Kembali

128 9 1
                                    

Dan pada akhirnya cerita yang dulu aku banggakan, hilang terbawa penyesalan.


Malamku tak lagi seindah dulu, tak lagi semenarik waktu itu. iya, waktu dimana kita saling bercerita tanpa beban dan tanpa masalah yang harus kita lalui. Aku tahu setiap manusia akan bertindak benar ketika dia sudah melalukan kesalahan. Namun, kali ini aku yang telah membuat salah besar terhadapmu. Aku telah menyia-nyiakanmu di waktu kau telah menaruh hati kepadaku. Andai rasa peka bisa hadir kala itu, itu hobiku, cuma bisa berandai-andai.

Puan, beginikah kau menghukumku? aku rela sakit agar kau melihat cita-citaku untuk memilikimu, aku rela kau suruh apapun demi maafku kau terima. Kesederhanaamu yang membuatku tak bisa berhenti memikirkanmu. Entah saat jauh seperti ini, hanya rindu yang bisa aku sampaikan padamu. Jujur aku tak kuat, aku tak bisa membohongi kegelisahanku, aku tak bisa membohongi perasaanku, bahwa aku resah saat tak dapat kabar darimu, aku khawatir tentang harapku yang telah pupus. Pupus akibat aku terlambat sadar bahwa kau pernah mencintaiku.

Tak ada yang lebih bahagia saat aku bisa berboncengan denganmu, tertawa berhadapan denganmu, menggenggam erat tanganmu yang kini hanya menjadi harapku. Maaf, maaf, maaf, hanya itu yang bisa kembali aku ucapkan. 

Sekuat apa dirimu dulu? hingga kau kuat melihat aku berbahagia dengan orang lain, sekuat apa dirimu dulu? menyaksikanku mengunggah kemesraan dengan orang yang kini telah menyakitiku, dengan orang yang sama sekali tak pernah menghargaiku. Aku tak mengerti berapa kali kau jatuh, lalu, kau coba kembali memupuk dirimu dengan penuh kekuatan batin yang sebenarnya telah pecah berkali-kali.

Aku jahat ! jahat sekali, aku sangat kejam, tak pernah mengerti isi hatimu, tak pernah mengerti bahwa kamu sebenernya ingin bersamaku.

Apa yang kini bisa aku lakukan? Tak ada ! aku hanya seperti sampah, hanya bisa menyesal. Semua harapku yang berusaha ku ubah untuk kembali kau percayai sudah hilang, Kau pernah bilang "perasaan ini seperti piring pecah, ia sudah hancur, sulit kembali menjadi utuh".

Kau tahu apa yang aku lakukan saat mendengar perkataan itu? iya, betul, aku menghukum diriku sendiri. Aku kembali menyakiti diriku sendiri. Kini aku hanya bisa berimajinasi, berambisi dan bermeditasi dengan rasa sepi, kau pergi ! Mampus ! aku pantas kau sakiti.

Aku merasa, kelak bukan aku yang akan menjadi pelindungmu, sebab aku ditakdirkan hanya sebagai pelengkap ceritamu. Kini aku yang merasakan, kini aku yang diluluh lantakan, kini aku yang harus siap dikecewakan. Semua kembali datang padaku. Selamat datang KARMA

Aku pernah jadi rumahmu, kau pernah bilang "aku pernah jadi prioritasmu"

Pulang. kau lupa rumahmu? atau kau sengaja pergi? agar kau lihat kembali perjuanganku. Aku tahu kau lelah, aku tahu, aku terlalu sering menyakitimu. Tapi, sejenak bukalah kembali kebahagiaan kita, senyum kita dan genggaman kita di kala melihat senja turun dari langit yang menjadi saksi bisu perjalalanan.

"Sebab pada akhirnya, aku bukanlah orang yang kau tunggu"

Rajut kenang tersenyum, puing hampa menghilang, rindu yang melegakan saat ku usap lembut bekas luka di pipimu. Doaku, Tuhan bawa ia ke pangkuanku, beri aku kesempatan untuk selalu membahagiankannya, sampai aku siap menghalalkannya.

Baik, sudahkan? aku tak bisa lagi menemuimu di ujung jalan. Bahkan, tak bisa lagi menemuimu disela keheningan. Hanya ada harap yang bertaburan, nestapa sudah menjadi kenikmatan. Aku telah dibuat nyaman oleh kesunyian. Rindu-rindu tak pernah lagi dikumandangkan. Kata "sayang" bagai gelora kemunafikan. Biarkan aku tertelan oleh kemunafikan. Aku ! menghukum diri sendiri.

-Untukmu yang kini lagi berjuang. Aku selalu mendoakanmu dan memelukmu dari kejauhan, sebab aku tahu hadirku tak pernah lagi menjadi semangatmu-

Terima kasih telah memberi warna, Terima kasih masih menetap walau aku telah membuatmu patah, Terima kasih masih memberi waktu disela kesibukanmu dan Terima kasih telah menjadi salah satu alasanku untuk tetap tersenyum. Entah kau akan menjadi pendampingku atau kau hanya menjadi orang yang singgah sementara, aku tetap bersyukur karena semesta telah mempertemukan kita di waktu yang telah ia siapkan. Kau tahu? hal yang paling bahagia adalah menatap matamu, duduk di depanmu dan melihat senyumu yang berbinar. Semoga, kelak, harapku, kau luluh.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 15, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KembaliWhere stories live. Discover now