Bagian 1 Jarek Vio

67.1K 1K 73
                                    

Sudah 3 bulan berlalu sejak insiden Jarek yang meninggal. Namun syukurlah, itu bukan Jarek. Dua bulan terakhir ini, Jarek disibukkan dengan pekerjannya. Banyak kontrak kejasama yang dia jalani. Bukan dari perusahaannya saja, tapi dari perusahaan yang di kelola saat ini.

Walaupun perusahaan ini hanya cabang tapi kerjasama dari perusahaan besar sangat banyak. Dan tak sedikit dari mereka juga bekerja sama dengan perusahaan Jarek. Pergi pagi pulang malam, tak ada waktu buat Jarek untuk menemani Vio mengurusi Afsheen.

Jarek dan Vio jarang berkomunikasi akhir-akhir ini karena Jarek sibuk-sibuknya. Dan Sudah 2 minggu ini pun Jarek sering pergi keluar kota. Vio hanya bisa mengerti keadaan Jarek, karena saat ini Jarek bukan hanya menjadi CEO untuk perusahaannya sendiri, tapi dia pun bekerja untuk orang lain.

Jam 11 malam, Vio mendengar suara mobil Jarek. Vio ingin menyambut Jarek, namun dia tidak bisa melakukannya. Afsheen baru saja bangun karena mengompol, dan Afsheen pun haus. Ini saja mata Afsheen masih terjaga sambil menyedot makanannya dari punting Vio.

Pintu kamar terbuka secara pelan. Mungkin Jarek takut Vio dan Afsheen terbangun. Vio tersenyum kearah Jarek, Jarek pun ikut tersenyum.

"Aku kira kamu udah tidur."

"Nih, gadis mu. Habis ngompol terus kelaparan."

Jarek meletakkan jasnya di kursi meja rias Vio. Kemudian dia pun melihat Afsheen yang masih asik menyendot puting Vio. Jarek tersenyum mlihatnya. Afsheen yang mungkin merasa sedang di perhatikan ayahnya pun langsung melepaskan puting Vio. Mata beloknya melihat kearah Jarek. Mata itu mengerjap-ngerjap menatap Jarek. Seperti sedang mengingat, siapa orang ini.

"Uuh... Anak ayah gemesin banget sih. Bakpaunya itu, pingin ayah gigit-gigit."

Afsheen malah tersenyum, sambil meperlihatkan gusinya.

"Ayah mandi dulu deh, habis tuh ayah bakalan gigit-gigit pipi bakpau mu itu."

"Mas jagain Afseheen bentar. Biar aku yang siapin air buat mas mandi."

"Udah gak usah, aku bisa sendiri. Kamu jagain Afsheen aja. Lagian aku bau, seharian di kantor. Habis dari luar juga, ntar kalo ada yang ngikut, kan berabe."

"Iya."

"Ya udah aku mandi dulu."

"Maaf ya mas."

Jarek mencubit hidung Vio gemas.

"Sakit mas." Ucap Vio sambil mengusap-usap hidungnya.

"Mangkannya gak perlu bilang maaf segala. Udah di bilangin juga, kamu ini."

"Iya-iya maaf."

"Afsheen jangan bobo dulu ya... Ayah mau main sama kamu bentar."

Afsheen hanya mencoba menggigit kakinya. Jarek hanya terkekeh melihat tinggkah anaknya itu. Jarek pun pergi kekamar mandi, untuk membersihkan dirinya.

"Hiih...iyek ini. " Ucap Vio sambil menurunkan kaki Afsheen, bayi kecil itu tidak tau maksud ibunya. Dia pun lagi-lagi mencoba menggigiti kakinya. Jika tidak sampai, dia pasti akan menggigit tangannya sendiri.

Afsheen yang sepertinya tidak mau tidur pun akhirnya di biarkan saja oleh Vio. Vio bangun dari tempat tidur, dia meletakkan bantal di samping kanan dan kiri Afsheen. Vio berjalan ke lemari pakaian dan mengambilkan pakaian jarek. Hanya celana boxer dan juga singlet. Jarek lebih suka menggunakan itu akhir-akhir ini.

Setelah selesai menyiapkan pakain Jarek, Vio turun kebawah. Perutnya terasa lapar dan juga haus. Vio mengambil beberapa lembar roti dan dia juga membuat dua cangkir teh panas. Sedang asik-asiknya makan roti, tiba-tiba Jarek datang dan mencium kening Vio.

Wedding StoryWhere stories live. Discover now