Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Lita's pov;
Daddy memegang pinggangku yang memang sudah menjadi miliknya, dia terus menciumku dan aku membalasnya, aku menjambak rambutnya pelan dan meneruskan ciumanku, tetapi dia tiba-tiba melepasnya. "Aku harus pergi."
"Aku kira kau akan tinggal malam ini." Aku berkata dengan kekecewaan yang terpancar jelas. "Sorry baby girl, daddy harus bekerja okay?"
"No! don't leave me, daddy." kataku merengek dan memeluknya, dia membalas pelukanku dan menciumku lagi. "daddy akan pulang sekitar jam 4 pagi okay? Can you wait for a little bit?" aku menatap matanya yang tepat melihat ke arahku, aku mengangguk dengan setengah hati.
Daddy yang sudah mendapat perizinanku dengan senang mencium keningku dan berkata. "Good girl."
Kemudian dia pergi dan pamit lagi, aku hanya tersenyum dengan muka sedih dan dia pergi begitu saja, Daddy sedang sangat sibuk akhir-akhir ini.
Aku pergi ke balkon yang ada di kamarku, memang jarak dari tanah ke balkon tidak terlalu tinggi, ada tangga juga di balkonku untuk keluar masuk, entah lah, tangga ini tidak berguna sebenarnya.
Aku mengambil Turntable milikku yang berwarna hitam berbentuk seperti koper dan menaruhnya di balkon, aku mengambil beberapa piringan hitam juga, oh iya aku tidak lupa mengambil Pepsi cola dari kulkas.
Aku memasang piringan hitam Lana Del Rey dari albumnya yang Honeymoon, lagu terdengar dengan tenang dan aku merebahkan tubuhku begitu saja.
Kalian percaya tidak bahwa Daddy bilang dia akan menikahi ku tahun depan? Aku bahkan tidak percaya ini, aku kira aku hanya kinky material miliknya.
Lana Del Rey menyanyikan bagian hook dan aku mendengarkan sambil memejamkan mataku, aku membayangkan hidupku di tahun yang akan datang dengan Daddy, itu akan sempurna.
Loopy's pov;
Aku bersumpah serapah sambil mengatur nafasku, aku bahkan tidak tau aku sudah berlari berapa lama, aku tidak ingin memberi tahu kenapa aku lari seperti orang bodoh, masalah ini terlaru rumit dan jalan satu-satunya adalah lari.
Langkah kaki semakin terdengar dan berhenti di samping tempat aku sembunyi, ada pintu biru tua di belakangku dan aku berharap pintu ini bisa di buka agar aku dapat masuk dan pergi dari bajingan itu.
Aku termasuk ke orang yang tidak pantas berdoa tetapi aku tetap berdoa semoga dia tidak mengetahui aku ada disini.
*ding*
Hand phone sialan, aku lupa mematikan suaranya, sialan, aku tidak peduli dia mendekat, aku tetap memejamkan mataku, saat langkah kaki semakin mendekat, ada yang menarikku dengan keras dan semua terasa blur tiba-tiba aku sudah berada di lantai dapur yang bersih.
"Lari ke atas, cepat." suara perempuan menegurku dan aku seperti seorang pengecut menuruti, aku menaiki tangga coklat dan duduk di tangga paling atas.
Aku dapat mendengar suara mereka berdua dari sini, maksudku suara perempuan yang aku tidak tau siapa dan laki-laki yang mengejarku tadi.
"Kau benar tidak lihat?" kata laki-laki itu.
"nah." jawab perempuan itu malas, "Aku sedang mengirim pesan ke Daddy dan dia baru saja membalas, mungkin itu suara hand phone yang kau dengar." lanjut perempuan tadi.
"Aku tidak yakin.." Jawab laki-laki itu layaknya orang bodoh. "Aku tidak peduli okay? Ingin aku sampaikan kepada Daddy kalau kau disini?"
"Tidak! Jangan!" sahut laki-laki itu panik kemudian langkah kaki tergesa gesa menjauh pergi, aku yang sudah menahan nafas dari tadi menghela nafas panjang dan mencopot maskerku.
"Aku tidak tau seorang Ninja butuh bantuan." suara perempuan terdengar dari bawah tangga dan langkah kakinya mendekat, perempuan yang aku temui di tempat billiard berdiri di sana menatapku dengan mengejek, aku manatapnya kaget dan cepat mengenakan maskerku. "Oh shit, you're bleeding!" katanya tiba-tiba sambil berlari ke atas menghampriku, dia memegang jemari tanganku yang tadi di injak oleh bajingan sialan tadi.
"I don't need your fucking help, it makes me looked like a fucking coward." aku berjalan menabrak pundaknya untuk kedua kalinya, kotak emas dan hand phone yang ada di tangannya jatuh dan tembakau dari dalam kotak emas itu berhamburan kemana-mana.
Aku pergi dengan malu menuruni tangga dan keluar dari tempat di mana aku awal masuk tadi sambil pergi entah kemana yang penting menjauh dari sana.