"Apa aku melakukan kesalahan?"

Bobby menunduk, mengalihkan perhatiannya dari manik kelam itu. "Tidak ada."

Chanyeol mengerutkan alisnya. "Apa? Apa aku melakukan sesuatu? Atau..., karena obrolan kita semalam?"

Bobby menaruh kepalan tangannya di bibir sesaat, menimbang-nimbang akan menjawab apa kepada Chanyeol. 

Sejak ia terbangun, pikiran ini datang menyergapnya. Ia mengingat kembali pembicaraan mereka semalam, dan tiba-tiba semuanya lebih terang. Ia tidak bisa menjalani ini dengan keragu-raguan merayap di dada. Ia butuh pegangan.

Jadi ketika ia menurunkan kepalan tangannya, ia telah yakin, suka tidak suka mereka harus bicara.

"Aku sudah siap sekarang, Cupcake. Jadi, katakanlah." Bobby menyilangkan kedua lengannya di dada.

"Apa maksudmu? Mengatakan apa?"

"Katakan apa saja, siapa yang tau, mungkin kau menyesali apa yang telah kita mulai..., kau mulai semalam. Aku tidak keberatan. Aku siap, katakan saja."

"Dan kenapa aku harus mengatakannya?" Chanyeol berucap tenang.

"Kenapa kau tidak harus mengatakannya? Maksudku..., kau bisa berubah pikiran kapan saja. Tidak ada alasan untuk hubungan ini berjalan, bukan?"

"Mengapa kau mengatakan itu?"

"Karena kau tidak yakin dengan perasaanmu." Bobby menarik napas berat. "Aku mungkin menyukaimu, tapi aku tidak ingin menjadi mainanmu."

"Aku tidak mempermainkanmu, Bobby.-

Aku sudah mengatakannya kepadamu semalam. Apakah itu kurang jelas. Aku ingin mencoba ini, aku ingin memiliki sesuatu bersamamu. Aku menginginkanmu. Kenapa sulit sekali untukmu memahami itu?"

Seulas senyum yang menyiratkan ragu terukir di paras indah itu. "Aku juga menginginkanmu, Park Chanyeol. Aku bahkan menyukaimu ketika kau tidak yakin dengan perasaanmu sendiri. Hanya saja..., apa semuanya hanya seperti ini? Kita akan memulai sesuatu di sini. Kau dan aku. Karena itu aku membutuhkan pegangan, Chanyeol.-

Aku tidak ingin berpikir, bersiap-siap, bila suatu waktu kau berbalik pergi. Karena semakin kita dekat aku tau perasaanku akan semakin berkembang terhadapmu. Dan aku tidak ingin menjadi pihak yang terluka di sini."

"Kita tidak tau apa yang kita miliki di sini Bobby, perasaan kita.."

"Aku tau perasaanku, aku menyukaimu!"

"Dan aku butuh waktu!" Chanyeol menyahutnya tak kalah nyaring. "Aku butuh waktu untuk mengerti semua ini, kau tidak mengerti Bobby, kau adalah yang pertama untukku."

Bobby menarik napas dalam. Ia mencoba menahan dirinya agar tidak meninggikan suara. Ia hanya ingin berbicara baik-baik.

"Apa aku yang menginginkanmu saja tidak cukup?" Chanyeol berbisik lirih, ia mendekati Bobby dan mengecup dagu gadis itu lembut. "Ku mohon, beri aku waktu."

"Bagaimana dengan Jongin, Areum?"

"Mereka tidak perlu tau. Maksudku mereka teman-temanku."

"Jongin pacarku, Yeol. Kau ingin aku mengkhianati dia? Kau ingin aku menusuk temanmu dari belakang? Manis sekali."

"Aku ingin kita tetap diam hingga ada yang pasti di sini." Chanyeol melingkarkan lengannya di pinggang Bobby. Menahan gadis itu agar tidak mundur menjauh darinya. "Kita menjalin hubungan tanpa kepastian di sini, Bobby. Kau dan Jongin, persahabatanku dengan Areum dan Jongin adalah hal yang pasti.-

Kita belum pasti. Kau dan aku belum pasti."

"Dan kau tidak ingin merusak itu semua hanya karena..., ketidakpastian."

"Kau membuatnya terdengar buruk." Chanyeol menatap Bobby memohon pengertian. "Ayolah, Bobby. Bantu aku di sini. Aku tidak bisa membiarkan teman-temanku tau. Ini belum saatnya. Aku belum siap. Bisa kita memulainya dengan santai saja.-

Kita bisa mengatasi ini satu persatu pada waktunya. Hanya saja jangan tergesa-gesa. Bagaimana?"


Ada hening yang panjang terbentang di antara mereka. Bobby mengalihkan pandangannya dari Chanyeol, berusaha abai dengan kecupan-kecupan ringan yang pria itu daratkan di sepanjang garis rahangnya.

Chanyeol menyatukan dahi mereka, membimbing pandangan Bobby agar tertuju kepadanya. Ia menyunggingkan senyumannya, berharap kekerasan hati gadis itu mencair. "Bobby, please." dan kecupan ia daratkan di bibir itu. Mencecap polesan beraroma strawberry yang menempel di bibir Bobby. Ia melepaskan pagutannya tak lama kemudian, dan memberikan Bobby ruang untuk menjawabnya.

Dan Bobby menyerah. "Baiklah."

Bobby tau ini salah, bermain di belakang teman-teman Chanyeol? Mengkhianati Jongin dan Areum.

Hanya saja..., Chanyeol mungkin ada benarnya. Hubungan yang mereka mulai sekarang sama sekali tak berdasar. Bagaikan berjalan di atas kaca yang tipis. Mereka dapat bubar kapan saja. Esok hari barangkali Chanyeol akan membencinya kembali sebagaimana biasanya.

Ia mungkin menyukai Chanyeol, tapi perasaan ini tak sepadan. Tidak dengan persahabatan yang mereka bertiga miliki. Dia hanyalah orang luar, dia tidak ingin merusak persahabatan yang telah terjalin sangat lama hanya karena masalah asmara.

"Mungkin kau benar." dan jawaban Bobby mengakhiri dan mengawali segalanya.

Chanyeol tersenyum lega.

----

Harooohaaaaa...Sweetheart 💕💕💕💕

Selamat datang di Chapter transisi ini. Masa-masa tarik ulur sudah berakhir, sekarang adalah...Drama time...Lol. Hope you enjoy the ride.

Btw, Thanks atas Voment-nya sejauh ini, saya sangat senang sekali terhadap apresiasi kalian. 💛💛 sampe terharu kadang-kadang /apaan/

Ikutin terus High Heels yawwww...

Sampai jumpaaaaaaaaaa..

Love, Jade Gaara 💛💛💛

HIGH HEELS (PCY)Where stories live. Discover now