3. King of Charm

1.1K 190 25
                                    

Berbagai macam jenis, ukuran, merek, rasa, dan kualitas coklat berserakan di meja Ath, membuat gadis itu menoleh cepat pada pelaku yang menaruhnya di sana. Saat itu jam istirahat, Ath baru saja memasukan buku pelajarannya ke kolong meja saat Niel kemudian datang dengan tumpukan coklat dalam pelukannya.

"Apaan?" Ath keberatan, tidak senang dengan tumpukan makanan manis itu ada di mejanya.

"Numpuk di meja gue tadi pagi."

"Ya terus? Kenapa di bawa ke sini?"

Menumpukan bokongnya di meja seberang, Niel menggaruk telinga malas. "Lo makan aja, gue mual makan coklat banyak-banyak."

Dahi Ath mengerut, "Gue juga nggak suka kalau sebanyak ini."

"Valentine ya? Gue juga dapet nih." Banyu mengeluarkan sesuatu dari kolong mejanya.

Gema yang duduk di samping Ath melakukan hal yang sama.

"Gema juga?"

Gema mengangguk, dia juga baru sadar saat di tengah jam pelajaran tadi, saat merogoh kolong meja ternyata ada beberapa coklat yang ditaruh—entah siapa—di sana. Karena tidak ingin menganggu fokus, Gema baru mengeluarkannya sekarang.

"Hell-lah kalian, jangan di transfer ke gue. Gue juga nggak suka kalau sebanyak ini." Ath mendorong bungkusan-bungkusan coklat itu menjauh darinya, bahkan ada beberapa yang jatuh ke lantai.

"Jangan buang-buang makanan!"

"Lo yang buang ke meja gue."

Niel berjongkok, kembali memungutinya. "Bukan buang, tapi ngasih."

"Kasarnya dibuang ke gue karena lo nggak mau."

Niel mendongak, menatap Ath yang tidak mau mengalah.

"Udah jangan berantem. Sini gue aja yang simpen. Nanti gue bagiin kalau ketemu anak-anak di jalan pulang."

Ath lebih dulu mengalihkan pandangannya begitu Gema selesai memberi mereka solusi. Gadis itu bangkit dari kursinya lebih dulu, menarik Banyu bersamanya untuk pergi ke kantin. Dan bukan Niel kalau rela membiarkan Ath pergi begitu saja. Dengan cepat Niel menaruh coklat itu di meja Gema, menepuk pundak Gema tanda mempercayakan urusan itu padanya. Niel berdiri, mengejar langkah Ath dan Banyu yang sudah keluar dari kelas.

Tanpa aba-aba Niel menarik Ath dari sisi Banyu, mendekap gadis itu dengan kedua tangan yang melingkar erat di leher Ath. Ath meringis, mengaduh sakit.

"Lepas!"

"Ngambek karena iri kan lo sama kita bertiga? Karena cuma lo yang nggak dapet coklat dari penggemar rahasia?"

Ath memukul-mukul lengan Niel yang berada di lehernya, berusaha sekuat tenaga melepaskan diri. Cara yang biasa tidak berhasil, karena Niel sudah siaga dan menahan siku Ath agar tidak menyerang perutnya.

"Niel!"

"Bilang iya dulu baru gue lepasin."

"Nggak!"

"Iya!"

"Nggak, Niel!"

"Iy—"

"Niel, lepasin. Ath nggak bisa napas itu." Banyu menarik tangan Niel dari leher Ath, menimbulkan reaksi tak suka yang Niel perlihatkan terang-terangan. Niel memang melepaskannya, untuk sesaat sebelum kembali menaruh kembali salah satunya lengannya melingkar di bahu Ath. Dan Ath tak lagi protes, itu jauh lebih baik dibanding menghadapi Niel yang keras kepala dan terus memeluk lehernya sepanjang jalan menuju kantin.

"Mau makan apa?"

"Soto ayam."

Niel mengangguk, berbalik menuju antrian konter makanan dan membiarkan Ath menempati meja kosong untuk mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Amor FatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang