Bab 22

30 8 5
                                    

Cinta tuh aneh. Terkadang saat dia sudah pergi, kita baru bisa merasakannya.

Hay Ladies Hay Boy

💦💦💦

Waktu terus berjalan dan waktu tak akan pernah terulang walupun itu hanya satu detik. Tak terasa hari ini tepat satu tahunnya Vanda pergi meninggalkan mereka semua. Lidya tersenyum menatap batu nisan yang tertulis Vanda Delwyn. Saat Lidya mengetahui di mana Vanda di makamkan, saat itu juga setiap dua minggu sekali Lidya mengunjungi makan Vanda.

"Hai Vanda, apa kabar?"

"Ga kerasa ya, hari ini tepat satu tahunnya lo ninggalin kita semua. Dan makasih atas ginjal yang lo berikan ini, karna berkat lo, gua masih bisa menikmati hidup selama satu tahun ini. Gua janji gua akan selalu menjaga ginjal pemberian lo, kalo gua ngelukain ginjal ini sama saja gua melukai lo. Oh iya, tiga hari lagi adalah lomba semi final menyanyi gua di Inggris, semoga lo bisa lihat gua ya di sana. Dan gua minta maaf kalo nantinya gua akan susah ngejenguk lo," ucap Lidya dengan senyuman, ia sudah berjanji pada dirinya kalo dia akan merelakan Vanda dan Miko, maka dari itu ia sangat berusaha menahan sekuat tenaganya agar air mata itu tidak meluncur di pipinya.

"Vanda, gua pamit dulu ya. Nanti pasti gua ke sini lagi untuk menjenguk lo."
Perlahan Lidya mundur. Lalu setelah sedikit jauh dari makam Vanda, ia mulai berjalan dengan cepat.

💝💝💝

"Lidya lo ga lupa bawa pasporkan? Terus lo ga lupa jugakan bawa kartu hotel buat tempat lo di sana? " tanya Linzy.

"Di sana lo jangan lupa makan ya, terus kalo udah sampe London telpon kita, Ok?" ucap Linzy dengan sangat cepat, sontak membuat Lidya menahan tawanya.

"Tenang gua udah bawa semuanya ko, lagian juga ada Marvel yang jagain gua, jadi gua ga akan kenapa-napa," ucap Lidya dengan senyuman. Ada rasa tenang saat Lidya mengatakan itu, Lidya yang mereka lihat sekarang berbeda dengan Lidya yang mereka kenal dulu. Lidya yang sekarang jauh lebih ramah berbeda dengan Lidya yang dulu.

"Lo kapan pulang?" tanya Luna.

"Minggu depan."

"Gua boleh ikut?" ucap Lisa.

Lidya menggeleng. "Gua mau lomba bukan mau piknik Lisa." ucap Lidya.
"Lidya, hati-hati ya, dan semoga lo berhasil," ucap Rio.

"Makasih Rio."

"Lidya, jangan lupa oleh-oleh ya," ucap Mahesa. Lidya tersenyum dan mulai memeluk semua sahabatnya.

"Makasih ya semua, kalian udah selalu ngedukung gua," ucap Lidya.
"Sama-sama Lidya, kitakan sahabat, jadi jangan sungkan minta bantuan ke kita," ucap Luna.

"Udah jangan pelukan mulu, dengerin tuh, pesawatnya udah mau terbang," ucap Marvel.

"Ih bentar lagi," keluhnya.

Tanpa persetujuan Marvel langsung menarik kerah belakang Lidya, sehingga ia harus berjalan mundur.
Sedangkan yang lain hanya tertawa dibuatnya. Lalu mereka melambaikan tangannya.

💝💝💝

Hampir lima belas jam Lidya dan Marvel harus duduk di dalam pesawat. Rasa pegal dan letih sangat mereka rasakan, tapi itu semua bisa teratasi karna suasana malam yang begitu indah di London. Lampu Tower Bridge sangat memukau mata Lidya, sudah lama ia tak melewati jembatan tersebut.

"Masih indah seperti dulu," gumam Lidya.

"And will be like that," gumam Marvel.

"Masih jauh tempatnya?" tanya Lidya.

Hey Ladies Hay Boy   ( SUDAH TERBIT! ) Where stories live. Discover now