Part 1 (Author POV)

47 1 0
                                    

Semua orang sedang menghabiskan waktunya di pelataran kampus, begitu juga dengan Saqila, ia tidak pernah absen saat waktu nongkrong bersama teman-teman, hingga saat itu ia tahu ada yang salah dengan dirinya ketika jantungnya berdetak tak karuan ketika melihat Dito jalan bersama teman-temannya bergabung dengan orang-orang, hubungan Dito dan Saqila benar-benar tidak kelihatan, orang-orang hanya mengira bahwa Saqila dan Dito sebatas kenalam saja tanpa sering bertegur sapa, bahkan sahabat-sahabat Saqila tidak tahu hubungan Saqila dan Dito.

Itu karena orang-orang tahu kalau Dito mempunyai pacar, hanya saja beda jurusan dengannya, Dito dan Saqila sama-sama jurusan hukum. Saqila tidak tahu harus mengatakan apa, ia mungkin saja sebagai orang ketiga dari hubungan Dito, tapi ia meyakinkan dirinya kalau dia bukan orang ketiga dalam hubungan siapapun, Saqila pernah bertanya tentang hubungan Dito dan pacarnya, dan jawaban Dito adalah "aku sudah putus" tapi Saqila tidak tahu harus percaya apa tidak.

Tapi toh bertanya lebih lanjut hanya akan membuat semuanya terasa aneh, ia tidak berhak mengatakan itu.

Lalu untuk beberapa detik tatapan Saqila dan Dito bertemu, Saqila memberi Dito senyum, namun untuk beberapa detik berikutnya Dito hanya diam, terpancar keraguan untuk membalas senyuman Saqila.

Saqila mengangguk pelan, dalam hati ia mengerti, Dito hanya tidak mau orang-orang melihatnya, dan akhirnya Saqila hanya tersenyum, untuk dirinya dan kembali berbincang dengan teman-temannya.

***

Saqila berusaha membuka pintu rumahnya, hujan di luar sangat deras, baju dan rambut Saqila jadi sedikit basah karena lupa membawa payung dan berlari dari mobilnya untuk membuka pagar, Saqila akan merutuki orang-orang rumahnya yang tidak membukakan pagar untuknya.

"Saqila" Saqila berbalik, mendapati Dito berdiri di teras rumahnya sambil menutup payungnya.

"Dito?" Ujar Saqila sedikit kaget "kamu kenapa nggak bilang kalau mau kerumah?"

"Seharian ini kamu sama temanmu terus, aku jadi nggak enak kabarin kamu" jawab Dito, Saqila mengangguk pelan, dalam hati ia tahu alasan Dito sebenarnya, ia tidak pernah ingin mengirimkan Saqila chat kalau Saqila berada bersama teman-temannya, ia hanya takut kalau teman-teman Saqila tahu kalau Dito yang mengirimkannya pesan.

"Sini, biar aku bantu" ujar Dito mengambil alih kunci rumah Saqila dan membukanya dengan gampang. "Tangan kamu basah, jadi susah mutar kuncinya"

"Thanks" ujar Saqila tersenyum "masuk"

Saqila mengizinkan Dito masuk, sepert biasa, Dito adalah pendengar yang setia ia selalu bersedia mendengar segala cerita Saqila mulai dari A sampai Z, Dito adalah pria yang humoris, candaannya selalu membuat Saqila tertawa, dan Saqila selalu senang dengan Dito yang selalu ingat hal-hal kecil yang Saqila katakan, bahkan ia ingat bagaimana porsi nasi yang Saqila inginkan berada di piringnya, setiap ingin keluar Dito selalu menunggu Saqila lebih dulu berjalan keluar dan ia memastikam tak ada lagi barang-barang Saqila yang ia lupa bawa, ia tahu kalau Saqila akan selalu ketiduran dimanapun itu, itu sebabnya ia selalu mengingatkan Saqila untuk tidak bepergian sendirian kalau menaiki kendaraan umum.

Bagi Saqila, Dito adalah segalanya yang ia perlukan hanya saja ia masih ragu akan perasaanya.

"Kamu hari ini nggak keluar?" Tanya Saqila karena kebetulan ini adalah malam minggu biasanya, Dito memilih keluar bersama temannya, atau mungkin bersama pacarnya? Itupun kalau mereka benar-benar masih pacaran.

"Kamu juga tumben nggak keluar" ujar Dito.

"Hujan, jadi malas kemana-mana" jawab Saqila, Dito tersenyum bahkan senyumannya membuat hati Saqila hangat.

Dito meraih pinggang Saqila, lalu memeluknya dari belakang, membiarkan wajahnya tenggelam di leher Saqila.

Saqila bisa merasakan nafas Dito yang hangat di leher dan pundaknya, dan memeluk tangan Dito yang melingkar di pinggangnya. Ia hanya berharap selamanya bisa seperti ini dengan Dito.

Lalu untuk beberapa saat hanya hening, dan ponsel Saqila berbunyi, Saqila hendak meraih ponselnya di meja ketika Dito dengan suara sedikit serak mengatakan "jangan diangkat" ujarnya, Dan Saqila hanya diam dan akhirnya mengangguk entah ada sihir apa dengan dirinya yang selalu mengikuti ucapan Dito.

                          ***

Dito bukanlah orang asing bagi Saqila dan keluarganya, semalam hujan begitu deras dan tak kunjung berhenti, jadi Dito memutuskan menunggu lebih lama di rumah Saqila, namun yang terjadi Dito malah ketiduran di ruang tamu Saqila, Saqila tidak tega membangunkan Dito dan pria itu masih terus menggenggam tangan Saqila, perlahan-lahan Saqila melonggarkan genggaman Dito dijemarinya, ia ingin membangunkan pria itu dan menyuruhnya pindah di kamar tamu, namun tidur Dito begitu nyenyak sesekali ia bergumam, tapi tak terdengar jelas apa yang ia katakan.

Saqila tersenyum, Dito memang memiliki paras yang indah untuk seorang laki-laki, Saqila membelai rambut Dito. Ia hendak mengecup pipi Dito ketika ia mendengar Gumaman Dito, kali ini dengan jelas.

Senyum Saqila memudar, ia berharap ia tak salah dengar, namun Dito kembali berucap namun nama yang ia sebutkan masih sama, perlahan Saqila berdiri dari tempatnya, meninggalkan Dito yang tertidur begitu saja, ada perasaan sesak yang ia rasakan, dan Saqila tahu, perasaannya terhadap Dito bukan perasaan biasa.

Mungkin, Saqila jatuh cinta, tapi mengapa ia meneteskan air mata?

                           ###

2nd Where stories live. Discover now