Bagian 2

449 36 2
                                    

Kalender lunisolar sudah memasuki bulan ke sepuluh. Kain, Akatsuki dan beberapa orang lainnya terlihat begitu sibuk sejak pagi. Kain baru kembali ke kamar saat menjelang tengah malam. Dia langsung menghempaskan diri ke kasur dengan tak berdaya. Sudah seminggu ini dia terlalu sibuk hingga lupa kapan terakhir kali dia tidur.

"Hey,, Kain apa terjadi sesuatu? Mengapa kalian semua begitu sibuk?"

"Ini sudah hampir hari ke-11 dari bulan ke-10 kalender lunisolar", Kain berkata masih memejamkan mata.

Bulan ke-10 kalender lunisolar disebut bulan Kaminashizuki (bulan tidak ada dewa), tetapi di Izumo disebut Kamiarizuki (bulan ada dewa). Alasannya pada bulan tersebut di kuil Izumo berlangsung pertemuan 8 juta dewa yang berkumpul dari seluruh penjuru. Pertemuan ini disebut Kamiari Matsuri dan berlangsung dari hari ke-11 hingga hari ke-17 bulan 10. Walaupun manusia biasa tidak bisa melihatnya, namun mereka semua percaya, karena itu para pendeta melakukan upacara spiritual dari hari ke-11 hingga hari ke-17 demi membantu kelancaran Kamiari Matsuri.

"Aku tahu, lalu apa masalahnya?"

"Yomotsuhirasaka (pintu masuk ke alam akhirat) retak dan banyak yokai melarikan diri ke alam ini. Para pendeta meminta kami membantu menjaga selama mereka melakukan upacara".

Menurut yang Hisa dengar sebelumnya dari Kain, di sini tidak banyak orang yang memiliki kemampuan untuk melawan yokai, ditambah lagi banyak pendeta yang akan melakukan ritual, jelas saja Kain dan teman-temannya akan sibuk. Melihat Kain tergeletak letih di kasur dengan satu lengan menutupi wajahnya, membuat Hisa tergerak untuk membantu.
"Kalau kau mau, aku bisa membantumu"

"Apa bayarannya?", Kain tahu bahwa menerima bantuan dari yokai pasti ada imbalan yang harus dibayar. Hisa sama sekali tidak memikirkan hal itu, dia sedikit terkejut mendengar pertanyaan Kain. Tapi Hisa tetaplah seorang yokai yang memiliki pikiran licik, karena itu walaupun tidak bermaksud, tapi dia tidak akan melewatkan kesempatan ini.
"Buatlah kontrak dengan ku"

"Apa kau sungguh berpikir aku mau menjadi pelayanmu? Lupakan"

"Bagaimana kalau membiarkan aku memakan sedikit energi jiwa mu?".
Kain sedikit mempertimbangkan, memakan energi jiwa tidak sama dengan memakan jiwa, dan itu tidak akan membuat seseorang mati. Apalagi sekarang dia memang membutuhkan banyak bantuan. Setelah cukup lama pertimbangan, Kain pun menyetujui syarat Hisa.
Tanpa membuang waktu Hisa langsung melompat ke atas Kain, membuat dia curiga, "Tunggu, bagaimana cara kau memakan energi jiwa ku?"

"Begini..." tangan Hisa tanpa ragu langsung menggenggam 'junior' Kain di bawah, membuat Kain langsung mendoronnya.
"Apa tidak ada cara lain?"

"Masih ada...", selesai mengucapkan itu Hisa langsung menarik celana Kain tanpa peringatan, memperlihatkan bagian bawah tubuh mulus Kain yang terbuka. Belum selesai Kain terkejut tiba-tiba kakinya terangkat, lalu dia merasakan sesuatu yang basah dan hangat menjilat lubang dibelakangnya. "Apa yang kau.....aah", kalimatnya terpotong saat Kain merasakan tubuhnya tiba-tiba panas. 'Juniornya' mulai menjulang tegak tanpa terkendali. Mata Kain mulai berair, wajahnya penuh kecemasan.

"Maaf aku lupa, kalau air liurku bagai afrodisiak bagi manusia", ucap Hisa tersenyum dengan semangat.

