat seperti biasanya. "Jungie-ya, kakak akan mengantarmu pulang, tapi setelah itu kakak harus segera kembali ke kantor."

Mengerjapkan mata bingung, Yoojung pikir kakaknya telah selesai akan pekerjaan kantornya. Lalu mengapa Taehyung menjemputnya? 

"Jika pekerjaan kakak belum selesai, mengapa repot-repot menjemputku?"

Terkekeh ringan sembari memutar kemudi di kelokan jalan, Taehyung hanya menjawab singkat. "Hanya ingin menjemputmu saja."

Yoojung pun hanya mengangguk. Mereja berdua terdiam satu sama lain selama perjalanan kembali ke rumah. Netra Yoojung menatap keluar jendela deretan pertokoan di sisi jalan serta lalu lalang orang. 

"Apakah pipimu baik-baik saja?"

"Pipiku?" Yoojung memegang pipinya segera dan teringat tamparan Hyunwoo pagi tadi. "Ya. Sekarang sudah baikan. Tapi, kakak sudah mengetahuinya?"

Apakah Taehyung tahu mengenai kejadian di sekolah hari ini?

Taehyung menoleh ke arah adiknya sekilas dan tersenyum tipis. "Tahu apa? Aku lihat pipimu sedikit membengkak. Kupikir kau sedang sakit gigi."

Mengangguk lega, Yoojung bersyukur kakaknya tidak mengetahui. Ia pikir mungkin Taehyung akan membuat masalah besar di sekolahnya jika tahu adik kesayangannya ditampar. Bahkan Taehyung bisa membuat seorang guru di pecat saat Yoojung SMP hanya karena melontarkan kata-kata kasar kepadanya. Apalagi Hyunwoo.

Berpikir bagaimana Taehyung selalu bertindak untuk melindunginya tidak peduli cara apapun, mungkin ini adalah bentuk rasa bersalahnya karena tak bisa melindunginya dari ayah. Bagaimanapun juga ia tahu seberapa kuat Taehyung selalu menahan diri di depan ayah, meski Yoojung tak tahu alasannya. Ia tak menyalahkan Taehyung yang tak bisa melindunginya, toh, siapa dia?

Menghentikan mobil di depan rumah, Taehyung turun dan membukakan pintu mobil untuk Yoojung. Seharusnya itu tidak perlu karena Yoojung bisa turun sendiri. Namun Taehyung lebih memlih turu dan membukakan pintu, kemudian memeluk adiknya sebentar sebelum si bungsu itu masuk ke dalam rumah.

"Kakak pulang, kapan?"

"Entahlah. Sesegera mungkin."

Mengangguk pelan, Yoojung tersenyum dan melambai sebelum masuk ke dalam rumah. Senyum Taehyung terus terkembang, hingga Yoojung menghilang dari pandangannya, senyumannya mendadak hilang sekejapan mata.

Pandangan matanya begitu serius dan tak secerah biasanya. melangkah cepat kembali masuk ke dalam mobil, Taehyung melajukan mobilnya begitu cepat. Ia tidak kembali ke kantor seperti yang ia katakan kepada Yoojung, toh, seluruh pekerjaannya telah selesai dengan cepat.

Mobil yang ia kendarai berhenti di sebuah kawasan apartemen, tepatnya ia berhenti di salah satu minimarket dan mengambil beberapa snak serta satu cup ramen. Lelaki bermarga Kim itu duduk, meletakkan pantatnya di bangku di dalam mini market tersebut, menikmati ramennya sementara matanya terus awas mengamati jalanan gelap dan lenggang di hadapannya.

Satu cup ramen habis. Beberapa snack telah terbuka, dan satu kaleng soju telah habis ditenggaknya. Kakinya bergetar tak sabaran, sementara matanya terus memicing keluar mini market. Sepertinya ia terlalu cepat untuk datang. Namun itu lebih baik daripada melewatkan momen.

Tiga jam ia berdiam diri di mini market, menghabiskan beberapa bungkus snack dan dua cup ramen lainnya, akhirnya sosok yang ditunggu pun datang. Taehyung menghabiskan kaleng sojunya sekali tenggak dan berdiri dengan senyuman miring.

Hari sudah petang, dan jalanan yang ia lalui guna mengikuti sosok di depannya terlihat begitu gelap dan lenggang. Ini adalah waktu keberuntungannya. Melemaskan lehernya dan pergelangan tangannya, Taehyung berlari cepat. Tangannya cekatan menarik kerah si pemuda yang sedari tadi ia ikuti. Matanya menyalang mengerikan bak manusia jelmaan iblis.

"Akhirnya kita bertemu juga, Lee  Hyunwoo."

Mata Hyunwoo melebar, degup jantungnya berpacu. Pegangan pada kerahnya membuatnya terasa tercekik sehingga ia menyadari seberapa kuat sang lawan. 

"S-siapa kau?!"

Taehyung terkekeh. Membuang ludah ke samping kanannya, lantas kembali menatap rakus sang mangsa, senyum miringnya masih tak pudar. Di terangi cahaya redup rembulan di atas sana, Hyunwoo seolah melihat monster dalam netra Taehyung.

"Itu tidak penting." Terkekeh mengerikan, Taehyung semakin memperkuat cekikannya pada kerah Hyunwoo. "Oke, kau lebih suka yang mana, kuhancurkan seluruh jari-jarimu, atau kurobek mulut menjijikkanmu?"




[]

Save MeWhere stories live. Discover now