Chapter 14

195 24 4
                                    

Suara guntur terdengar nyaring dan bersahutan sesekali. Hujan deras tampak mengguyur kota seoul petang itu. Seperti mengulang kejadian beberapa tahun lalu bagi Woohyun ada ditempat ini.



Sejak tadi siang ia ada di gallerynya. Ia masih bingung menentukan tanggal kapan gallerynya itu dibuka untuk umum. Beberapa keperluan masih ada yang belum terpenuhi. Maka dari itu hari ini ia hanya iseng ingin melukis ditempat ini. Karena memang tempatnya sepi karena belum dibuka untuk umum, juga lumayan enak untuknya agar bisa berkonsentrasi.



Sebenarnya ia sudah ingin pulang sejak tadi sore namun kembali seperti dejavu ia sekarang juga dipaksa menunggu. Kali ini memang supirnya yang agak terlambat mungkin sedang terjebak macet. Ingin menghubungi Jinki tapi diurungkannya. Entahlah ia hanya tidak ingin saja. Ia juga tidak ingin mencoba nekat pulang sendiri seperti dulu. Rasa trauma tentu masih membayanginya.



Dan dari pada hanya menunggu dan tak melakukan apa-apa maka Woohyun pun kembali menyelesaikan lukisannya sembari menunggu sang supir. Mungkin nanti supirnya itu akan kena marah ibunya.


Namun rupanya bukan melukis yang dilakukannya karena yang ada sejak tadi ia hanya melamun. Sesekali tangannya memang bergerak namun beberapa saat kembali terhenti. Woohyun menghela nafas berat. Ia telah kehilangan konsentrasi dan moodnya rupanya.




Sesuatu tengah mengganggu pikirannya saat ini. Perasaan ini sebenarnya sudah lama ia rasakan. Namun itu dulu saat sosok itu belum hadir kembali. Dulu mungkin ia hanya bisa pasrah dengan keadaan, toh sosok itu juga sepertinya tidak akan pernah lagi ditemuinya. Ia seakan hanya hidup dalam angan-angan hingga bertahun lamanya. Tapi sekarang, bagai mimpi sosok itu hadir kembali dihadapannya dan seolah tak terjadi apa-apa. Mencoba mengusik hati Woohyun yang memang sudah terusik.



Woohyun merasa dia sudah dewasa sekarang. Ia tak bisa hanya mengutamakan egonya saja. Oh ayolah mereka dulu hanyalah anak kecil lalu terpisah dan dirinya yang memang bodoh malah jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Bahkan setelah bertahun-tahun ia masih diam-diam mempertahankan perasaan bodohnya. Entah apa yang akan terjadi jika Sunggyu mengetahuinya. Mungkin Sunggyu akan sangat menertawakan betapa konyolnya dia.



Tapi kejadian beberapa hari lalu? Kejadian yang sampai detik ini masih begitu jelas dalam ingatannya. Apa maksud Sunggyu melakukannya? Kenapa ia melakukannya? Woohyun selalu bertanya namun ia tak pernah mendapat jawabannya selain karena ia tak pernah berani bertanya juga karena semenjak kejadian beberapa hari yang lalu mereka tak pernah lagi bertemu ataupun berkomunikasi.



Lamunan Woohyun buyar ketika akhirnya ada suara langkah kaki yang terdengar. Woohyun pun mendesah lega. Ia segera berbalik.



"Huuh, Kang ahjussi lama sekali. Aku sud.."



Tidak, itu ternyata bukan Kang Ahjussi sang supir, akan tetapi sosok lain. Sosok yang kalau bisa saat ini tidak ingin ditemuinya. Setelah kejadian itu, rasanya akan sangat aneh kalau mereka bertemu. Woohyun bingung apa yang harus dibicarakan.


Woohyun menatap sebentar sosok pria tampan yang terlihat sedang berdiri disana tak jauh dari tempatnya kini duduk. Tubuhnya tampak sedikit basah. Apakah ia kehujanan?



"S-sunggyu Hyung..? Darimana kau tau aku ada disini?" ucap Woohyun matanya langsung kembali berfokus pada lukisannya. Ia sangat merasa canggung sekali.


"Aku hanya kebetulan lewat dan ternyata kau memang ada disini.." ucap Sunggyu datar. Matanya tak pernah lepas memandang Woohyun. Ada semburat tipis yang menghiasi wajah manis sahabatnya itu. Sunggyu kemudian menarik nafas berat ada sesuatu yang ditahannya. Dan beberapa hari ini ia cukup stress memikirkannya. Namun pada akhirnya ia harus bertindak. Ia tak bisa hanya diam saja. Ia ingin memastikannya.


Under A Tree [√ COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang