Gadis itu menatap kosong bentangan langit dari rooftop. Malam ini langit nampak sangat indah, bertaburkan bintang dengan kemerlap cahaya yang terang. Senada dengan sang bulan yang enggan menampakkan keredupannya.
Sungguh, pemandangan nan memanjakan mata bagi siapapun yang memandangnya.
Mendesah lirih gadis itu seiring dengan hembusan nafasnya yang terasa berat. Jemari lentiknya meremas erat liontin berbentuk merpati bersamaan dengan meluruhnya bulir panas di pipinya.
Ia muram. Kontras dengan sang bulan yang memandangnya dalam temaram.
"Mengapa?" tanyanya pada angin malam yang menamparnya pelan.
Dia mengusap kasar bulir keparat yang tanpa tahu diri meluruh di pipinya itu.
Pandanganya masih kosong, sama seperti hatinya, "Mengapa harus serumit ini Tuhan? Mengapa?" lirihnya.
"Dosa apa yang kuperbuat hingga Kau menghukumku seperti ini?"
"Bukankah engkau Maha Adil? Tetapi mengap-"
"Cukup Lea!" interupsi pria ini jelas menghentikan kesah gadis itu.
Varalea Raysaldi. Gadis dengan tatapan mata yang teduh, namun mampu menghipnotis lawan bicara dengan aura kecantikannya. Kaum adam mana yang mampu menolak pesona seorang Varalea, bahkan para wanitapun selalu memuji kecantikan yang dimilikinya.
Sempurna.
"Jangan pernah menyalahkan dirimu sendiri Lea. Terlebih sekarang, kau mau menyalahkan Tuhan? Dimana akal sehatmu?" tanya pria itu tidak habis pikir.
Gadis itu berdecih, "Kau tidak tahu yang aku rasakan. Tidak pernah tahu, dan tidak ingin tahu." ucapnya dengan tersenyum miring.
"Uruslah urusanmu sendiri. Aku muak dengan segala omong kosongmu."
Tepat tiga detik setelah mengucap, gadis itu melenggang meninggalkan pria itu sendiri di sana.
"Berdamailah dengan takdir, Lea" lirih pria itu sangsi. Perkataanya tidak mungkin dapat menerobos hati seorang Varalea yang sudah semakin membeku.
Tbc.
Banyuwangi, 30 Desember 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Sin and Lie
RomanceWaktu tidak pernah salah. Cinta juga tidak pernah salah. Hadirmupun bukan suatu kesalahan. Aku yang bersalah. Sebab terus memertahankan cinta berlumur dosa ini. Menutup mata dengan membenarkan kebohongan yang kuciptakan. -Varalea Raysaldi
