Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Aku membuka mata saat sesuatu mendesak hidungku. Rasanya seperti kepulan asap yang hinggap di paru-paruku. Dengan susah payah, akupun bangun.
Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh ruangan ini. Dan semuanya berasap. Dari tadi aku hanya terbatuk-batuk dan berusaha berdiri.
Aku... dimana?
Kenapa aku bisa disini?
Terakhir kali yang aku ingat adalah aku dijemput Vernon lalu kita berdua lari di bawah hujan, Vernon mengeringkan rambutku dan ekhem menciumku sekaligus memelukku dan...
Astaga aku ingat.
---------------Flashback on------------
"Ayo cepat!"
Vernon menarikku menuju kamar dan menutup pintu rapat-rapat
"Sembunyi di kamar mandi sekarang!"
"Terus kamu gimana?"
Aku menatapnya khawatir dan Vernon malah tersenyum
"Ada sesuatu yang harus aku urus"
Ia bergegas pergi tapi aku menahan tangannya. Vernon otomatis menghentikan gerakannya dan menaikkan sebelah alisnya
"Kenapa kita harus kesini? Kamu tahu kalau kita bakal diserang disini. Kenapa gak pergi ke tempat lain"
Dia menghela nafas dan meraih beberapa helai rambutku lalu disematkan ke belakang telingaku
"Kita lagi bicara soal Mafia. Dimanapun kita pasti akan tetap diserang. Ngerti kan maksud aku?"
Aku hanya terdiam dan dengan setengah hati melepaskan tangan Vernon, membiarkan ia pergi
Sesaat sebelum aku melangkah ke kamar mandi, terdengar bunyi ledakan dan tubuhku terhempas.
--------------Flashback off-------------
Tidak mungkin. Lalu sekarang...
Vernon dimana? Apakah dia baik baik saja?
"Vernon!"
Aku berdiri dengan susah payah dan berjalan mencari pintu.
"Dapat!"
Aku menggenggam kenop pintu itu tapi saat aku ingin memutarnya, pintu itu rubuh ke depan. Dan lebih terkejutnya lagi apartment Vernon sudah hancur