Fruit 3 - Who Are You?

3.4K 325 62
                                    

Ternyata susah bingit yak utk minta 300 vote ke kalian. 😂 jelek nian fic gw ato gmn yak? 😇
250 aja serasa ngos2an dikejar bencong (kyk pernah ngerasain aja, tong! #plak!)
Gw pgn tau, 250 vote butuh brp minggu nih yg chap ini. 😄

===================

Ketika Andrea bangun keesokan paginya, dia agak heran saat mendapati dirinya sudah terbungkus selimut. Padahal seingat dia, semalam dia tidak menyiapkan selimut sama sekali karena terlalu lelah usai melalukan 'ITU'.

"Sudah bangun, Puteri Tidur?" Sebuah suara membuatnya harus benar-benar membuka mata.

"Shel?" Andrea menyapa sahabat yang membawakan sarapan pagi ke kamarnya. "Ini selimut—"

"Aku yang kasi tadi subuh. Udara dingin gini bisa-bisanya kamu tidur telanjang. Untung bukan Kenzo yang masuk. Ishh~ kamu gimana, sih?" Shelly memanyunkan bibir.

Wanita Cambion itu tersipu malu. Benar juga. Untunglah yang masuk ke kamar adalah Shelly, bukan suami dia. Bisa baper nanti Kenzo kalau lihat Andrea telanjang.

"Kamu baik banget sih beb nganterin makanan ke kamar segala?" Andrea memang patut berujar demikian karena sangat jarang Shelly membawakan sarapan ke kamarnya.

Shelly sudah menuangkan susu hangat ke gelas, siap diminum Andrea. "Memangnya kau bakal mau lekas bangun dan sarapan? Ini sudah siang, Ndre. Kamu itu lumayan susah kalo disuruh makan. Bangun subuh aja makanmu bisa kamu tunda-tunda sampai jam 10. Apalagi kalau kau bangun jam segini?"

"Ya ampun, bebeb gue merepet kayak mpok-mpok naek Matic aja. Hahah!" Sesudahnya, Andrea tak bisa terus tertawa karena mulut sudah disumpal dengan roti lapis buatan Shelly. "Nwooh~ syekawang mayah diswuwapingh! Hwahah!" Ia tetap saja berceloteh sembari kunyah rotinya.

"Terus aja ngoceh biar kesedak, terus aku bakalan ngakak nyukurin," sungut Shelly sambil masukkan bubuk coklat ke susu. Sahabatnya ini sangat suka susu coklat.

"Yakin nih bakalan ngakak nyukurin gue kalo kesedak? Bukannya ntar malah mewek panic?"

"Ahh! Males ah ngomong ama kamu, Ndre!" Shelly tau dia takkan bisa menang berdebat hal apapun dengan Andrea. Maka dari itu dia memilih pergi. "Buruan mandi! Tuh Kenzo udah nunggu di peternakan!"

"Iya, iya, bebeb ayank~" balas Andrea menggoda sahabatnya.

Siang itu Andrea disibukkan akan urusan sapi dan domba. Dia harus mengecek dua jenis hewan peliharaannya itu. Bahkan acara cukur bulu dombanya juga sudah menunggu ada di skedul to-do list minggu ini.

Setelah menangani semua ternaknya, ia pun menaiki kudanya sembari menikmati udara sore yang sejuk untuk berkeliling di bukit.

"Gue jalan-jalan dulu, Zo. Lu jaga rumah ama Shelly, yak! Cuma bentar ampe sunset doang, kok!" pamit Andrea ke Kenzo yang sedang memasukkan domba ke kandangnya.

"Baiklah, Puteri. Hati-hati."

Andrea hanya memberikan lambaian tangan tanpa bicara atau menoleh ke pengawalnya, karena kaki kudanya mulai berderap keluar dari area peternakan.

Sore ini begitu cerah. Andrea bisa memanfaatkan waktu untuk beramah-tamah dengan para tetangga terdekat, saling berinteraksi dan mengobrol singkat agar tercipta suasana akrab.

Tiba-tiba dia kangen akan suasana ramah bertetangga begini. Andai Opa dan Oma tidak meninggal secara tragis, tentu Andrea tak perlu 'melarikan diri' sejauh ini.

Banyak tetangga Andrea yang senang kedatangan ibu muda tersebut. Andrea cepat terkenal di daerah itu. Cantik, pintar, dan supel. Beberapa pemuda setempat bahkan sering terlihat mencari perhatian Andrea, namun Cambion itu tidak menggubris.

Devil's Fruit - Book 2Where stories live. Discover now