Pelajaran selanjutnya yang akan dihadapi Gara adalah BIOLOGI. Untungnya, pelajaran ini tidak menghitung.

"Assalamualaikum! Selamat pagi anak-anak" salam ceria yang diberikan oleh Guru tersebut setelah memasuki kelas Gara.

"Tiga enam sembilan tepuk tangan"

Tapi, pelajaran ini adalah pelajaran yang sangat cukup untuk membuat jantung para siswa/i berolahraga di tempat. Pantas saja beliau selalu ceria dan bahagia ketika masuk kelas. Karena siswa/i yang akan tersiksa.

"Eh buk? Buset, baru masuk, duduk dulu napa"

"Aji gile ni guru"

Tidak jadi untung, buntung. Gara sama sekali belum membaca materi kali ini. Menebak 1 huruf saja tidak bisa. Apalagi membuat 1 kalimat.

"Pssstt Bim, gausah sok budek lo!" Bisik Dirga yang bangkunya tepat di samping Bima.

Perlu diketahui, Angkasa Jaya adalah sekolah yang tak berbelas kasih! Sejak awal masuk, tidak ada yang namanya duduk berdua, sendiri-sendiri. Murid di kelas juga hanya berkisar 20an.

"Temen lu ada yang lebih pinter lu nanya ama yang bobrok" jawab Bima, sambil menunjuk Gara.

Guru BIOLOGI sukses! Sukses membuat semua murid berkeringat dingin. Menerka-nerka siapakah yang tidak fokus berikutnya. Lalu, maju kedepan dengan wajah mengharapkan kebaikan teman.

"Tiga enam sembilan tepuk tangan"

(Prok prok prok)

"Atu"

Dekat....

"Duaa"

Semakin dekat.....

"Tigaa".......

"............"

"Maju lo dirga, jan sembunyiii"

"Senyum dong aa' "

"Setan lo semua! Bukan temen memang" kata Dirga, sambil berjalan menuju depan kelas.

Gara tersenyum tipis. Ini pemandangan yang melegakan setelah dirinya yang hampir saja terkena. Untung dia fokus.

"Ya gitu buk, saya gangerti, bantuan deh bantuan" kata Dirga, hh gayanya masih sok cool, tangan di kantong, baju dikeluarin. Padahal sama aja kaya yang lain, deg degan.

"Bantuan, lu kira super family seratus?" Jawab Bima ngeledek.

"Bima, maju bantuin" kata Bu guru menyambar Bima, bak geledek.

Yahh, karma di Angkasa Jaya come nya so fast..

"Ibuk gaseru ih"

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, mohon maaf kepada ibu atau bapak guru yang sedang mengajar, kepada seluruh OSIS Angkasa Jaya, diharapkan berkumpul di Aula sekolah, sekarang!"

Suara microphone membisukan keramaian. Ini adalah kebahagiaan bagi Gara. Ia harus(nya) berterimakasih kepada yang telah berbicara tadi. Karena dia akan terbebas dari siksaan yang diberikan ileh guru biologi. Masalah ketinggalan materi? gampang!

"Psst Gar, ajak gue!" Bisikan Bima

Gara tidak menjawab. Ia hanya memberikan Bima smirk, lalu menggelengkan kepalanya sambil mengucapkan "Semangat ya kak!" dengan senyum menempel di bibirnya.

"Sampis lo woi! Awas aja lo!!!"

Gara tersenyum remeh, lalu ia berdiri dan mengatakan. "Bu, saya izin"

Gara menarik napas dalam dalam setelah keluar dari kelasnya. Berjalan dengan wibawa dipundaknya. Melangkah dengan mantap.

Ttakk.. ada sesuatu mengganjal di sepatunya. Ahh, lengket!

"Permen karet!" Ucap Gara sehabis memeriksa sepatunya.

Sesampainya di sekretariat OSIS, tanpa ba bi bu, Gara langsung berkata, "Kacamata, taruh di progker ke 3, sidak permen karet! Sekretaris, buat proposal tentang sidak permen karet besok! Besok gue harus udah tanda tan-----"

"Brother, salamnya mana?"

Gara lupa. Dia terlalu bersemangat untuk memberitahu tentang permen karet. Ga sih, maunya langsung kode aja, kalo dia abis injek permen karet. Gitu doang.

Ruang kelas Gara sama ruang sekretariat OSIS itu deket. Jauh kalo jalan kaki. Ya cuman belok, naik tangga, abis tu belok lagi aja.

"Ehm, Assalamu'alaikum"

"Nah gitu dong bro"

"Jawab salamnya mana?"

Irham, ketua humas, langsung menunjukkan deretan giginya sambil menjawab salam dengan ganteng "Wa'alaikumsalam"

"Ada apa rakyat ku? Baru dateng udah manesin suhu aje" ucap Indra, ketua Osis.

Gara adalah ketua Osis gagal tahun lalu. Tapi tenang, dia tetap bisa memerintah. Wakil Ketua Osis di Angkasa Jaya lebih ditakutin daripada Ketua Osis nya sendiri. Ini adalah trik khusus dan rahasia internal.

"Udah lo catet apa yang gue bilang tadi? Kalo bisa ketik sekarang!" Kata Gara kepada anak yang menggunakan kacamata tadi.

Gara jarang tahu nama-nama anggota Osis selain ketua, Irham, dan dirinya. Jadi, kalo dia ingin memberi tugas kepada bendahara atau sekertaris tinggal;

'eh kacamata, lo udah buat proposal?'

Atau

'sepatu pink, uang buat acara ini ada?'

Seenak jidat memang. Tapi gaada salah dan benernya juga. Gara males menghafal nama-nama anggota Osis karna kebanyakan. Mereka yang dipanggil gitu juga oke-oke aja.

"Btw, sekolah bakal ngapain nih waktu Harapan Bangsa dateng?" Tanya Indra, Ketos gabener memang.

"Jungkir balik 12 jam" jawab Gara sinis.

"Widiiiiiii" (suara-suara ghaib anggota Osis yang lain)

"Ya lo ketua gajelas sama sekali! Harusnya lo yang mikir, ini kenapa jadi gue yang pusing?!"

"Ya kan dulu gue kepilih gegara cakep bro, harusnya sih lo yang jadi. Gue padahal milih lo, eh gue yang kepilih"

"Otak kadang suka ketuker sama dengkul, heran!"

Yaudah gitu. Kalo sudah mau ada acara besar, mereka berdua akan adu mulut dulu. Padahal gaada gunanya. Indra bakal cuman numpang nama, dan Gara yang akan pusing masalah izin, uang, proposal dan lain-lain.

"Kadang, hidup memang tak seindah realita"

__________
Lampiran:

1. Si sekretaris yang mencatat ide brilian Gara

 Si sekretaris yang mencatat ide brilian Gara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 01, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HilangWhere stories live. Discover now