Kenapa Hidup Begini?

8K 348 0
                                    

Bab 11.

Kenapa Hidup Begini?

Tidak tau kenapa aku tidak bisa berhenti tersenyum. Iya. Kemaren aku jalan sama dia. Sama sahabat-sahabat baru ku.

Hari ini aku masuk sekolah. Biasanya aku diantar oleh papaku. Ku berjalan ke gedung sekolahku. Membuka pintu. Ke loker ku. Mengambil buku-buku ku dan aku pegang karna memang di sekolahku tidak ada yang pakai tas.

Aku berjalan ke kelas sambil mencari Anny. Biasanya dia datang ke sekolah sebelum ku. Lalu ku lihat hp ku,

Gue hari ini ga masuk Sher. Sorry ya. Lo bisa ke rumah gue sebentar nanti pas pulang sekolah? Thanks ya -Anny

Ga masuk? Kayaknya dia baik-baik aja kemaren.

KRINGG!!

Bel bunyi. Tanda masuk. Lalu langsung ku balas.

Okaay. -Sher

Langsung ku buru-buru masuk ke kelas. Duduk di tempat dudukku dan belajar.

"Hahah! Temen lo ga masuk ya? Gue denger-denger dia diputusin pacarnya tuh!" kata Chelsea dengan ketawanya yang nyebelin itu.

"Hahaha lucu" jawabku. Aku tidak mau membuat masalah.

Lalu dia kembali dan duduk di tempat duduknya.

Diputusin?

Apa karna itu dia ga masuk?

Kemaren? Bukannya...?

Okay. Focus blajar dulu.

Ku biarkan pikiran ini pergi.

- - -

KRINGG!!

"Bye class!" kata guruku.

"Thankyou, have a nice day!" kata semua murid di kelasku.

Jadi sudah selesai sekolah. Dan sekarang pukul 15.00.

Aku terbiasa pulang sekolah naik bus karna di daerah rumahku ada bus yang keliling-keliling daerahku. Untungnya rumah Anny tetap berada di daerah rumahku jadi aku masih bisa ke rumahnya pakai bus.

Aku keluar kelas dan menuju loker ku.

*dubrakk*

"Aduh. Sorry sorry ga liat." kataku.

"Jaim banget dah lo Sher." kata cowo itu.

Aku mendongakkan kepalaku dan melihat wajah cowo itu. Xander.

"Gue gatau itu lo. Kalau itu lo mah gue pergi aja HAHAHA." jawabku ketawa.

"Iya dehh. Lo mau kemana?" tanyanya.

"Rumah Anny." kataku.

"Ooo okay. Gue anterin sampe keluar gedung yah" katanya.

"Okay" jawabku.

Lalu tiba-tiba dia merangkulku.

Merangkulku.

Dia.

"Apa-apaan ini." kataku sambil mengambil tangannya dari pundakku.

"Gaboleh ya?" tanya nya bercanda.

"Gaboleh dong. Gue kan mahal" jawabku sambil pura-pura bangga.

"Terserah lo dehh." katanya sambil tertawa.

"Xand tadi Chelsea bilang Dane putus sama Anny." kataku. Aku tidak bisa tidak memikirkannya.

"Hah? Gue gatau loh." jawabnya kaget.

"Iyaa? Okedehh. Bye Xand!" kataku saat aku sudah sampai di depan pintu sekolah.

"Bye Sher! Hati-hati yaaa" katanya.

Dia bukannya sahabatnya Dane? Kenapa dia sendiri malah gatau? Atau mungkin dia emang gatau.

Hhmm. Okay (?)

Lalu aku masuk bus dan pergi ke rumah Anny.

- - -

*knock knock*

"Hai tantee! Anny nya ada?" tanyaku pada mama nya Anny yang membukakan pintu untukku.

"Ada kok adaaa. Masuk ajaa, dia lagi di kamarnya." kata mamanya.

Aku masuk dan berjalan ke kamar Anny.

Ku buka pintu nya pelan-pelan dan ku lihat kamar nya yang seperti kapal pecah dengan tissue ratusan ada dimana-mana. Ranjang, lantai. Dan ku lihat Anny sedang pura-pura tidur di bawah selimutnya di ranjangnya.

"Ann. Jadi kata Chelsea bener?" tanyaku.

Mungkin saat dia mendengar suaraku, dia mau untuk menunjukan dirinya.

Dia memakai baju tidurnya, rambutnya kacau seperti tidak pernah disisir, hidungnya merah dan matanya bengkak.

"Chelsea bilang apa sama lo?" katanya. Dari suaranya aku tau bahwa dia sudah menangis seharian.

"Lo putus sama Dane. Itu bener?" tanyaku penasaran.

"Ya." jawabnya sambil menutup mukanya dengan bantalnya.

"Trus? Dane bilang apa lagi ma lo?" tanyaku.

"Dia bilang dia lebih milih Chelsea daripada gue. Katanya Xander juga mikir gitu. Kalau Dane lebih cocok sama Chelsea. Bukan gue." jawabnya sambil mulai menangis.

"Xander?" aku speechless.

"Kata dia sih begitu. Gatau lagi laah. Padahal kemaren tuh udah perfect. Gue gatau apa salah gue." katanya.

"Xander?" tanyaku lagi.

"Iya. Udah daripada lo kayak gue, lupain aja Xander, Sher. Lo pasti gamau kayak gue." katanya.

Lupain Xander?

Lupain dia?

Lupain dia...?

"Kapan Dane ngomong gitu?" tanyaku. Aku gabisa ngomong apa-apa lagi sewaktu Anny bilang Xander berpikir itu juga.

"Kemaren malem. Lewat message." katanya.

"Abis lo dianterin?" tanyaku.

"Iya Sher." jawabnya.

"Lo jangan sama Xander. Cari cowo lain. Dia sahabatnya Dane. Lo bakalan sakit. Moveon aja udah Sher." katanya tiba-tiba.

Tadi di sekolah Xander bilang dia gatau apa-apa. Dia pun kaget saat aku bertanya. Kenapa Dane mau sama Chelsea? Cewe begitu?

"Sher jawab. Jangan deketin atau pun ngomong sama Xander lagi. Gue tau lo suka sama dia. Tapi dia ga cocok sama lo. Lo lebih menting gue atau dia?" katanya tiba-tiba.

Anny.

Lo kenapa?

Kenapa lo berubah jadi cewe begini?

Sejak kapan lo ngomong buat milih sahabat atau cowo?

"Iya. Pasti lah gue milih lo." kataku akhirnya.

Aku tidak bisa tinggalkan Anny. Sahabat adalah yang pertama. Walaupun ini termasuk tidak ngomong sama Xander, tapi aku bersedia jika Anny senang.

"Bagus deh. Peluk gue sini." katanya.

Lalu kita berpelukan.

Pelukan ini membuatku ingin teriak sekencang mungkin. Nangis sederas mungkin.

Kenapa hidup seperti ini? Kenapa aku harus meninggalkan Xander padahal aku baru saja bersamanya? Kita ga jadian sih..

Kenapa dia tega membuat sahabatku sakit? Kenapa Xander tega? Kenapa? Kenapa tadi dia akting kayak gaada apa-apa? Kenapa dia seperti ini?

Apa itu termasuk seperti dia tidak mau aku bersamanya? Jadi semua ini hanya harapanku? Jadi semua ini baginya tidak ada apa-apa?

Kenapa? Aku butuh jawaban.

Caramel FrappucinoWhere stories live. Discover now