Kwon Soonyoung hanya seorang laki-laki biasa, ketika ia menemukan dirinya terbangun di sebuah dunia yang berbeda dan ohㅡJeon Wonwoo berada di hadapannya.
Masalahnya, kedatangan Wonwoo artinya keberangkatan menuju Gerbang Kehidupan. Dimana kehidupan...
PERJALANAN bersama Wonwoo itu tidak pernah menyenangkan. Kaku dan juga jangan lupakan aura tidak bersahabat yang terpancar dari laki-laki tegap itu. Tapi apa dayaㅡseberapa mengesalkannya dia, Soonyoung tetap juga berjalan mengekorinya walau wajahnya terus tertekuk mengingat betapa tidak acuhnya Wonwoo pada Soonyoung yang sudah seperti orang kesetanan karena mendengar bisikan-bisikan mengganggu tadi. Soonyoung menghela nafas, apa sih yang bisa ia harapkan dari Wonwoo? Mencoba mengantarkannya pada perjalanan maut yang menyenangkan?
Sebenarnya sih,iya. Soonyoung berharap ada sedikit canda tawa antara keduanya ketika mereka menelaah Alam Baka dan isinya ini. Tapi kelihatannya itu hanya angan-angan belaka. Wonwoo berbicara padanya saja bisa dihitung berapa kalinya dengan jari. Mengharapkan tertawa? Mujizat mungkin, dumel Soonyoung dalam hati.
"Aku tahu kau memikirkan aku."
Langkah Wonwoo terhenti tiba-tiba, membuat Soonyoung tersentak kaget dan otomatis membuatnya berhenti di tempat. Untung saja keseimbangan Soonyoung masih bagus, sehingga ia tidak tergelincir saking kagetnya mengingat terjalnya lereng Bukit Dendam. Soonyoung mengerjapkan matanya, bertanya dengan gugup, "A-apa?"
Wonwoo melipat tangannya, dengan santainya ia melakukan itu seolah-olah sekarang mereka berdua berada di daratan yang datar bukan terjal seperti ini. Tentu saja dia tidak takut jatuh, toh dia juga tidak bakal mati lagi, batin Soonyoung.
Tapi bukan Soonyoung namanya jika tidak berdalih dan memberi alasan yang tidak masuk akal, "Bukan hal yang bagus kok."
"Apa kau mengejekku?" selidik Wonwoo penuh curiga. Ia berjalan menghampiri Soonyoung yang sekarang gugup setengah mati. Sepertinya Malaikat Kematian benar-benar bisa membaca pikiran kliennya.
Ya sudahlah, toh karena sudah ketahuan ya lebih baik jujur saja.
"Iya, aku mengejekmu," jawab Soonyoung dengan nada menantang, padahal luar biasa takut di dalam hati. Apalagi melihat jarak keduanya yang semakin dekat. Raut wajah Wonwoo juga terlihat sangat serius. Apa dia benar-benar sangat kesal karena tahu aku mengejeknya. Soonyoung menelan ludahnya gugup. Wonwoo yang berjalan ke arahnya dengan setelan hitam dari kepala sampai ujung kaki, juga matanya yang memandang Soonyoung dengan tajamnya dari balik kacamata itu membuat Soonyoung perlahan mundur tanpa disadarinya.
Ini jauh lebih menyeramkan dibanding bisikan gaib tadi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.