06. Paniknya Wanda

3.8K 656 63
                                    

Wanda bertemu Seva di jalan ketika dia pulang dari warung.

"Bu Wanda darimana?" Tanya Seva yang berjalan menghampiri Wanda.

"Oh ini Pak, aku baru beli bumbu dapur. Bapak sendiri darimana?" tanya Wanda yang menunjukkan kantong plastik putihnya kepada Seva.

"Kebetulan, aku juga dari rumah ibu. Nganter Mas Calvin, ternyata di rumah ibu juga ada Mar-" belum selesai Seva berbicara, Wanda sudah tak ada.

"Tin" lanjut Seva yang melihat Wanda semakin menjauh.

Wanda berlari pergi meninggalkan Seva, dan lucunya dia tidak permisi sama sekali. Entah apa yang dipikirkan Wanda, intinya dia takut sesuatu terjadi.

Sesampainya di rumah, Wanda langsung mendobrak pintu dan berdiri tidak jauh dari pintu. Kemudian dia melihat ada kedua pria dewasa duduk di kursi tamu bersama sang kakak, Dio.

"Mas Calvin ngapain disini?" tanya Wanda dengan nafas yang masih terngengah-engah.

"Menepati janji, tapi bapak lagi di cukur. Jadi belum bisa kesini" jawab Calvin yang menatap Wanda dengan santai.

"Terus kak Martin ada apa kesini?" tanya Wanda yang melihat Martin di depan Calvin.

"Aku? Ya mau bicara sama mamah kamu" jawab Martin dengan santai pula.

"ALLAHUAKBAR! INI GUE BERASA MAU IKUT TAKE ME OUT-KAMU LAGI NGAPAIN KESINI?!" pekik Wanda yang melihat Seva datang.

Otomatis Seva membulatkan matanya terkejut karena terkena pekikan Wanda. Padahal dia baru saja datang.

"Ini bu, jahe sama kunyitnya jatuh dari kresek" kata Seva yang menyodorkan jahe beserta kunyitnya.

Wanda pun melihat kreseknya bolong. Karena Wanda membeli sun kara, kan ujungnya runcing. Jadi itu bisa membuat kantong plastik bolong.

"Yaudah makasih, pulang sana!" usir wanda yang merebut kasar apa yang ada di tangan Seva.

"Ini bingung sih ya. Mau pilih yang mana, dua duanya ganteng. Sama sama pekerja tetap juga. Pusing" kata Dio, kakak laki-laki Wanda yang memperhatikan kedua pria dewasa di depannya.

"Mas yang satu lagi juga mau?" tanya Dio yang melihat Kenji ada di belakang Wanda.

"Saya? Udah beranak" jawab Kenji, kakaknya Calvin.

"Kalian tolong pulang ya" ujar Wanda.

"Tapi-" ucapan Martin terpotong.

"Nggak ada tapi-tapian, aku belum siap. Tolong ya, tinggalin rumah ini. Lagian mamah aku juga nggak ada, terus ngapain kalian kesini? Bukannya perlu sama mamah aku? Bukan kakak aku kan?" tanya Wanda tanpa jeda.

"Hush, de ngomongnya-"

"Kak, mereka kesini mau ada urusan sama aku. Bukan ke kakak. Udah, kakak juga jangan ribut. Wanda mau ke kamar" Wanda menyimpan kresek berisi bumbu dapur di meja tamu. Ya kali mau kasih suguhan sejenis jahe, kunyit, dan sebagainya untuk tamu. Lawak kamu Wanda.

Sedangkan Martin, Calvin, Dio, Seva dan Kenji hanya menatap heran dengan tingkah Wanda. Mereka berfikir itu adalah bahasa tubuh dari 'paniknya' Wanda.

🍓🍓🍓

"Selena, bingung nih" Wanda duduk di ranjangnya. Dengan ponsel yang ditempelkan di telinga kiri. Sedangkan jarinya tangan kanannya sibuk mengusap gambar sprei kasur.

"Kenapa emang?"

"Kamu tau Calvin nggak? Dia kerja di PUPR loh, bagian umum"

"Oh, anak Pak Kadis di Disperkim ya? Pernah ketemu sih pas aku minta cap dinas ke bagian umum"

[✔] kebelet nikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang