10. Alternative Ending

124 18 4
                                    

Jangan tanyakan seberapa kagetkah Lewba atas perlakuan Jonah. Sudah jelas jawabannya tak terdefinisikan karena itu adalah ciuman pertama untuknya. Senang sudah jelas. Marah pun sudah jelas. Kaget pun ia rasakan.

Jonah tak pernah membayangkan sebelumnya bagaimanakah bila ia mencium Lewba. Tapi, setelah mencobanya, ia menyadari satu hal dari gadis itu—bahwa cinta Lewba untuknya benar-benar tulus, karena ia bisa merasakannya secara langsung melalui ciuman itu. Setiap urat nadi dalam tubuhnya seakan mengalirkan rasa kasih yang Lewba beri untuknya. Lewba benar-benar mencintaiku, katanya.

Setelah berlama-lama diam, Lewba mundur beberapa langkah untuk menjauhi Jonah. Lewba tak bisa menerima ciuman itu, walaupun sebenarnya ia menginginkannya lagi. Wajahnya ia tundukkan dengan lemah, air matanya mulai menetes perlahan menuruni hidungnya, lalu tetesan itu jatuh di atas punggung kakinya.

"Kau ... kau tidak seharusnya berbuat seperti itu." Lidahnya kelu untuk memarahi Jonah, sehingga hanya itulah kata yang keluar dari mulut Lewba.

Jonah terdiam, benar-benar merasa bersalah dan ia tak mungkin meninggalkan Lewba begitu saja karena merasa bodoh. Pasti ada alasan kuat mengapa ia berani untuk mengambil tindakkan itu, bahkan alasan itu bisa jadi lebih bisa diterima daripada hanya untuk membuktikan bahwa Lewba bukanlah gadis yang buruk. Tatapannya kini lurus tertuju pada bola mata Lewba yang kini sudah menatapnya balik.

"Dengar ... kau membuatku merasa bersalah." Jonah memperdalam tatapannya.

"Benar ternyata dugaanku. Kau melakukan itu hanya karena kau merasa kasihan, bukan? Kau tidak benar-benar menginginkannya!" Lewba menarik napas dalam, lalu satu tanganya meraih knop pintu yang ada di belakang Jonah, "Bisakah kau keluar dari sini? Karena aku tidak ingin melihat wajahmu lagi." Lewba sudah tak memiliki keinginan untuk memarahi lelaki itu. Bila ia mampu, ia pasti akan berteriak sekencang mungkin untuk mengusirnya.

"Tidak, kau belum mendenger keseluruhan ceritanya." Jonah tetap tak mau enyah dari tempatnya berdiri, ia menarik tangan Lewba dari knop pintu dan menuruhnya untuk menatapnya sekali lagi.

"Lihat aku, Lewb!" Jonah meraih dagu Lewba agar ia tidak memalingkan wajah. Kini, jarak mereka hanya terhitung beberapa inchi, "Kau membuatku merasa bersalah karena terus-menerus merendahkan dirimu, Lewb. Aku tak suka mendengarmu bila kau marah karena apa yang Tuhan berikan untukmu. Aku sudah mengatakannya, Kau sempurna karena kau memiliki hati yang baik. Saat kau berkata bahwa kau menyukaiku, aku tersadar bahwa sepertinya aku ... aku memiliki perasaan untukmu juga, tapi aku hanya tidak menyadarinya."

"Kau menyukai Adley. Bukan aku!"

"Kau tak mengerti apa yang benar di antara kami." Jonah tertawa kecil saat mengatakan itu, "Kami hanya sebatas teman. Itu saja. Tidak lebih. Kau memercayaiku saat kukenalkan dia kepadamu sebagai kekasih? Astaga, kau terlalu serius menanggapinya!"

"Okay."

"Lewb, aku ingin kau menatapku, jangan memalingkan wajah seperti itu." Jonah kembali meraih dagu gadis itu untuk membuatnya bertatapan, "Apakah kau merasakannya? Tak bisakah kau merasakan apa yang kurasakan saat kami berciuman?" Tangannya ia ulurkan untuk mengangkat tangan Lewba ke jantungnya.

Lewba menatap mata Jonah dengan dalam. Suhu di antara mereka berdua semakin memanas. Ada kebahagian yang terpancar pada diri keduanya untuk sama lain. Cinta. Dengan pasti, Lewba mengaitkan kedua tangannya pada leher Jonah, lalu menciumnya sekali lagi. Keduanya kaget, namun perasaan kaget itu hilang seketika saat keduanya memperdalam ciuman mereka.

Keduanya saling berlepas diri untuk menarik napas. Lewba menatap Jonah yang sedang terengah-engah, matanya menggelap dan terlihat di matanya bahwa ia menginginkan lebih.

"You are mine now. Admit it!" Jonah meraih dagu Lewba sekali lagi, lalu ia mengecupnya singkat. Ia tersenyum kepada gadis itu, lalu ia mengedipkan sebelah matanya dengan menggoda.

"Jadi, kita adalah?"

"Kau tahu jawabannya."

End

Yeepy! Thank you buat semuanya yang udah baca alternative ending ini. Yang pasti, ending yang satu ini bertolak belakang sama ending sebelumnya.

Aku tau kalo cerita ini gaje banget. Tapi, aku cuma mau nyampein sesuatu.

Buat siapa pun yang lagi baca ini, jangan pernah kalian merendahkan diri kalian karena kalian merasa kurang sempurna. Kalian harus tau kalo kalian itu cantik dan berhak buat mendapatkan cinta. Kalo kalian belum nemuin orang yang bisa nerima kalian apa adanya, percayalah aku di sini peduli sama kalian semua. You deserve loves. Sometimes, we compare ourselves to a perfect one until we make high standard and we try to be a different person, not being our real selves.

You all are beautiful and you must admit it.

Love you guys ❤❤❤

WONDERWALL × Jonah Marais (END)Where stories live. Discover now