Sebuah Pertemuan

62 7 0
                                    

Hidup memang sebuah kolase nasib. Bagaimanapun juga, dunia menyediakan pola kreatif tersendiri, agar seseorang mampu bertahan di atas sebuah harapan. Walaupun harapan terkadang tak sesuai dengan kenyataan. Bukankah seperti itu.

Sebuah malam, aku yang sibuk dengan rutinitas seperti biasa. Di bawah cakrawala yang senyap, aku menggurat angkasa di atas sebuah kertas. Hitam dan putih, adalah alasan bahwa hidup terkadang menjadi kelabu. Di bawah pendar seadanya aku terus menggurat batu granit pada margin.

"Ah siapakah wanita itu?" Ucapku. Bagaimana mungkin dia memiliki paras yang lebih indah dari pada cakrawala yang menyalakan neon neon bintang dan rembulan?

"Siapakah wanita itu?" Akankah dia  menemaniku menggurat warna pada sebuah kertas atau kanfas dan melewati belantara malam hingga melupakan bahwa kehidupan adalah masa yang sangat singkat?

Aku mengerti jika wanita selalu menyimpan segudang mimpi. Tapi apakah dia hanya serupa mimpi yang indah dan akan menjadi hilang ketika aku terjaga di pagi hari.

"Tidak tidak! Aku harus mengabadikannya. Harus!"  Setidaknya jika rasa yang tiba-tiba datang aku harus mengabadikannya.

"Wahai Nona bermata sendu, perkenankan aku menorehkan wajahmu dalam mimpiku".

Jari jariku terus menari, menyapukan granit terhadap sebuah asa yang mengangkasa, menyapukan rembulan yang bertengger di sudut matanya. Sesekali ku tengok matanya yang sedang asyik bercanda dengan beberapa temannya.

"Nona, terimalah sketsaku ini." Ucapku seraya menjabat tangannya.
"Wah mas, keren."
"Siapa namamu?"
"Sugma."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 21, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tersesat di selasar matamuWhere stories live. Discover now