31 - Rencana

1.3K 295 58
                                    






Aku sudah di Haesung.

Son Seungwan baru saja kembali ke ruang tengah sehabis menyikat gigi ketika ada pesan masuk dari Min Yoongi. Yang terlintas di pikirannya adalah, mengapa Yoongi bersemangat sekali? Padahal baru kemarin dia keluar dari Rumah Sakit dan hari ini dia sudah datang untuk mengikuti program rehabilitasi.

Oh, benar juga. Dia pasti bosan.

Semangat! Ada dokter siapa di sana?

Dokter Park Jimin. Sama beberapa trainer.

Oke. Titip salam untuk Dokter Park, ya.

Pada bagian atas layar ponselnya, terlihat bahwa waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi. Seharusnya Seungwan ada di Rumah Sakit saat ini, tapi ia memang sengaja mengambil cuti selama dua hari, untuk menemani Yoongi yang baru saja keluar dari Rumah Sakit. Tapi rencana itu sudah ia kubur dalam-dalam karena campur tangan kedua orang tuanya. Kini ia tidak boleh bertemu Yoongi lagi, entah sampai kapan.

Seungwan yakin ia dan Yoongi akan menemukan cara untuk membuka mata kedua orang tuanya. Tapi tidak sekarang.

Sebagai ganti karena tidak bisa menghabiskan waktu bersama Yoongi hari ini, Seungwan diajak oleh Nyonya Kim untuk berbelanja bersama. Tentu saja Haesoo akan ikut bersama mereka.

Setelah sekian lama, Seungwan kembali tidur bersama Haesoo tadi malam. Gadis kecil yang sudah berhari-hari tidur di kediaman Keluarga Kim itu memeluk Seungwan begitu erat semalam. Seungwan sadar ia selama ini selalu berusaha keras untuk membahagiakan Haesoo, tetapi ia tidak memiliki waktu untuk bersama Haesoo. Ironis sekali, bukan?

"Seungwan sudah siap?" tanya Nyonya Kim dari arah tangga menuju lantai 2.

"Sudah, bu. Haesoo juga sudah siap," jawab Seungwan kemudian melirik Haesoo yang sedang duduk manis menonton TV.

Terkadang Seungwan heran dengan Nyonya Kim yang terlihat sangat bebas seakan tidak memiliki jadwal yang padat. Padahal beliau masih salah satu petinggi di Kim Industries, tapi beliau bisa mengambil libur hari ini untuk menemani Seungwan dan Haesoo.

"Kalian berdua cantik sekali," puji Nyonya Kim sambil tersenyum. "Baiklah. Apa ibu perlu panggilkan supir?"

Seungwan menggeleng cepat. "Biar aku saja yang nyetir, bu."

Sebenarnya bisa saja Seungwan meminta supir Keluarga Kim untuk menyetir mobilnya. Tapi ia tahu betul mentalnya belum pulih betul. Kepalanya akan sedikit panas ketika memikirkan apa yang dikatakan papanya kemarin. Menyetir mobil adalah salah satu cara untuk menyibukkan diri dan mengalihkan pikirannya.

Lagipula ini adalah hari kerja. Jalanan tidak mungkin macet dan mall juga baru akan buka ketika mereka sampai di sana. Tidak ada masalah.

Lima menit kemudian, mobil mini cooper Seungwan sudah menyelusuri jalanan dengan lancar. Langit terlihat mendung tapi hawa hujan sama sekali tidak terasa. Haesoo duduk di pangkuan Nyonya Kim dengan sangat tenang dan sesekali meletakkan tangan mungilnya di jendela.

"Apa ada barang yang ibu cari di mall?" tanya Seungwan berbasa-basi.

"Nggak ada, kok. Kalau ada baju yang bagus, ibu mau beli. Tapi hari ini ibu mau bayar apa saja yang kamu dan Haesoo mau."

Alis Seungwan terangkat. "Eh?"

Nyonya Kim menghela napas. "Seungwan, ibu tahu kamu sangat sibuk sampai nggak sempat beli baju. Ibu dengar kalau ada pesta, kamu selalu pinjam dress dari butik temanmu?"

Seungwan menggigit bibir kemudian mengangguk.

"Lalu Haesoo juga. Meski masih kecil, dia tumbuh besar dengan cepat, 'kan?" lanjut Nyonya Kim. "Beberapa baju dia sudah kecil. Jadi belanja baju adalah kebutuhan utama hari ini."

Primrose ; suga wendyWhere stories live. Discover now