Part 24. Shape of Love

1.5K 150 19
                                    

"Kim Taehyung?"

"Ya! Jangan membuatku panik, Kim!"

Jimin terus mengguncangkan tubuh Taehyung yang ada di punggungnya, memastikan bahwa firasat buruknya tidak benar.

Jimin merasa tubuh Taehyung memberat, kepalanya juga telah sempurna bertumpu di pundaknya membuat Jimin semakin khawatir. Jimin semakin kelabakan. Taehyung sama sekali tidak bersuara.

Apa yang harus dilakukan? Yang terlintas dibenaknya saat ini adalah segera menghubungi Jungkook, memberitahunya bahwa Taehyung pingsan. Jimin tidak tahu lagi apa yang harus di lakukan selain menghubungi keluarganya.

Jimin merogoh ponsel di saku celananya dengan susah payah lantas mencari kontak dengan nama Jungkook kemudian mendial ikon hijau.

"Kim Jungkook. angkatlah.." Gumam Jimin lirih masih mengapit ponselnya di antara telinga dan pundak karena kedua tangannya sibuk menopang tubuh Taehyung.

Beberapa saat Jungkook tak kunjung mengangkat panggilan. Jimin tentu semakin gusar.

Namun kepanikannya sedikit teredam mana kala ia bisa merasakan pergerakan sebuah tangan yang tiba-tiba menyentuh lengan kanannya. Jimin berjingkat. Itu tangan Taehyung. Taehyung sudah sadar kembali!

"Jangan menghubungi Jungkook." Suaranya begitu lirih seperti dipaksakan.

"Eh..?" Jimin hanya terdiam begitu mendengar ungkapan dari bibir pucat Taehyung.

"Kumohon."

Dengan terpaksa Jimin akhirnya mematikan sambungan panggilan yang belum terjawab itu lalu mengambil ponselnya menggunakan tangan kirinya dengan amat hati-hati, dan membiarkannya masih tergenggam dalam jemarinya meski tangan itu kembali digunakan untuk menopang tubuh Taehyung.

"Kenapa?"

"Aku tidak ingin mendengar omelan dari anak itu." Jimin tertawa lirih.

"Baiklah kalau itu maumu."

Jimin melihat ada sebuah halte di dekatnya. Merasa tenaganya sudah semakin terkuras, Jimin putuskan untuk membawa Taehyung ke halte tersebut. Meletakkan tubuh lemah itu di bangku halte, berikut dengan tubuhnya sendiri.

Tidak ada percakapan. Kondisi halte pun sedang sepi. Hanya ada mereka berdua. Sesekali Jimin melirik sosok yang ada di sampingnya yang sedang bersandar sempurna di dinding kaca sembari memejamkan mata. Tangannya hanya terkulai di atas pangkuannya. Sejenak berjibaku memastikan kondisi Taehyung membuat Jimin yakin bahwa mungkin saja Taehyung sedang benar-benar kelelahan. Ingat, Taehyung memberitahunya bahwa dia memiliki anemia.

Taehyung sendiri sebenarnya ingin sekali mengobrol dengan Jimin tentang semua yang ingin dia sampaikan saat ini juga. Tapi tubuhnya sama sekali tidak bisa ia ajak kompromi. Napasnya masih sesak. Kepalanya terasa begitu pusing, bahkan ketika membuka mata pun semuanya terasa berputar dengan cepat. Maka dari itu memejamkan mata adalah solusi terbaik untuk saat ini. Jangan lupakan kedua kakinya yang terasa sangat ngilu hingga merambat ke area perut. Rasanya seluruh tubuhnya memberontak.

"Benarkah kau tidak apa-apa?"

Tanya Jimin sekali lagi begitu melihat kerutan di dahi Taehyung. Tidak bisa dipungkiri Jimin juga masih dirundung cemas karena tadi Taehyung sempat tidak sadarkan diri meski sebentar. Bahkan keringat sebesar biji jagung berlomba-lomba keluar dari celah kulit wajahnya.

Taehyung mengangguk singkat.

"Jim, tolong kirimkan pesan pada Jungkook kalau aku sedang berada di rumahmu. Aku tidak ingin keluargaku mencemaskanku."

Apakah Taehyung baru saja menyuruhnya untuk berbohong? Namun, saat melihat keadaan Taehyung yang seperti itu, entah mengapa Jimin tidak mau ada perdebatan terjadi di antara keduanya. Ia putuskan untuk memenuhi keinginan Taehyung.

DREAM - So far Away [End]✔Where stories live. Discover now