"Aku masih bertanya-tanya apa yang telah ku lakuakan sampai Tuhan sebaik ini memberiku istri seperti kamu, Re." Tak berani menatap Dewa, Rere memilih membenamkan wajahnya di bahu Dewa.

"Dewa." Bisik Rere.

"Iya." jawab Dewa. Dia mendaratkan kecupan di leher Rere yang semakin jenjang karna Rere menggulung rambutnya ke atas.

"Udah dong, Aku malu."

See? Ini akan terasa 'wajar' jika mereka belum melakukan hubungan suami-istri. Sedangkan mereka telah berhubungan lama dan Dewa sudah memberanikan diri untuk mengakui perasaannya lebih dulu.

"I love you, darl." memberikan kecupan pada puncak kepala Rere sebelum sebelah tanganya meraih pinggang Rere dan menghelanya lembut.

*****

Rumah kediaman keluarga Dewa terlihat mulai ramai dengan tamu yang berdatangan. Malam ini pesta pernikahan kedua orangtua Dewa. Mereka memilih menggelar acaranya di halaman rumah yang cukup luas dengan dan membiarkan para tamu menikmati taburan bintang sebagai atapnya. Memanfaatkan musim panas yang menyajikan langit cerah, Orang tua Dewa sengaja tidak memasang tenda di luar.

"Tante Rere." sedikit terhuyung, Rere meraih tubuh mungil sebatas pahanya yang menubrukan tubuhnya ke tubuh Rere.

Senyuman lebar terbit di wajah cantik Rere saat mendapati balita dengan rambut yang di gulung keatas dengan jepitan kupu-kupu berwarna perak. "Bita." nama balita itu. Keponakan Dewa.

"Bita kangen Tante Rere." Rere terkekeh mendengar Bita yang sedikit kesusahan mengucapkan huruf R. Ini lebih baik dari pada awal pertemuan mereka di pesta pernikahanya. Bita memanggilnya Tante Lele. Miris.

"Tante juga kangen."

"Sama Om Dewa kangen nggak?" tanya Dewa yang ikut berjongkok didepan Bita. Mengikuti Rere.

"Kangen, tapi sedikit. Masih banyak ke Tante Rere." Dewa mencibir Bita.

"Sudah mbak duga Bita disini."  masih dalam posisi berjongkok, Dewa dan Rere menoleh ke asal suara. Tara, ibu Bita.

Bangkit dari posisi berjongkok, Rere menghampiri Tara yang sudah merentangkan kedua tanganya. "Mbak Tara apa kabar?" tanya Rere masih dalam pelukan Tara. Sementara yang di tanya masih terkekeh.

"Baik. Kangen, Re." Tara kembali memeluk Rere. Dari banyaknya sepupu Dewa, Rere paling dekat dengan Tara meski mereka jarang bertemu karna Tara dan keluarganya tinggal di Batam.

"Sama, Aku juga kangen sama mbak Tara." balas Rere.

"Bita kok nggak di peluk lagi." Rere dan Tara langsung tertawa mendengar rengekan Bita.

"Ini di peluk sama Om Dewa, di gendong malah." Dewa menggoyang gendonganya pada Bita. Mengundang tawa Rere dan Tara lagi.

Bita mendengus kesal. "Tapi Bita maunya di peluk sama di gendong tante Rere." Melihat Bita yang bergerak-gerak minta digedong, Rere mendekat dan meraih Bita dalam gendonganya.

"Kamu pakai heels, Re." cegah Dewa yang masih memegang Bita. Belum sepenuhnya melepas beban berat Bita pada Rere.

"Aman kok, nanti Aku lepas kalo pegel."

"Yakin?" Rere mengangguk mantap.

"Guys, kalian udah pantes loh punya momongan." Meski tak menyentuh tubuh Rere, Dewa tahu bahwa ucapan Tara membuat tubuh Rere menegang.

*****

Gemuruh tepuk tangan kembali menarik kesadaran Rere pada acara yang sedang berlangsung. Dengan tak bersemangat Rere ikut bertepuk tangan atas potongan kue yang dilakukan oleh kedua mertuanya. Menyunggingkan senyum senatural mungkin untuk menyembunyikan segala bisikan dalam otaknya. Lagi-lagi otaknya kembali berpikir keras saat ada kata 'anak' dan 'momongan' yang terlontar.

Meet You (TAMAT) Where stories live. Discover now