Gaji yang kuperoleh dari pekerjaanku ini jauh lebih besar ketimbang yang biasa kuhabiskan saat kuliah. Karena itu aku tak pernah menghabiskan waktu di rumah dan selalu berakhir pekan dengan berpesta dengan teman-temanku. Pada permulaan Agustus, Ogawa dan aku berhasil mendapatkan dua gadis sebagai gebetan kami. Kami mengajak mereka ke sebuah rumah terbengkalai yang kabarnya berhantu. Tempat itu memang seram. Aku merasa merinding hanya dengan berjalan mengelilinginya dan kami merasa ada sesuatu yang selalu mengawasi kami sepanjang waktu. Namun, tak ada terjadi di sana dan kami akhirnya pulang setelah merasa bosan.

Tiga hari kemudian, aku sedang bekerja dan seperti hari-hari lain, pulang terlambat. Ada sebuah aturan tak tertulis di kantorku bahwa pegawai junior tidak sepantasnya meninggalkan kantor sebelum seluruh pegawai senior pulang. Ketika akhirnya bisa pulang, tubuhku sudah sangat teramat lelah. Aku berjalan masuk ke dalam kamar apartemen, mengunci pintunya, dan melepaskan sepatu. Aku tak tahu mengapa,  begitu melewati cermin, aku melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan. Perbuatan itu sangatlah bodoh, aku tahu itu. Namun hal itu terlintas begitu saja di pikiran dan saat itu aku merasa perlu untuk melakukannya.

Agar tak membuat kalian bingung, sebaiknya aku menjelaskannya kondisi tempat tinggalku terlebih dulu. Apartemen berjarak 15 menit dari stasiun kereta api. Kamarku bertipe studio [kamar luas tanpa penyekat] dengan sebuah lorong pendek menuju pintu masuk. Cermin itu berada di akhir lorong tersebut. Aku tak mau membicarakan terlalu banyak detail, tapi Ogawa pernah memberitahu tentang sebuah ritual kecil yang dapat kalian lakukan di depan cermin. Ia berkata, “Jika kamu berdiri di depan sebuah cermin dan membungkuk, kemudian melihat ke arah kanan, maka ‘sesuatu’ akan tampak.”

Aku sama sekali tak mengira sesuatu benar-benar akan terlihat, jadi aku melakukannya. Membungkuk di depan cermin lalu menoleh ke kanan.

Begitu menoleh, aku bisa mengatakan ada sesuatu yang berada tepat di bagian tengah kamar apartemen.

Apapun itu, ia terlihat sangat aneh.

Tingginya tak lebih dari dua meter. Rambutnya panjang dan berantakan, menutupi sebagian besar wajah. Kertas-kertas mantera menutupi wajahnya, tapi aku tak bisa mengatakan ada berapa banyak. Ketika aku melihat pakaiannya, aku cukup yakin pakaian itu sama seperti yang dipakaikan kepada jenazah pada upacara pemakaman. Selain itu, ia juga bergerak maju mundur, seperti meliukkan tubuh, secara berulang kali.

Aku membeku saat itu juga. Aku bahkan tak mampu bersuara. Tubuh terasa dilumpuhkan oleh rasa takut dan bingung. Otakku mencoba mecari penjelasan logis tentang apa yang sebenarnya terjadi dan apakah makhluk itu sebenarnya. Namun, rasanya tak ada penjelasan yang masuk akal tentang apa yang kulihat saat itu.

Aku ingin kalian mencoba memahami apa yang kualami saat itu. Coba tutuplah matamu dan bayangkan kalian berada di sebuah ruangan yang sangat sunyi. Kemudian bayangkan ada sesuatu yang berdiri di sana, mengamatimu.

Jelas ritual itulah yang membawa makhluk itu ke sini, tapi aku sama sekali tak mengerti apa yang terjadi saat itu. Pikiranku terlalu dipenuhi oleh rasa bingung dan takut. Makhluk itu seperti muncul entah dari mana dan anehnya lagi, kehadirannya serasa membuat udara di sekitarnya menjadi biru.

Kamar itu teramat sangat sunyi, sehingga aku merasa seperti waktu telah berhenti.

Aku akhirnya berkesimpulan bahwa secepatnya harus pergi dari apartemen ini. Sepatu masih tergeletak di lantai dan aku segera berusaha menggapainya, sementara mata tetap terpaku pada makhluk itu. Aku tak tahu mengapa, tapi aku merasa jika memalingkan wajahku dari makhluk itu, sesuatu yang buruk akan terjadi. Aku berjalan mundur keluar dari kamar. Biasanya hanya butuh 3 langkah untuk berjalan keluar dari cermin itu ke pintu keluar, tapi aku berjalan sangat perlahan dan waktu seakan berjalan lebih lambat. Aku masih bisa melihat makhluk itu dari cermin, dan melihat bahwa makhluk itu menggerakkan tubuhnya makin cepat, ke depan dan ke belakang. Aku juga mendengar ia mulai mengeluarkan suara, seperti rintihan.

Creepypasta (Mix & Original) Where stories live. Discover now