Mawar dan Ilalang

30 7 0
                                    

Pekaranganku semakin kaya sejak dua jenis tanaman baru tumbuh di sana.

Jenis yang pertama adalah semak mawar yang rimbun. Mawar-mawar itu hadir dalam berbagai warna dan ukurannya lumayan besar, hampir sebesar tanganku sendiri. Meski cantik, durinya amat tajam sehingga aku harus memperingatkan siapa pun yang hendak melihatnya dari dekat. Mereka tumbuh amat cepat. Di hari pertama tampilannya masih berupa benih, di hari kedua semaknya mulai terbentuk, dan di hari ketiga lusinan mawar dengan lusinan warna muncul dalam kondisi mekar sempurna. Jangan tanya apa yang terjadi di hari keempat dan hari-hari berikutnya. Yang pasti kini tetangga sering kesulitan membedakan mana rumahku dan mana semak-semak mawar saking lebat dan banyaknya mawar yang merambati rumahku.

Jenis kedua adalah ilalang. Tanaman ini lebih ramah daripada si mawar yang mengancam dengan durinya, tetapi lebih tangguh. Hujan dan panas tak serta-merta membuatnya layu, beda dengan mawarku yang membutuhkan perhatian ekstra. Ilalangku adalah tumbuhan yang mandiri. Mereka tumbuh agak jauh dari rumah, menghiasi hulu sungai sekaligus mendominasinya. Anak-anak yang menyentuh si ilalang tak membuatku pusing, tapi kalau mereka sampai mematahkan satu batang saja, aku tak akan segan mengacungkan penggorengan ke arah mereka dan berteriak-teriak seperti orang lupa diri. Semandiri apa pun ilalangku, ia tetap tumbuhanku. Tak akan kubiarkan siapa pun melukainya.

Oh ya, ngomong-ngomong, apa mawar dan ilalang pada dasarnya menarik satu sama lain? Aku tak pernah berpikir mereka menghuni habitat yang sama, tapi mawar dan ilalangku semakin hari semakin menyebar jauh dari tempat mereka tertanam dulu dan kini batang dan sulur keduanya nyaris bersentuhan. Apa ini wajar terjadi, atau apa karena mereka milikku sehingga mereka bersikap aneh?

Sang KhalayakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang