Kamu, Mengalihkan Duniaku.

18 0 0
                                    

Menghabiskan waktu dirumah adalah hal terbaik! Dunia menjadi lebih indah ketika perlengkapan 'bermain' ku sudah ada didepan mata. Waktu pun terasa sangat cepat. Belum lagi kalau mbok yang selalu hilir mudik membawakanku cemilan untuk menemaniku bermain. Melakukan hal seperti ini menjadi momen yang sangat langka saat aku masuk ke dunia perkuliahan. Selain karena padatnya jadwal kuliah, tugas yang selalu datang dan papa yang tidak mengizinkan ku untuk membawa perlengkapan bermainku ke tempat tinggalku disana dengan alasan demi kelancaran dan fokus kuliahku.

"Ka, makanannya udah siap", ucap Asep, anak Mbok.

"Iya, Sep. Sebentar ya. Tanggung." Jawabku tanpa memalingkan wajah dari layar televisi.

"Jangan lama-lama ka, kata Ibu gak enak kalo makanannya dingin."

"Iya... 5 menit lagi aku makan. Sebentar lagi selesai nih"

Gak ada yang bisa menggangguku ketika sudah berhadapan dengan playstation, termasuk papa sekalipun. Tapi aku pun bukanlah seseorang yang sangat tergila-gila dengan game dan bisa lupa dengan semua hal termasuk makan. Pernah suatu ketika saat papa baru membelikan permainan baru yang sangat seru kemudian membuatku lupa waktu, 3 hari kemudian aku terbaring sakit karena 24 jam nonstop bermain sampai tamat! Semenjak saat itu aku pun gak mau mengambil resiko dan merasakan hal itu lagi, karena sungguh menyiksa! Selain merasakan tubuhku yang aneh, papa pun juga sempat melarangku bermain selama 1 bulan.

Masakan mbok memang tidak pernah mengecewakan lidahku, selalu berhasil membuatku makan lagi, lagi dan lagi. Setelah pulang berlibur tahun baru, kembali ku rasakan makan sendiri di sebuah meja makan berbentuk oval yang berukuran cukup besar untuk ditempati seorang diri. Papa sudah kembali dengan pekerjaannya yang sibuk, walaupun banyak diluar sana pegawai seperti papa yang tidak memperhatikan dan memprioritaskan pekerjaannya. Kembali ku arahkan tubuh ini ke ruang televisi di lantai dua, perlengkapan bermainku masih pada posisi yang sama, karena gak ada seorang pun yang berani menyentuhnya bahkan untuk merapikannya.

Entah kenapa, belakangan ini handphone menjadi sesuatu yang lebih menarik dibandingkan dengan perlengkapan mainku. Ku gapai ponselku yang sedari tadi ada di atas meja, tanpa pikir panjang ku buka lah sebuah aplikasi media sosial yang baru ku download sepekan yang lalu. Sebenarnya gak ada yang menarik dari tampilan yang ada di timeline ku, dan seperti sudah mulai terbiasa jari-jari ini mulai menyentuh ikon 'pencarian' dan kembali menyari si pelukis hidung merah. Berbagai kata kunci yang ku cari menggunakan hastag sudah ku lakukan. Entah sudah berapa postingan yang sudah ku lihat dari hasil pencarianku.

"#painting udah... #stickerpainting udah... Apa lagi ya?" gumamku dalam hati.

Sungguh, semakin membuatku penasaran! Aplikasi satu itu membuatku adiksi untuk terus cari, cari dan cari. Dering handphoneku berbunyi setelah beberapa menit ku letakkan di atas meja dan ternyata pesan dari papa yang mengajakku makan malam diluar.

From : Papareira

Kau ndak pergi hari ini to? Sore nanti jemput papa dan kita makan malam diluar. Jangan lupa beritahu mbok ndak perlu masak malam ini.

Waktu menunjukkan jam 2 siang, itu berarti Papa akan pulang 2 jam lagi. Tanpa menunggu lama, segera ku bersiap untuk menjemput papa. Jalanan Jakarta pasti akan macet menjelang jam pulang kantor. Benar saja ketika mobil ku parkirkan, padatnya jalanan ibukota terlihat jelas dengan mata kepalaku sendiri. Sekitar 15 menit ku menunggu lelaki paling tampan di muka bumi ini, tak lama keluarlah sosok yang ditunggu.

"Ndak lama kan kau menunggu papa?", tiba-tiba suara yang gak asing terdengar dari ujung ruangan.

"Ha? Gak terlalu lama ku menunggu", jawabku seraya bangun dan memeluk papa.

"Sepertinya belakangan ini kau serius kali dengan handphonemu itu, nak" tanya papa yang ternyata belakangan ini memperhatikanku.

"Hhhmmm... Ken sekarang punya Instagram, pa."

"Iya kah? Bagus kalau begitu. Papa kan juga pernah menyarankanmu untuk membuat macam tu, agar papa bisa tau bagaimana aktivitasmu selama kuliah"

"Aktivitasku?"

"Ya, papa punya teman itu memantau anaknya melalui instagram e, dan papa sekarang juga bisa seperti itu."

"He... Lagi pula aku buat pun untuk mencari pelukis hidung merah to"

"Heleh, masih ja kau? Lalu sudah kau temukan?"

"Kalau sudah ku temukan nda akan aku masih membuka Instagram papa..."

Obrolan singkat dengan papa yang mempunyai keingintahuan super memang menjadi momen tersendiri yang terkadang ku rindukan ketika sedang jauh darinya. Gak pernah bosan untuk ngobrol membicarakan apapun dengannya. Kecuali ketika papa sedang marah karena kesalahan yang ku perbuat, tiada ampun dan maaf, tanpa memandang aku adalah anaknya.

Hangout pertama bersama papa. Dengan gaya berpakaiannya yang khas membuat papa selalu menjadi pusat perhatian dimanapun ia berada. Untuk lelaki seusianya, papa terbilang cukup modis dengan pakaian yang selalu enak dilihat mata dan rapi.

"Apa yang akan kau lakukan kalau kau sudah menemukan dan bertemu dengan si pelukis itu nak?"

"Entahlah... Yang pasti, aku akan bilang kalau aku suka dengan karyanya."

"Hanya itu?"

"Sementara baru itu, tapi... kalau bisa dan dia mau, aku ingin dia jadi tutorku, pa."

"Ide bagus, semoga dia orang menyenangkan dan bisa jadi tutor kau e."

"Aamiin, pa. Semoga ja."

"Penasaran boleh ja, tapi jangan sampai kau lupa dengan sekitarmu. Karena beberapa hari ini yang papa lihat kau fokus kali dengan kau punya handphone. Dimana-mana yang kau lihat handphone, kalau ja playstation kau bisa bicara pasti dia orang juga akan bertanya e... Papa pulang pun kau hanya menjawab seadanya tanpa melihat papa"

"Iya kah? Hhhmmm... Maafkan aku pa... Tapi terimakasih juga untuk pengingatnya, pa.", tanpa berpikir panjang ku peluk papadengan erat.    

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 26, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hello, You. - Session 2Where stories live. Discover now