Part 6 - Perayaan Hari Kelahiran Raja

3.9K 542 40
                                    

Ketika hari yang dinanti semua orang tiba, Ava hanya dapat mendesah lelah. Kemarin seharian ia tidak tidur dan sekarangpun sepertinya akan sama melelahkan. Ava berharap perayaan ini dibatalkan saja. Toh hanya membuat para pelayan kerepotan dan kekurangan istirahat.

Ava telah memberikan gaun yang tempo hari ia tenun kepada Putri Dyah Pitaloka. Kakaknya itu terlihat sangat senang. Jangankan kakaknya dia saja yang membuatnya meski ketiduran sangat senang.

Tapi, ada yang membuatnya heran. Ava melihat kearah jemuran yang sengaja ia buat didalan kamar untuk menjemur jubah yang menyelimuti tubuhnya ketika ia jatuh tertidur.

Milik siapa jubah ini sebenarnya?

Ava menyentuh jubah berwarna merah gelap polos, yang terasa sangat halus dijarinya. Ava belum pernah melihat benda ini selama ia berada dikeraton Padjajaran. Membuatnya yakin untuk menyembunyikannya dikamarnya. Mungkinkah ini milik mahluk yang kematin memeluknya?

Ava melipat jubah itu, menaruhnya kedalam kejanjang paling bawah pada tempat bajunya. Dengan begitu, setidaknya ketika ada orang yang masuk tidak akan langsung menemukan benda itu.

Matahari perlahan mulai turun keperaduan, yang berarti kesibukannya sudah bertambah lima kali lipat, karena harus mengantarkan jamuan untuk para tamu, menyimpan bingkisan untuk Raja, atau tak henti berdo'a agar semua berjalan lancar, karena jika kalau tidak para pelayan akan mendapat hukuman. Entah itu pemotongan upah, maupun hukuman fisik lainnya.

🍋🍋🍋

"Yang Mulia Raja Hayam Wuruk dan Putri Dyah Nertaja dari kerajaan Majapahit." Suara lantang itu membuat semua orang yang masih dipelataran menoleh kegerbang istana, dimana Hayam Wuruk yang menunggangi kuda hitam, didampingi Gajah Mada yang menunggangi kuda putih berjalan dengan gagah. Dibelakangnya kereta kuda dengan lambang Majapahit berkibar--- yang membawa Dyah Nertaja yang dikawal prajurit yang gagah berani mengikuti.

Beberapa Raja yang datang tersenyum melihat kedatangan penguasa negeri yang amat disegani. Hayam Wuruk turun dari kudanya dengan tenang, lalu berjalan menuju Kereta kuda Dyah Nertaja. Membantu adiknya itu turun. Beberapa pemuda sempat meliriknya dengan wajah terpesona. wajahnya terlihat begitu lembut dan anggun.

"Ayo adik." Putri Dyah hanya mendengus mendengar perintah Kangmasnya yang menegaskan status mereka sebagai adik kakak, kenapa Hayam Wuruk tidak membawanya sebagai calon isteri saja, agar para pangeran mata keranjang itu berhenti memandangnya.

"Tenanglah adik. Kangmas, tidak akan membiarkan mereka begitu saja." Hayam Wuruk memandang tajam pada siapa saja yang berani memandang adiknya hingga membuat mereka mengalihkan pandangan. "Terserah."

Hayam Wuruk menggandeng Dyah dengan mata memedar berharap dapat menemukan objek yang membuatnya datang menghadiri acara tak penting ini. Tapi sejauh kakinya melangkah tak ada tanda-tanda gadis itu.

Mata Dyah berbinar begitu mereka memasuki bale, dimana perayaan diadakan. Makanan-makanan diatas meja yang menggugah selera. Para pelayan yang hilir mudik. Obor-obor ditembok dengan api warna-warni karena sudah dimantrai.

"Kangmas, ada apa toh? Kok gelisah?" Hayam Wuruk hanya menggeleng, kemudian menyapa tuan rumah untuk kesopanan.


***

18 Desember 2018

Dimata sebagian teman saya, saya adalah org yg suka berhalusinasi. Ya begitulah tanggapan mereka akan ketertarikan berlebih saya terhadap Majapahit. Mereka menganggap saya aneh karena menyukai semua ini...membuat cerita seperti ini. Sya tdk merasa keberatan selama itu tdk mengganggu ketenangan sy walau kadang saya juga merasa risih. Bukankah ini negara demokrasi? Saya harap kita bisa saling menghormati kegemaran masing2:')

Biru

Didhelikake ing Padjajaran (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang