SEMBILAN - PINTU HATI

Start from the beginning
                                    

"Gue gak jalan sama dia, dia nya yang minta gue buat pulang bareng" Aku berusaha memberikan alibi se rasional mungkin.

"Tapi lo mau kan? Tapi lo akhirnya masuk dan diantar sama dia kan?" Tegas Maya, Maya tertunduk.

Mampus deh gue, Maya kan suka banget sama Mahesa. Kalau dia ngambek bagaimana ini?

"May,nggak gitu. Gue Cuma – "

"May, please gue ga bermaksud nikung lo buat dapetin Mahesa, gue tau lo naksir berat sama dia. Tapi asli gue ga ada perasaan apa-apa sama Mahesa"

Maya mengangkat wajahnya, matanya keras menatapku.

"Kanaya,Pokonya mulai detik ini lo harus punya perasaan apa-apa sama Mahesa"

Hah? Maksudnya?

"Maksud lo May?"

"Iya gue mau lo ada perasaan dengan Mahesa. Lo tau sukanya gue sama Mahesa hanya sekedar suka, dan gue akan seneng jika lo bisa dapetin Mahesa. Mahesa juga sepertinya demen sama lo"

DEG!

"Gue hanya gak mau lo terus-terusan menutup diri untuk seseorang yang bahkan ninggalin lo tanpa penjelasan, Nay. Dan kini saatnya lo untuk membuka pintu hati kembali, dan Mahesa lah orangnya"

Hatiku berdesir mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Maya. Maya ada benarnya, aku tidak harus membuat luka semakin dalam. Saatnya aku bangkit dan membuka pintu hati walau sebenarnya aku tidak mempunyai perasaan apa-apa dengan Mahesa – belum memiliki perasaan apa-apa.

"Jadi lo ga marah sama gue May?"

Maya mendengus

"Gue justru akan marah jika lo terus-terusan mikirin si Biru, yaudah gue mau ke meja gue dulu. Nanti siang makan dimana btw?"

"Nanti gue kabarin deh, yang jelas gue harus kelarin laporan gue buat nanti siang" Jelasku

"Yaudah gue balik lagi deh ke meja gue, gue gak mau ganggu cikal bakal nyonya Mahesa" Maya meledek

"Sialan lo" umpatku.

***

Jam 11.00 aku sudah berada di ruangan meeting, agenda kali ini adalah untuk membahas mengenai anggaran bulanan kantor, beberapa direksi perusahaan dipastikan akan hadir begitupula dengan beberapa ketua divisi. Dan ketua divisi Advertising mempercayakan aku untuk membuat laporan program promosi selama sebulan terakhir.

Aku mempersiapkan ruangan yang dibantu oleh Maya dan kru advertising lainnya. Beberapa menit kemudian satu per satu ketua Divisi memasuki ruangan meeting, tak lama setelah itu ketua Direksi dan Ceo yang aku kenal sebagai Mahesa datang dan duduk di tengah-tengah meja bundar menghadap layar presentasi. Seperti biasa meeting dibuka oleh masing-masing program dan progress dari ketua divisi juga kendala-kendala yang ada disetiap divisi.

Mahesa membuka acara meeting siang itu, Mahesa memakai jas berwarna abu dengan kemeja yang nyaris seirama dengan dasi. Mahesa tampak selalu berkharisma sebagai CEO perusahaan. Bagaimana tidak, selain parasnya yang tampan seperti model timur tengah dan juga badannya yang atletis, Mahesa juga pandai untuk mengatur segala hal tentang perusahaan sebesar ini. Pantas saja jika Mahesa digilai oleh semua karyawan di kantor ini.

Aku salah tingkah ketika Mahesa menatapku, dia tersenyum manis lalu tatapannya kembali ke layar monitor untuk mendengarkan ketua divisi Hrd yang sedang menjelaskan tentang perekrutan karyawan. Pak William, ketua Divisi advertising bersiap untuk mem presentasikan laporan beberapa klien , aku menyerahkan berkas kepadanya. Setelah ketua divisi Hrd selesai, Pak William bangkit untuk menggantikan posisi ketua divisi Hrd. Mahesa kembali menatapku, jujur aku semakin salah tingkah. Tatapan tajamnya mampu membuat berkas yang aku pegang terjatuh dan berhamburan ke segala arah.

RUANG LUKA (END)Where stories live. Discover now