Prologue

305 51 6
                                    

Happy Reading

.

.

.

.

.


Sepasang kaki itu digerakkan berdasarkan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya, melangkah gontai menyusuri sebuah kamar tidur yang lebih luas sedikit dari lapangan tenis. Pemiliknya mendecak dengan mata tertutup, "ck, sejak kapan kamar mandiku jauh sekali hha."

Pintu kamar mandi secara beruntung ditemukan oleh si pemuda manis, dibuka dan tidak ditutup kembali. Tanpa peduli terhadap sekitar pandangannya yang setengah terbuka hanya tertuju pada sebuah kloset yang membuatnya sedikit mengernyit, "dan sejak kapan- ck, terserah." Dia bersegera duduk di atas kloset hingga akhirnya sadar sesuatu yang aneh tengah terjadi.

Sejak kapan kamar tidurnya menjadi kelewat luas. Sejak kapan kamar mandinya kelewat mewah. Sejak kapan cara berpakaiannya berubah. Dan sejak kapan pipisnya keluar secara tak biasanya. Mulutnya yang menahan kantuk bahkan tak jadi menguap akibat keheranan yang kian menguat. Kepalanya yang tertekuk karena masih ingin tidur kemudian semakin menunduk dengan bola mata yang seolah meloncat keluar.

Napasnya tercekat melihat selangkangannya sendiri. Mata melototnya langsung mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan.

"Shit! Di mana ini!"umpatnya tergopoh-gopoh memburu cermin, "dan kenapa tubuhku- fuck, ini mimpi kan!"

Menyipit penuh selidik permukaan cermin dia dekati. Kedua pipi dicubit keras-keras, sekujur tubuh diraba-raba penuh kepanikan. Sepasang tangannya yang bergerak liar tak tentu arah kemudian terhenti di bawah perut antara paha, ya selangkangan, area yang tadi sukses membuatnya terjaga sempurna.

Demi Kumamonku tercinta...

Jangan bilang jiwaku...

"Shit!"

Sosoknya langsung menghambur keluar kamar mandi untuk mendapati seorang maid tengah mendorong troli makanan mendekati ranjang kanopi ukuran king size.

"Wah..."desahnya kagum dibalik pikiran dan perasaan yang campur aduk. Pasalnya baru kali ini dia menyaksikkan langsung, nah menginjakkan kaki, berada di sebuah kamar tidur luas nan mewah bernuansa- eh?

"Bukannya dia punya batang ya. Kok kamarnya feminin begini????"

"Oh, selamat pagi Tuan Muda,"maid bername tag Maeda Rin membungkuk hormat memberi sapaan sopan, "silahkan menikmati early morning tea anda, Tuan Muda,"ucapnya halus penuh kesantunan setelah menaruh sebuah nampan berisi seteko teh panas, secangkir teh lemon hangat dan sebotol kecil madu di atas ranjang empuk milik Tuan Muda-nya.

"Siapa aku?"tanyanya melangkah mendekati Rin.

"Eh?"Rin merasa telinganya telah salah dengar. Atau barangkali Sang Tuan Muda masih tenggelam dalam mimpinya.

"Bukan, bukan, bukan. Yang paling penting, aku masih di Korea kan???"

"Eeh?"

"Kau- yeah, kau memang bicara dengan bahasa korea- tapi- oh! Tuhan!"

"Tuan Muda, apa anda baik-baik saja?"

Si Tuan Muda tak lagi menggubris Rin karena sibuk mencari-cari sesuatu. Begitu sebuah telepon tertangkap penglihatannya, cepat-cepat dia meraih gagang itu dan memencet-mencet deretan nomor yang telah dia hapal di luar kepala.

"Apa- Yah! Telepon ini rusak ya??"

"Eou, anda ingin memanggil siapa Tuan Muda?"Rin bertanya sopan dibalik keheranannya. Telepon khusus yang hanya bisa terhubung dengan telepon lain di berbagai sudut kediaman Park belum pernah rusak ataupun bermasalah. Kombinasi angka yang dipencet Tuan Muda-nya sama sekali tidak dia ketahui. Salah pencet atau bagaimana? Karena itulah Rin bertanya untuk memastikan.

Just look at My Soul [SLOWUPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang