SOSOK ITU

265 30 15
                                    

Hal-hal yang terjadi dalam hidup, sudah pasti memiliki sebuah alasan dibaliknya-apapun alasan itu, satu hal yang Woohyun yakini adalah ia begitu diberkati. Ia sungguh bersyukur terlahir di dunia, memiliki kedua orang tua yang mengajarkannya akan arti menerima dan menyayangi, ia memiliki saudara laki-laki yang selalu mendukungnya.

Pria berhidung mancung itu percaya bahwa ia terlahir di dunia ini pun memilki alasan, apapun itu-mungkin salah satunya adalah untuk mengenal sosok itu. Sosok yang menggetarkan hatinya dan membuatnya mengenal akan kata cinta.

*

Seperti biasanya Woohyun melangkah dengan tegap tanpa ragu menuju gerbang sekolah. Di setiap langkah, di setiap senyum yang merekah ia mendapatkan sapaan dari teman-teman sekelas, seangkatan bahkan senior. Woohyun menikmati dirinya yang cukup di kenal di sekolah-jika ia sedang ingin berlagak, ia tak sungkan mengatakan bahwa dirinya begitu terkenal dan dikagumi.

Baru beberapa minggu lalu ia kembali ke sekolah, tahun ajaran baru dengan tingkatan baru. Tak terasa ia kini telah berada di tingkat tiga dan sebentar lagi menghadapi kelulusan. Jalannya masih panjang, ini hanya permulaan. Meski begitu ia sudah sangat sibuk, mengurus kegiatan ekstrakurikuler sepak bolanya-harus membantu pihak sekolah untuk mencari bibit baru pengganti kapten tim sepak bola; menggantikan dirinya. Tak itu saja, sosok berambut hitam itu memiliki segudang kegiatan lain yang harus ia hadiri meski baru seminggu kembali. Mencari calon pengganti debat, seminar, OSIS dan kegiatan lainnya yang selama 2 tahun ini telah ia jalani. Tak Woohyun pungkiri-dirinya menjadi terkenal jelas karena sebuah alasan, yaitu karena ia aktif di kegiatan sekolah.

Ketika ia melangkah di koridor menuju kelasnya, seseorang berteriak sambil berlari menghampirinya.

"Woohyun! Pagi!" sapa Sungyeol sahabat karibnya semenjak pertama kali dirinya menginjakkan kaki di sekolah ini. Si Jangkung-julukan yang Woohyun berikan padanya, memberikan cengiran kekanakan yang khas. Sungyeol selalu datang pagi, bukan karena dia rajin, justru sebaliknya. Karena dia--- "Aku pinjam buku matematika mu, ya. Kan ada tugas!"

Woohyun hanya memutarkan mata almondnya jengah, selalu alasan yang sama jika si Jangkung menemuinya buru-buru di pagi hari. Meminjam buku tugas. Tugas yang harus di kumpulkan pada pagi itu juga.

"Kita baru kembali ke sekolah dan kau sudah memulai kebiasaan burukmu?" sindir Woohyun namun tetap mengeluarkan buku yang Sungyeol inginkan dari ransel yang sedari tadi berada nyaman di punggung lebarnya. Ia tahu bawa kebiasaan Sungyeol itu buruk namun ia sudah jengah memberitahu si Jangkung yang selalu berjanji tidak akan menyalin tugasnya lagi namun tentu saja berlanjut hingga kini. Janji hanya sekadar janji.

"Itu yang namanya konsisten, Hyun!"
Woohyun ingin memberikan 1001 wejangan kepada Sungyeol mengenai maksud konsisten, namun ia tak ingin membuat suasana hatinya memburuk. Saat mereka berbelok di ujung koridor, saat itulah Woohyun merasakan jantungnya seolah berhenti. Sangat picisan, tapi itulah yang ia rasakan. Iris hitamnya bertemu dengan iris cokelat terang sosok itu-sosok yang ingin melintas, berpapasan dengannya di koridor sempit. Meski ada Sungyeol di sisinya, meski ada sosok lain juga yang ingin melintas di koridor yang sama-namun dunia seolah berhenti berotasi, dunia seolah kosong, hanya ada Woohyun dan...sosok itu seorang.

Kejadian beberapa detik itu seolah merupakan kejadian yang memakan waktu lama. Nyatanya hanya 60 detik, namun Woohyun merasa seolah 60 jam. Ia bisa menangkap bagaimana bibir sosok itu tersenyum malu saat tatap mereka bertemu, bagaimana sempurnanya hidung bangir yang di milikinya, bagaimana sorot mata teduh yang di milikinya seolah menarik jiwa Woohyun untuk mengenalinya lebih jauh.

Pasti ada alasan di balik sebuah pertemuan-tak ada kata kebetulan, itulah yang Woohyun percayai selama ini. Ketika sosok itu melintas di sisinya, Woohyun menghirup aroma manis dari parfum yang sosok itu gunakan. Aroma yang langsung merasuk indra penciumannya, menggrogoti jantungnya yang kian berdegup kencang, membuat darahnya berdesir-inikah cinta pada pandangan pertama? Hanya butuh waktu sesingkat 60 detik untuk membuat jiwanya melayang dan mengosongkan pikirannya?

Ketika Cinta MenghampiriWhere stories live. Discover now