Bagian Tigabelas

6.5K 884 440
                                    



Enjoy and happy reading!~ Sorry for the typos~

Bagian Tigabelas

+++

Ayah Kim menatap sendu pada putera pertamanya yang sedikit membuatnya khawatir sejak pulang dari Rumah Sakit. Puteranya, Taehyung kini lebih banyak diam, tidak terlihat berselera menyentuh makanannya. Maka kini Ayah Kim mendekat, mengusap pundak sang putera begitu ia terlihat mencoba bernafas dengan benar, Taehyung sudah seperti itu selama hampir lima menit.

"Nak?" Ayah mengusap punggungnya pelan, "Apa masih sesak? Ayo, kita ke Rumah Sakit saja, ya?" Tanyanya khawatir yang dibalas oleh gelengan enggan dari Taehyung.

"Ayah,"Ia bersuara disela-sela nafasnya yang mulai teratur,"Aku tidak apa-apa. Aku bahkan sudah terbiasa seperti ini. Aku mohon berhenti memperlakukanku seperti ini."

"Nak? Kau anak Ayah. Kau sedang sakit dan Ayah seperti ini karena itu tanggung jawab Ayah, karena Ayah sayang padamu, Nak."

"Lalu bagaimana dengan Adek?" Ucapnya cepat, membuat Ayah Kim seketika merubah raut wajahnya.

"Berhenti seperti ini. Ayah tahu? Adek merasa sendirian, merasa jika kalian hanya sayang padaku, Adek membenciku dan ini semua karena sikap Ayah yang berlebihan"

Hanya helaan nafas Ayah yang terdengar, ia membeku ditempatnya, membiarkan keheningan diantara mereka diisi oleh derap langkah Ibu yang menyusul.

"Aku ingin sendiri, Aku ingin beristirahat. Maaf, tapi Ayah dan Ibu keluarlah." Taehyung bersuara datar, membawa dirinya untuk berbaring dan menghilang dibalik gulungan selimut miliknya.

Wajah Ibu terluka, ia pun hanya memandang sendu pada Ayah yang menciumi puncak kepala Taehyung dan berlalu dari sana, mendekat pada Ibu Kim dan memilih untuk meninggalkan kamar Taehyung.

"Dimana Jungkok?" Seraya melangkah, sang suami bertanya pada istrinya.

"Eum, Ayah. Maaf sebelumnya tapi Jungkook bilang ia ada kerja kelompok di rumah Hoseok dan Ibu mengizinkannya. Tidak apa kan, yah?"

Kening Ayah berkerut samar mendengar penuturan Ibu. "Rumah Hoseok? Bukankah Adek tidak sekelas lagi dengannya?"

Mata sang istri membola, terkejut akan pernyataan sang suami, mengingat sesuatu yang terlupakan olehnya.

Ayah Kim mendengus, menatap Ibu seraya memijat keningnya, sungguh kepalanya terasa berat. "Dia tidak sekelas dengan Hoseok, Bu. Dan Anakmu itu kembali berbohong,"Ayah Kim menjeda kalimatnya, mengangkat kedua tangan dengan lelah"Entahlah, Jika terjadi apa-apa Ayah tidak tahu harus bagaimana lagi."

Kakinya melangkah menjauh, meninggalkan Ibu Kim yang terpekur disana tepat di ambang pintu kamar Taehyung. Ia menekan dadanya, mendadak perasaannya berubah tidak enak dan gelisah.

Sungguh, ia menyesal melewatkan fakta itu, ia sedih saat Jungkook berbohong padanya, karena hal itu membawa Ibu Kim pada kekalutan.

"Apa yang akan terjadi denganmu, Sayang." Lirih Ibu dengan suara bergetar, berharap tidak ada hal buruk lagi yang akan terjadi.

+++

Jadi ini ya tempat yang di maksud Namjoon?

Jungkook bermonolog dalam hati, memindai apapun yang ada di sekitarnya. Tempat kelahirannya bukanlah sebuah kota besar, sesuatu yang membuatnya sedikit berpikir akan tempat yang ia datangi ini. Jaraknya tidak cukup jauh, Namjoon hanya mengemudi beberapa menit tadi. Awalnya Jungkook mengira tempat berkumpul yang dimaksud oleh Namjoon adalah tempat yang dipenuhi oleh teman-teman yang riang, mereka akan menghabiskan cemilan dan saling dilarutkan dengan percakapan yang tidak penting ataupun yang ia pikirkan adalah ia akan dibawa ke sebuah tempat yang penuh hawana permainan, ternyata salah.

A Brother [ Complete ]Where stories live. Discover now