Part 15 - Mengapa?

3.3K 404 11
                                    

Ava mematung dengan kedua mata berkaca-kaca. Benarkah telinganya mendengar? Mengapa semua terasa sangat mustahil dalam nalarnya? Bukankah Hayam Wuruk meminang kakaknya dengan kesungguhan hati? Tapi mengapa telinganya mendengar sesuatu yang sangat menyentil perasaannya sebagai seorang anak.

Perasaan Ava campur aduk. Apakah harus senang ataukah harus sedih Ava tak yakin, semua terasa sangat mengejutkan. Disatu sisi dia merasa senang, karena dia yang sang pemilik hati tak akan menjadi milik orang lain. Tapi rasa itu tak sejalan dengan air mata yang tanpa sadar mengalir dikedua pipinya, dengan binar mata tenggelam seiring dengan perasaan sedih dan kecewa yang tak dapat dia bendung. Hatinya terasa terembat dengan keras saat menyadari kakak yang meski tak pernah bersikap baik padanya kini telah tiada. Ayah yang belum sempat mengulurkan tangan, belum pernah merengkuhnya dalam pelukan yang menenangkan, juga belum pernah mereka berbagi canda tawa. Tapi kini, ayahnya telah kembali kesisi para Dewa.

Betapa menyakitkannya takdir yang dijalaninya. Semua yang terjadi berbanding terbalik dengan harapan dan do'anya. Apakah semesta tengah mempermainkannya? Dan sekarang sudahkah mereka tertawa melihat keadaannya?

Padjajaran diselimuti dengan kabut duka yang menyesakan. Langit pun ikut kelabu seolah ikut berduka atas kejadian yang menimpa rombongan Padjajaran. Linggabuana dan putrinya Dyah Pitaloka serta rombongan datang ke Majapahit dengan segenap harga diri dan kehormatan. Tapi saat sampai. Di Lapangan Bubat itu, Majapahit melalui Mahapatih agungnya yang terkenal akan ambisi, keberanian, dan wibawanya menghianati Padjajaran.

Betapa terlukanya hati dan harga diri Putri Dyah Pitaloka sebagai seorang putri bangsawan terhormat dan sebabagai wanita saat mendengar penuturan Gajah Mada. Hatinya yang tadinya berbunga karena datang sebagai calon permaisuri yang akan sangat disegani, saat itu langsung dipenuhi dengan guntur dan badai saat tanpa hati Gajah Mada yang ditugaskan menjemputnya malah memintanya untuk datang sendiri. Menyerahkan dirinya sebagai persembahan dan tanda takluk kerajaan.

Yang membutnya murka bukan main adalah kala Gajah Mada membunuh ayahnya tanpa perasaan didepan matanya. Maka tanpa ragu, dia melakukan Belapati. Mati dengan segenap harga diri dan dendam yang dibawanya pergi.

Ava terduduk lemah disudut kamarnya menangis terisak dengan amat menyakitkan.
"Ayah!" Panggilnya lirih. Berulang kali ia menyebut, memanggil sang Ayah yang tak pernah melimpahkan kasih sayangnya dengan penuh luka.

"Ayah! Ya Dewa, mengapa engkau begitu sampai hati memanggil Ayahku begitu cepat?"

Pundak Ava bergetar seiring semakin kerasnya isak tangis yang ia keluarkan.

"Gara kenapa kamu tega melakukan semua ini?"






***

16 Januari 2019

Sampai disini adakah yang masih menanti Ava dan Gara?

Biru

Didhelikake ing Padjajaran (Selesai)Where stories live. Discover now