London in My Memory

206K 7.7K 110
                                    

"Daddy.. it is SNOWING like in Frozen movie!! WUHUUUU..."

Renata berteriak sambil meluncur di atas salju tebal bersama para anak - anak lainnya dan juga yang tak ketinggalan, Raikan dalam genggamannya. Mereka beruda asyik membuat "Olaf" ala mereka sendiri sementara aku dan Radith duduk di bangku taman berangkulan sambil memerhatikan mereka berdua. Kurapatkan jaket tebal berlapisku untuk menahan hawa dingin.

Ini bukan kali pertamanya aku menginjakkan kakiku di kota ini. Hanya saja tujuannya tidak pernah sebahagia ini, bertemu sanak keluargaku di London dan juga liburan dadakan bersama keluarga plus Raikan.

Radith sudah minta izin sebelumnya pada Adis untuk mengajak Raikan. Awalnya Adis sempat ingin menyusul ke sini bersama Ken api ternyata urusan bisnis Ken di Berlin masih harus di perpanjang hingga beberapa hari ke depan.

Mungkin mereka akan sering berkumpul dengan Keynan dan Dafeeya di sana. Benar - benar membuatku iri. sudah lama aku tidak bertemu Keynan, mungkin satu atau dua bulan yang lalu. Jarang sekali aku melihatnya di kampus, walaupun begitu kami masih tetap saling berkomunikasi.

Aku juga rindu melihat wajah putra kecil tampannya, Keanu yang juga sering bermain bersama Renata dan Raikan bila sedang berada di Indonesia. Mereka bertiga tampak akur dan akrab. Aku berharap mereka bertiga bisa terus begitu sampai mereka besar nanti.

Seperti aku, Kenio dan Keynan.

"Radith.. aku gak pernah sebahagia ini seumur hidupku..", ujarku sambil tersenyum menatap salju yang turun dari langit.

"Aku juga.."

Radith mencium puncak kepalaku kemudian mengelus - elus rambut panjangku yang penuh dengan titik - titik salju.

Aku menoleh menatap Radith dan menggerakan telunjukku seperti menggambar di atas dadanya yang tertutup jaket hitam. Aku membuat gerakan melingkar sambil tersenyum usil dan seketika tangan Radith menghentikan gerakanku.

"I love you, too..", ucapnya sambil meraih bibirku dengan bibirnya tepat ketika..

"Hueeeehuhuhuhu.. mommy.. daddy..."

Renata mengusap hidungnya yang merah sambil berjalan ke arahku, sendirian. Tumben.

"Where is Rai, Re?", tanya Radith panik sambil menangkup wajah Renata dan memerhatikan hidungnya yang merah beserta beberapa bagian wajahnya yang lain.

"Kamu kenapa sayang?", tanyaku ikut memerhatikan Renata.

Renata mengulurkan tangannya menunjuk arena bermain salju tadi dengan kesal.

"Rai sibuk dengan teman barunya dan dia nyuekin Rena waktu Rena manggil dia sampai Rena jatuh dan muka Renata nyium es yang keras.. hueehuhuhu..."

Sementara Radith sibuk mengusap wajah Renata dan mendiamkannya, mataku menyipit menatap Raikan yang sedang asyik bermain lempar - lemparan salju dengan seorang anak perempuan berambut pirang dan juga seorang anak lelaki dengan topi musim dingin yang kebesaran.

"Kenapa Rena gak gabung aja sama mereka?"

"No, mommy.. gadis pirang itu nyebelin. Dia bilang mataku terlalu besar dan pipiku terlalu chubby untuk bisa main sama mereka..huehuhu...."

"Aduh.. cup cup cup.. anak papa cantik kok.. Dia cuma sirik sama kamu sayang.. Sini kamu main salju sama papa aja ya.."

Radith menepuk - nepuk punggung Renata dan mengajaknya bermain dan juga berdansa di tengah salju. Aku gak tau sebelumnya kalau Radith punya banyak bakat. Tapi bakat terbesarnya mungkin adalah membuat aku dan Renata jatuh cinta dengan sepenuh hati padanya dan juga menghibur Renata.

Arianda MargarethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang