Bab 1.

88 29 15
                                    

Kamu pergi. bagaimana dengan diriku?apa kamu mengetahuinya. Aku rindu kamu, kembalilah. jika kamu ingin pergi kumohon bawa aku bersamamu.

____________________________________

Nayya yang masih berpakaian lusuh dengan noda darah yang masih tersisa di tangan. kini Nayya berada di depan rumah polwan cantik itu.

"Nayya. ini rumah ibu, di sana ada anak ibu satu-satunya. Dia baik, anak perempuan jadi kamu punya teman sekarang."

Nayya tidak merespon, hanya menatap mata polwan itu dalam, amat dalam dengan matanya yang memberikan gambaran tentang keadaan hatinya.

Polwan itu tersentuh hatinya dan hampir menangis.

"Jangan sedih. panggil saja aku ibu, anggap aku ibumu.anggap anakku itu kakakmu, ini rumahmu."

Polwan itu merangkul pundak Nayya. Membawa Nayya masuk. Suasana rumah yang hangat dengan kasih sayang keluarga membuat Nayya merindukan keluarga kecilnya. Ayah, ibu dan Satya sahabatnya adalah keluarga baginya.

"Malam sayang bagaimana kabar mu?!".

"Aku baik bu", kata seorang gadis kira-kira seusia dengan Nayya. "Bu itu siapa?," lanjutnya.

"Itu nayya. Dia teman baru kamu sekarang, tolong jaga dia yah Dia anak yang istimewa."

"Istimewa?."

"Nanti ibu ceritakan. Sekarang bantu dia membersihkan tubuhnya."

"Baik bu."

Nayya mendapatkan senyum hangat dari Arin anak polwan yang bernama Santi dan mempunyai ayah yang bernama Anwar.

"Ayo panggil gua kakak. selamat datang di rumah gua, harus betah disini yah."

Arin merangkul Nayya. Nayya kembali tersenyum, Arin tidak sengaja melihat tangan Nayya yang berdarah.

"Ini darah?." Arin menatap nayya dengan tatapan mengintimidasi.

Nayya menangis mengingat kejadian tadi sore. Dia melihat kembali tangganya yang masih bernoda darah.

"hiks..Satyaa..hiks..hiks."

"Yah...jangan nangis."

"Ibu...kenapa dia nangis?." Arin kebingungan saat nayya menangis dia harus apa?

"Sudah bawa aja ke kamar mandi. Tungguin dia takut butuh apa-apa, nanti ibu ceritain kenapa dia bisa disini dengan keadaan seperti ini."

"Yaudah."

Arin membawa nayya dengan merasa bersalah sudah memebuat Nayya menangis.

Setelah Nayya membersihkan tubuhnya dan memakai piyama milik Arin. Nayya di ajak untuk makan malam.

Wajah nya masih terlihat murung dan kebingungan.

"Nayya cepat makan nanti kamu sakit, abis makan minum susu langsung tidur yah." ucap ibu Santi.

Nayya mengangguk. Arin yang masih bingung dengan nayya, menatap wajah ibunya mengedipkan mata dan melirik ke Nayya.

Ibunya mengerti dan mengangguk untuk segera memberi tau tentang Nayya.

"Aku selesai makan. ku langsung tidur ibu, kakak."

"Arin antar adik kamu ke kamar."

"Ok, ayo dek! Ke kamar kaka aja."

Arin mengantar Nayya, tak lama Arin keluar dan bertanya pada ibunya.

"Ibu, coba bilang. kata ibu Nayya istimewa. Istimewa kenapa? apa yang bikin Nayya kaya gini?." tanya Arin.

Santi menceritakan dari awal sampai akhir. Membuat Arin yang mendengarnya terbawa perasaan dan menangis.

"hiks..hiks beneran bu..hiks..hiks"

"Iya...tapi kenapa kamu nangis?"

"Kasian.."

"Ckck baperan kamu. Udah temenin Nayya nya."

"Siap komandan!."

Arin berlari kecil dari ruang makan menuju kamar. Membuka pintu kamar pelan.

Kriekk...

Terlihat mata Nayya yang terpejam sambil menangis. Membuat hati Arin tambah tersentuh. Arin menaiki kasurnya membaringkan tubuhnya di samping Nayya, dan mengecup kening nayya.

Arin memeluk Nayya dengan hangat. sang kakak baru Nayya memberikan semangat dan kepercayaan untuk Nayya.

"Jangan nangis Nayya. Gua ada buat lu. Ada ibu santi, ayah Anwar yang bakal jadi keluarga lu sekarang."

Setelah berbisik di telinga Nayya, Arin tertidur dan mata Nayya terbuka.

"Terima kasih kak Arin. ibu santi, ayah anwar. Nayya sayang kalian. selamat malam Satya. Nayya kangen satya." Batin nayya.

NAYYA[Tamat]Dalam Proses Cleanser TypoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang