"Kami 'mati'; mengganti penampilan juga identitas, dan pergi meninggalkan Orenda."

"Dan lagi, kalian masih bisa hidup aman hingga sekarang," Luke menyelipkan rokok pada bibirnya, "Lima tahun waktu yang lama. Bagaimana bisa?"

Kei mendengus, "Saat kau mati, tidak akan ada orang yang mengingatmu lagi. Lagipula siapa yang mau datang berkunjung ke tempat pembuangan seperti ini? Siapa yang peduli?"

"Maksudku, orang-orang Orenda itu bisa saja datang ke sini hanya untuk sekadar melihat-lihat 'kan?"

"Buat apa?" Dee bertanya balik, "Dasbala dan Kiril sudah mati. Orang yang mereka temukan di sini hanyalah sepasang dokter gila yang mau tinggal di tempat pembuangan. Lagipula Orenda memiliki prioritas untuk mencari siapa terlebih dahulu. Kau bisa menebaknya sendiri."

Pandangan Kei mengarah pada Nova. Flint-lah yang memporakporandakan perusahaan itu. Meskipun dibuat sedemikian rupa agar tampak seperti kecelakaan, pria itu membawa semua data dan menghancurkan berkas penelitian yang pernah mereka kembangkan.

Lima tahun yang lalu, mereka berusaha memahami penyebab ledakan beserta kebakaran itu. Waktu itu Orenda tidak menyalahkan Flint. Akan tetapi, kedok yang ia miliki tak selamanya tertutupi. Ayahnya menjadi buron, meninggalkan orang terdekatnya dalam ancaman bahaya menyangkut hidup dan mati.

"Semua data itu," ujar Dee, "Semua yang telah terjadi dan formula untuk mengganti ruska maupun reptilium, Flint ubah menjadi gambar berkode rumit yang ia pindahkan ke punggungmu, Nova. Dia memakan banyak waktu untuk membuatnya dan sebagai risiko, dia terlihat meninggalkan dirimu dan juga Kirana."

"Tetap saja tidak menjawab pertanyaanku: kenapa dia melakukan itu pada mulanya? Kenapa harus Flint?" Nova berkata ketus.

"Kalau itu, tanyakan saja langsung ke ayahmu."

Nova mengerling. Mencari ayahnya sama dengan seperti menangkap angin. Menyebalkan. Semua gambar tato yang tertera pada punggungnya tidak menunjukkan posisi Flint sama sekali, alih-alih tulisan-tulisan itu merujuk pada nama-nama orang yang bahkan baru ia dengar untuk pertama kali. Apa yang ayahnya rencanakan sesungguhnya?

Gadis itu teringat sesuatu, "Kau bilang ayahku keluar dari sebuah pintu yang tiba-tiba muncul kan? Apa dia ditemani dengan seseorang bermata hitam seluruhnya atau gigi-gigi yang tidak rapi?"

Melihat kedua dokter yang saling pandang dengan alis berkerut, Nova menggelengkan kepalanya, "Aku benar-benar memiliki banyak sekali pertanyaan dan tidak tahu harus mulai dari mana."

"Coba ceritakan sudut pandangmu lalu kita bisa mulai mengisi jeda di antaranya?"

Mengulum bibir, gadis itu menceritakan kejadian serta segala kebingungan yang melanda. Bermula dari orang asing yang datang ke rumahnya untuk memberikan sebuah liontin milik Kirana, perjalanannya menuju Permukaan Atas, dan pertemuannya dengan Cyrus dan para raksaka. Orang-orang Orenda yang mengejar dirinya pun berhasil menemukannya di Permukaan Atas, tak luput pula saat mereka tengah mencari tahu mengenai tato di punggungnya di tempat persembunyian Ravi.

"Apa yang harus kulakukan?" tanya Nova dengan tatapan nanar. Dia benar-benar tidak tahu langkah apa yang harus ia ambil. Tujuan utamanya untuk mencari ibu nampaknya sudah jauh dari genggaman.

"Apa yang mau kau lakukan?" Dee malah bertanya balik.

Nova menggigit bibirnya, terdiam sejenak, "Aku ingin semuanya kembali normal," ujar Nova.

Mendengar perkataan gadis itu, Luke mendengus, "Tidak akan ada 'normal' dalam hidupmu, Non. Bahkan sebelum kau lahir saja, ayah dan ibumu sudah terjebak dalam situasi membahayakan."

Down There Is What You Called Floor [END]Where stories live. Discover now