Mr. Kece dan Angkot

18 0 0
                                    

Kampus satu UIN Alauddin Makassar yang berada tepat di depan toko buku Toha putra ramai dipadati mahasiswa dan mahasiswi yang berebutan naik angkutan kampus menuju kampus II UIN yang terletak di Samata, Gowa, tidak terkecuali juga aku bersama dengan Husna rekanku yang mengambil jurusan yang sama, matahari telah keluar dari persembunyiannya, kemacetan kota mulai tergambar nyata, pagi itu aku masih harus tinggal menunggu seorang lagi yang akan menjadi penumpang terahkir sebelum mobil melaju, penumpang siang itu memang banya yang ingin berangkat menuju kampus II sayangnya kebanyakan dari mereka berpasangan, entah itu cewek dengan cewek dan cowok dengan cowok, tak ada yang ingin meninggalkan temannya (huff so sweet banget), seakan-akan jika berpisah naik angkot mereka tidak akan pernah bertemu lagi, oh dunia, keluhku. Setelah menunggu lima belas menit, akhirnya mobil melaju meninggalkan kampus I UIN alauddin.

Kunikmati perjalananku, meski bukan yang pertama kalinya namun kesejukan terpaan angin memberi kedamaian, posisiku yang berada tepat di sisi jendela membuat mataku leluasa mengamati setiap inci penjuru ibukota provinsiku, gedung-gedung menjulang tinggi menggugah pandanganku, tikungan demi tikungan menyambut laju angkutan kampus yang aku tumpangi, indah karunia Tuhan,syukurku dalam hati.

Posisiku baru saja melewati bangunan Celebes, putih dan bersih, pekarangan yang luas dan bangunan banguna tertata sesuai fungsinya, tiba-tiba pobselku bordering, sebuah pesan baru masuk dari kawan lelakiku, Ihwal namanya, dia tampan, sangat tampan malah, pesonanya yang luar biasa saat tersenyum, hudungnya yang menikung mancung mengkilat kala sinar matahari menerpanya, postur tubuhnya yang tinggi menambah sempurnah pesonanya, dia tidak ingin berkuliah seperti yang lain, keinginannya untuk cepat bekerja dan menjadi salah satu bagian dari keluarga besar penerbangan membuatnya mengambil sekolah penerbangan. Aku membaca pesan yang bertengger di layar ponselku, "kau dimana?" Tanya Ihwal dipesan itu, kujawab saja seadanya dalam kebingunganku, apa yang terjadi dengannya sepagi ini bertanya posisiku, kami memang belakangan sangat akrab, karena kekasihnya adalah temanku. Kuberitahu Ihwal bahwa aku sekarang sedang berada diperjalanan menuju kampus dan sedikit lagi akan sampai, setelah itu pesan darinya kembali kuterima, Ihwal bertanya apa aku tidak bisa kembali ke kampus I, aku semakin tidak mengerti apa yang terjadi dengan si tampan Ihwal, seribu tanyaku mengawan-awan dalam benakku, tidak perlu berbohong, akupun menjawab bahwa aku tidak bisa kembali, angkutan yang aku tumpangi adalah angkutan kampus dan tidak mungkin bisa kembali, sekalipun aku memutuskan turun di wilayah ini tidak ada angkutan umum, jelasku pada sebuah pesan baru yang kukirimkan pada ihwal, tak lupa pula kusertakan kalimat Tanya, kenapa memangnya?. Lama tidak ada jawaban dari pesanku, ku ulangi pengiriman pesan yang tak terbalas itu, namun balasan yang aku dapat tidak sesuai harapan. Ihwal malah bertanya apakah Husna sudah kekampus. Aku menjadi semakin bingun dibuatnya, dengan rasa bingun itu kujawab pesan Ihwal bahwa Husna sedang bersamaku sekarang, menuju Kampus II UIN, dan sekali lagi ku tanyakan apa yang terjadi. Jawaban yang aku nantipun tiba, tawaku tidak mampu tertahan, dengan keheranan Husna yang ada di dekatku bertanya apa yang terjadi, kutunjukan pada Husna pesan yang dikirimkan Ihwal, dan tawa kami akhirnya berduet seiring laju angkutan kampus, rupanya si Tampan Ihwal sedang berada di atas angkutan umum menuju kampus I UIN, salah satu tempat yang bisa digunakan untuk berganti angkutan umum sesuai kode tujuan, namun saying, dompet Ihwal tertinggal di rumah, tanpa sepersenpun uang Ihwal naik angkutan umum, lebih sialnya lagi Ihwal baru ingat saat mobil melaju membawanya ketujuan. Aku membayangkan pucat pasi wajahnya memikirkan nasib yang akan di jalaninya, malu sudah pasti, menurut cerita yang ku dapat langsung dari Ihwal, saat berada di dalam angkutan umum tak banyak yang dia lakukan, hanya diam dan memandang ke depan seakan tidak terjadi apa-apa, padahal fikirannya melalang buana, berapa banyak orang yang akan menyaksikan hal memalukan saat dia turun dari moil dan berkata "Saya lupa bawa dompet pak.", atau bagaimana pak sopir akan mengomel dengan kelakuannya. Satu per satu penumpang angkutan umum itu turun, hanya tersisa Ihwal dan dua orang lainnya, salah satu diantaranya adalah seorang cewek dan yang lainnya seorang bapak paru baya, Ihwalpun memberhentikan mobil, dia berdiri tepat di sisi mobil, berpura-pura merabah setiap saku celananya mencari dompet yang dia sendiri yakin tidak akan pernah dia temukan, belum puas Ihwal berakting dengan saku celananya, tas yang berada digendongan menjadi property terbaik aktingnya, pak sopir pun mulai bertanya apa yang terjadi, Ihwal member alasan bahwa ia tidak menemukan dompetnya, untung saja tanpa berkata apa-apa sopir angkot lalu melajukan kendaraannya, Ihwal menarik nafas berat, lega, tak mendapat amarah sopir yang membara, aku tertawa mendengar cerita Ihwal beberapa jam setelah kejadian itu terjadi, sifat bersih membuatnya kapok, pasalnya Ihwal selalu meletakkan benda apapun pada tempatnya, jadi ketika dompetnya tertinggal di rumah selembar uang seribupun tak ada, semua uangnya tertata rapi di dalam dompetnya. Kejadian itu menjadi satu pelajaran berharga dan pengalaman malu tidak terlupakan dalam hidup Ihwal dan juga menjadi pelajaran berharga untukku, agar tidak pernah dan tidak akan merasakan pengalaman memalukan seperti yang dirasakan Ihwal si Mr. Kece.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 27, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mr. Kece dan angkotWhere stories live. Discover now