10

121 9 1
                                    

"Jemari itu seakan telah melewati hidup yang sangat panjang"—

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jemari itu seakan telah melewati hidup yang sangat panjang"

Suara mesin elektrokardiograf yang mendeteksi aktivitas jantung terus berbunyi terjeda-jeda mengisi sunyi nya ruangan ini, walau terdapat 4 orang dengan satu orang yang terbaring diatas ranjang ruangan ini bisa terbilang sangat sunyi, hanya sesekali tangisan Ho Seok yang terdengar lalu ia akan menutup rapat bibirnya dengan kedua tangan. Ia masih setia di sana duduk di kursi sembari menggenggam tangan paman Jae Rim yang masih terkulai lemas. Karena siapa sangka paman Jae Rim adalah ayah Ho Seok yang telah ia cari-cari keberadaannya.

Setelah cukup lama di sana, aku dan Hye Sun memutuskan meninggalkan ruangan paman Jae Rim dan kembali ke ruangan ku.

"Aku pikir paman Jae Rim pernah menceritakan keluarganya padaku tapi aku melupakannya" Hye Sun tersenyum kecil sembari meremas ujung cardigan putih yang ia kenakan.

Aku menghela nafas sembari menatap atap putih ruangan ku, "Aku bertemu Ho Seok tak begitu lama, mungkin baru 4 bulan, tapi aku sudah anggap dia adikku sendiri, dia yang dengan mudah mencairkan suasana, menghangatkan rumah, dan dia yang paling terlihat bahagia"

"Tapi dia juga ternyata rapuh" Lanjutku, kami terdiam untuk beberapa saat hingga Hye Sun mulai menjatuhkan air matanya, aku yang melihat itupun akhirnya bangun dari tidur lalu duduk di ranjang hadapannya.

Ku tangkup kedua pipi Hye Sun membuatnya menengadah menatapku, manik itu berlinang air mata, hidungnya memerah begitu juga pipinya, dia terpukul, begitu juga Ho Seok dan aku, tapi yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa dan menunggu, biarkan Tuhan yang menentukan segalanya.

Sore itu aku mendekap Hye Sun berharap air matanya cepat berhenti mengalir.

.
.
- D E S T I N Y -

Setelahnya hari kembali seperti biasa, Ho Seok yang semula menghilang dalam beberapa hari kembali menemui ku di ruangan ku, dia terlihat sedikit bersinar dari pada kemarin-kemarin, mungkin juga karna kehadiran Nam Joon yang telah ku pinta untuk menghibur Ho Seok.

"Hyung, kau merindukanku?" Ho Seok berkata sembari menghampiri meja di sebelah ranjang, dia sedikit menerawang ke balik-balik kantung plastik, aku yakin ia mencari makanan yang bisa ia santap.

"Tak ada makanan disitu dasar pencuri" Ucapku sembari terkekeh pelan, membuatnya mengembungkan pipi dan mendudukkan bokongnya di atas kursi. Setelah itu ia kembali seperti biasanya menceritakan apa yang ia lakukan dengan Nam Joon semasa dirumah, tanpa aku tentunya.

Aku senang melihatnya kembali berbahagia, tapi aku tak yakin itu akan berlangsung lama karna semalam aku bermimpi, Ho Seok menangis tersedu-sedu di pinggir ranjang paman Nam Soon dengan lengkingan panjang dari mesin elektrokardiograf.

.
.
- D E S T I N Y -

"Selamat malam!" Pegawai supermarket yang tengah merapihkan meja kasir menyapa pria jangkung dengan balutan sweater hitam, itu Nam Joon, ia membalas sapaan pegawai itu dengan senyuman yang membuat lesung pipinya tercipta.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 23, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[HIATUS] DESTINY [MYG]Where stories live. Discover now