Hello My Past

79 2 0
                                    

"Mrs. Natasya mengapa kau masih di sini ? Ayo cepat jemput Mr. Mahendra di airpot, kau tidak akan membiarkan anggota tim kita merasa tidak dihargai, bukan ?" Ucap wanita tua yang memakai kacamata yang membuatnya terlihat lebih menyeramkan.

"Oh astaga, Maafkan saya, Prof. Wirght. Saya tadi hanya memikirkan beberapa masalah kecil," Ucap Narita membalas perkataan Prof. Janice Wright.

Sebelum Prof. Wright memulai kuliah paginya dan mengomelinya bahwa tidak baik bagi perawan untuk melamun di pagi hari padahal tidak tahu saja dia bahwa Narita bahkan sudah bercerai, Narita segera menyambar tas tangannya, mantel dan juga kunci mobilnya.

Narita segera menuju ke mobilnya dan menyalakan mesin mobil yang ia beli setahun yang lalu. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai di Bandar udara Schiphol dari Universitas Amsterdam. Setelah tiba di airpot, Narita segera memarkirkan mobilnya dan Ia bergegas masuk ke dalam airpot.

"Oh astaga, bodohnya aku. Mengapa aku tidak menanyakan nama lengkapnya terlebih dahulu kepada Prof.  Wright ?" Ucap Narita sambil memukul – mukul kepalanya berharap dia tidak lagi menjadi sebodoh ini.

"Aku harus menghubungi Prof. Janice, Aduh Hp bodoh ini juga kehabisan baterai. Oh Tuhan tidak bisakah aku sebodoh dan seceroboh ini ?" Dan Narita kembali memukul – mukul kepalanya.

Akhirnya ia hanya menuliskan nama Mahendra, setidaknya ia masih mengingat nama belakang pria yang akan Narita Jemput. Jujur saja Narita merasa takut ketika menyadari bahwa nama belakang pria itu mirip sekali dengan nama pria dari masa lalunya, mantan suaminya.

"Di Indonesia nama Mahendra pun cukup pasaran. Ah tidak mungkin mereka orang yang sama",Ucap Narita untuk menenangkan dirinya.

Narita pun mengambil posisi berdiri dengan memegang kertas putih bertuliskan nama Mahendra. Ia memasang senyum terbaiknya, berharap bahwa ia akan memberikan first impression yang baik bagi anggota penelitinya. Setidaknya mereka bisa jadi teman yang baik karena mereka berasal dari negara yang sama.

Deg. Narita merasa penglihatannya sepertinya bermasalah. Tidak mungkin ia melihat pria yang sangat mirip dengan postur dan wajah mantan suaminya berjalan ke arahnya. Dan lebih buruknya lagi pria itu tersenyum.

"Oh tidak mungkin. Dia tidak mungkin ada disini," Gumam Narita kepada dirinya sendiri

"Apanya yang tidak mungkin ? Aku jelas berada di depanmu," Ucap pria itu dan senyum manisnya masih melekat indah di wajahnya.

Narita tersentak ketika pria itu ternyata mendengarnya saat bergumam.

"Oh iya.... Lebih baik kita segera ke mobil," setidaknya Narita ingin menormalkan detak jantungnya terlebih dahulu.

Setelah memasukkan koper Dave ke garasi mobilnya, oh tentu saja bukan Narita yang memasukkan koper itu, Dave yang memasukkannya bahkan ia sendiri yang berinisiatif mengambil kunci dari tangan Narita yang terlihat agak melamun.

Narita mulai menyalakan mesin mobilnya setelah sempat berbasa basi dengan Dave mengenai siapa yang menyetir. Gila saja si Dave hendak menawarkan dirinya untuk membawa mobil Narita dan jelas saja Narita menolak selain karena Narita tahu bahwa Dave masih lelah setelah perjalanan beberapa jam dari Indonesia, dan ini juga bukan di Indonesia di mana ia bisa mengemudi di sebelah kanan. Jelas saja Narita semakin jengkel.

"Senang bertemu denganmu," Ujar Dave pertama kalinya setelah keheningan beberapa saat di dalam mobil itu.

Tidak ada jawaban dari Narita.

"Kau terlihat baik,"Dave melanjutkan ucapannya walaupun sama sekali tidak ada tanda – tanda bahwa Narita akan membalasnya.

"Oh iya, kau akan menginap di flatku sampai kau mendapat tempat tinggal di sini. Dan mungkin cukup lama karena mencari flat yang dekat dengan universitas agak susah apalagi di pertengahan semester," Ucap Narita tiba – tiba.

"Apa tidak masalah ?"

When My Past ComeWhere stories live. Discover now