Tiga (END)

653 74 1
                                    

"Code Blue. ICU bed nomor 4."

"TTV?"

"Negatif. Detak jantung negatif. Nafas masih terasa."

"Cardiac Arrest."

"Pasang defibrillator sekarang. Pantau TTV nya."

"Baik."

"All Clear?"

"Clear."

"Dalam hitungan ketiga. 1, 2, 3, shoot!"

"Kau bisa, gadis kecil. Ayo kembali. Baik kita mulai lagi. Dalam hitungan ketiga. 1, 2, 3, shoot!"

"Dia kembali! Jantungnya merespon!"

"Syukurlah."
.

.

.

.

.

.

.

.

.

Hinata mengerjapkan matanya. Kepalanya pening dan tubuhnya susah digerakkan. Matanya menatap awas pada dekorasi serba putih tempatnya berbaring.

"L?"panggil Hinata. Gadis itu tidak menemukan respon siapapun di sampingnya.

"Ah kau sudah bangun gadis kecil?"sapa seorang perawat padanya. Hinata hanya mengerutkan alisnya ketika perawat itu menaruh nampan berisi obat di nakas tempat tidur pasiennya.

"L?"tanya Hinata.

"Ah... Apa maksudmu pria yang selalu mengenakan kaos putih dengan celana bagy itu?"

"Dimana dia?"

"Dia sedang keluar. Kurasa dia akan senang mendengar kau baik-baik saja. Apa kau pusing? Mual?"

"Aku baik-baik saja."

"Baiklah kalau begitu. Ada baiknya kau istirahat dulu. Aku akan memasukkan obat lewat infusmu, ne?"

Hinata mengangguk. Matanya menerawang pada jendela yang menampilkan pemandangan langit. Entah kenapa ada perasaan tidak nyaman yang menggelayutinya. Bukan L orang yang dilihatnya pertama kali ketika sadar. Dan hal itu membuat perasaan Hinata mendadak cemas. Apa L berusaha menghindarinya?
.

.

.

.

.

.

"Maaf, Nona tapi tagihan anda sudah dibayar secara penuh."

Hinata mengerutkan alisnya kembali. Selama 5 hari setelah sadar, dia tidak bisa menemui L. Kenapa pria itu enggan menemuinya tapi bisa melakukan hal lain seperti membayar tagihan rumah sakit?

"Apa pria yang membayar tagihan itu masih ada disini?"

"Dia sudah membayarnya kemarin, Hyuuga-san."

Hinata mengeluh. Batin nya dipenuhi spekulasi buruk. Kenapa L mendadak menghilang seperti ini?

"Ada apa, Hinata?"tanya Hiashi setelah mengecek kembali apakah ada barang-barang putrinya yang tertinggal di ruang rawat.

"Bukan apa-apa, Ayah."ujar Hinata buru-buru. Enggan membuat sang Ayah lebih memikirkan kondisinya. Semenjak sakit, Hiashi menjadi lebih mudah drop dan cenderung mudah cemas. Kondisi sekecil apapun yang terjadi pada sang putri selalu membuatnya khawatir.

336 Dilema [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat