Part 1 "Halo, Enef?"

Start from the beginning
                                    


" Fisika"


"Wah berarti kamu pinter dong. Terus yang ini jurusan apa?"


"Hehe.. aamiin. Kebidanan kak."


"Wah, aneh ya. Fisika pindah ke kebidanan. Gak salah aku kemarin minta salam ke kamu. Hehehehe.."


"Hehe, iya hehe"


"Oiya, besok lanjut lagi ya.. Aku mau tidur dulu, besok ada latihan bola, harus jaga stamina hehe.."


"Oiya kak, sip."


"Good night, adek... :)"


"Good night kak."


Namanya Kak Ahmed, dia adalah mahasiswa ekonomi yang merangkap profesi sebagai pemain sepak bola. Kata adikku, dia adalah salah satu pemain sepak bola PESEM. Aku mulai menyukainya ketika aku kecanduan nge-stalking akun instagram miliknya. Bukan karena dia terkenal sebagai pemain sepak bola, tapi karena ada sinyal elektrik yang menyetrum mataku sampai jatuh ke hatiku. Ah lebay.


Entah malam itu aku rasanya berbunga-bunga. Memang terlalulebay. Terakhir aku pacaran kelas 2 SMA. Selebihnya pacaranku sama lelaki khayalan negri ginseng sana. Ketertarikanku sama lawan jenis yang nyata sangat minim. Itulah penyebab utama mengapa aku disebut jomblo karatan. Bukan karena tidak laku. Tapi karena menunggu balasan cinta dari lelaki idaman yang terpisah ruang dan waktu.


Dede' rela dimodusin sama abang. Dede' rela kok menyumbangkan waktu luang dede' untuk nungguin chat abang.


Semenjak malam itu, aku selalu chattingan sama Kak Ahmed. Menunggu balasan chatnya adalah momen yang sangat kunikmati. Apalagi ketika melihat bar chat 'is writing a message...'. Rasanya seperti menunggu undian yang tidak tau hadiahnya apa. Aku mulai terbiasa dengan chat Kak Ahmed. Walaupun aku selalu membalas chat Kak Ahmed dengan balasan yang singkat dan padat, tapi chat kami itu selalu mengalir. Sepertinya waktuku sudah benar-benar rela diluangkan untuk bercengkrama dengannya melalui chat. Sepertinya aku mulai nyaman, dan sepertinya aku mulai jatuh hati padanya.


Kak Ahmed membuatku berubah. Aku yang dulunya paling tidak suka ditanya-tanya 'Sudah makan?' 'Lagi di mana?' 'Lagi ngapain?' 'Sudah sholat belum?' dan berbagai pertanyaan basa-basi cowok lainnya, sekarang aku ketagihan ingin ditanya seperti itu tiap saat oleh Kak Ahmed. Aku kegirangan.


Baru seminggu aku chattingan dengan Kak Ahmed, tapi dalam tujuh hari itu rasa suka ku padanya terus bertambah. Ketakutan tentang 'PHP' (Pemberi Harapan Palsu) kukesampingkan. 


Oh God, Why I'm being like this?

Masalah tentang perasaan tidak pernah kusimpan sendiri. Aku mempunyai seorang mama yang kaunggap seperti seorang kakak, seorang sahabat bagiku. Tiap malam aku selalu menceritakan sosok Kak Ahmed padanya. Setiap aku ingin terlelap, mamaku selalu masuk ke kamarku dan ingin mendengar cerita yang kualami seharian.


"Masih chattingan?"


"Udah nggak,Ma. Dia udah tidur jam segini. Jam setengah sebelas udah waktunya dia tidur"


"Wah kamu tau ya.. Kok dia cepat banget tidurnya?"


"Jaga kondisi katanya,Ma. Kan dia pemain sepak bola hehehe"


"Oo..dia pemain sepak bola? Wah Jangan. Pemain sepak bola banyak gebetannya loh"Aku terdiam sejenak.


"Ah gak kok,Ma. Kak Ahmed baik. Perhatian,Ma. Ganteng loh,Maaa... hahaha"


"Enef suka?"


"Hmm... iya. Suka. Ini Enef baru suka laki-laki asli loh,Ma. Mama tau kan sebelumnya Enef suka yang di poster-poster itu?"


"Kalau Enef suka, terus dia buat Enef bahagia dan semangat, jalani aja. Yang jelas dia gak macam-macam sama Enef"


"Ah gak kok, Ma. Dia anaknya alim. Sholatnya berjamaah di Masjid terus. Selalu ingetin Enef sholat. Hehehe.. Doain ya maa hehe"


"Kamu ini... Dia udah nembak gakk? Nanti kena PHP lo kamu.."


Glek! 

Aku langsung tertegun. Pertanyaan mamaku seperti petir.

"Ah, mama.. Kan baru seminggu. Masa' langsung nembak sih? Kan butuh proses saling mengenal, ma.. eaa hahaha"


"Udah tidur sana, biar besok bangun tidak telat. Kampusmu jauh"


Kupejamkan mataku, kubuka lagi, kutarik hp ku dan membaca ulang semua chat-chatku dengan Kak Ahmed. Sesekali akunyengir sendiri sambil menatap layar hp ku. Tapi, mengingat pertanyaan mamaku tadi. Aku mulai khawatir. Aku takut ini hanya motif modus terselubung 'kakak-adek' saja. Tapi, Ah biarlah. 


Yang jelas aku suka Kak Ahmed.

 Kak Ahmed membuatku lupa akan satu hal. 



'Jatuh dari langit cinta itu rasanya sakit'


*to be continued*

Titik NolWhere stories live. Discover now