"Sial kau! Cara manapun tetap saja sama merugikanku"

"Oya... aku tidak yakin, lihatlah ini", Hisa menunjuk kearah 'junior' Kain yang sudah berdiri tegak. "tahanlah aku akan segera menyelesaikan ini". Dengan sigap Hisa langsung memasukkan 'junior' Kain kedalam mulutnya dan mulai menghisap naik turun sampai Kain menembakkan cairan putih kental langsung ketenggorokkan Hisa. Hisa terus menelan 'susu' putih Kain yang mulai memenuhi mulutnya, saat tiba-tiba tangan Kain menarik kepala Hisa menghadap dirinya. Wajah Kain merah, air mata mengalir di sepanjang wajah cantiknya, kepalanya menggeleng saat dia berbicara pada Hisa, "masih banyak yang ingin keluar tapi tidak bisa.. Hisa... sakit..", suara Kain terengah-engah membuat salah satu bagian tubuh Hisa berkedut. Hisa membelai wajah Kain menenangkan, "sial.. aku hanya bermaksud sedikit menggodanya, tapi reaksinya melebihi dugaanku". "Maaf Kain, hanya ini satu-satunya cara untuk membantumu..", Hisa mengeluarkan batang lelakinya sendiri, perlahan mulai memasukkan ke lubang Kain yang sejak tadi berkedut tanpa henti.

"Hisa... TIDAK.."

"Kau bisa marah nanti, sekarang kita harus menyelesaikan kondisi mu dulu". Hisa terus mendorong sampai batang lelakinya masuk sepenuhnya. Setelah membiarkan Kain menyesuaikan diri dengan ukurannya, Hisa mulai mendorong keluar masuk. Setiap hentakan di dalam tubuhnya terasa seperti sengatan listrik bagi Kain, dan membuatnya semakin menegang hingga lama-kelamaan gairah memakan akal sehatnya. Kain terus mengerang dalam kenikmatan dan merasakan gelombang panas mengalir dari seluruh tubuhnya, berkumpul menuju juniornya yang siap untuk dimuntahkan keluar. Pada saat yang bersamaan Hisa yang melihat reaksi Kain semakin mempercepat gerakannya. Di atas puncak kenikmatan kedua orang, tepat sebelum mereka saling 'menembak', tiba-tiba cahaya putih mengelilingi tubuh Hisa, perlahan menghapus kegelapan sosok nya. Kain memandang dengan takjub, saat sosok diatas tubuhnya berubah menjadi pria tampan berambut coklat gelap, dengan 'ekor' rambut merah memanjang di belakang bahunya. Kain tak sedikitpun memalingkan pandangannya dari Hisa yang sudah hampir mencapai batasnya. Ekspresi Hisa begitu seksi membuat Kain semakin bergairah dan tak mampu lagi bertahan, menembakkan cairannya, "aaaahh~"

"Aah.. tunggu Kain,, jangan tiba-tiba menahan... aaahh~...", kontraksi dinding Kain yang 'menghisap' Hisa akibat klimaks, membuat Hisa tersulut dan menembakkan cairannya sendiri di dalam tubuh Kain. Ukiran indah berwarna hitam mulai terbentuk di sepanjang bahu sampai pergelangan tangan kiri Hisa ketika dia mencapai puncak kenikmatannya. Kain begitu takjub  melihat sosok pria yang sudah mengambil kesuciannya itu. Melihat bayangannya sendiri dimata Kain, Hisa langsung terkejut dan bangkit mengamati tubuhnya sendiri. "Haha tak kusangka kau membuat ku lepas kendali".
Kain memandang Hisa dengan tatapan meminta penjelasan.
"Jangan memandangku begitu. Ini adalah wujud asli ku".

Pagi hari Kain terbangun karena suara ketukan di pintu. Matanya masih mengantuk, seluruh tubuhnya juga masih terasa berat akibat aktivitasnya semalam. Dengan enggan Kain melangkah turun dari kasur.

"Kaido Kain, maaf mengganggumu pagi-pagi", sapa kepala sekolah yang saat ini berdiri di depan pintu kamar Kain. "Apa tadi malam ada orang yang menginap dengan mu?"

Kain terkejut dan berfikir 'apa mungkin semalam orang-orang mendengar suara ku?', karena dia sendiri merasa suara aneh yang keluar dari mulutnya semalam tidak bisa dia kendalikan. Berusaha menjaga ketenangan dalam suaranya, Kain menjawab "Tidak pak".
Namun kepala sekolah tak percaya, dia terus menyelidiki ekspresi wajah Kain, memastikan apakah Kain berkata jujur. Di saat yang bersamaan Hisa muncul dari belakang Kain. Wajah kepala sekolah langsung pucat, tubuhnya gemetar mengeluarkan keringat dingin. Kain bingung melihat perubahan drastis kepala sekolah, namun saat dia hendak bertanya, Hisa sudah mendahuluinya. "Shiroku...kah?", orang yang ditanya langsung berlutut dihadapannya memberi hormat.

"Saya, tuan ku".

Hay...hay..hay.. Kakak reader... mau ingetin lagi...tolong kasih kasih kritik dan masukan ya buat coretan amatir akuh... demi meningkatkan kreatifitas akuh yang masi jongkok ini...
Makasii 😘😘

Eien IjouWhere stories live. Discover now