08 ~ She has been Found

85 14 6
                                    

Oktober 2044.
Roppongi, Minato-ku.
Gedung Utama SHIP Foundation.

Tamadate Shota mengirim pesan 'penting' kepada seluruh teman sejawatnya secara mendadak. Pesan singkat yang menyuruh mereka segera hadir ke ruang pribadi pemimpin SHIP Foundation. Setelah membaca pesan tersebut, spontan mereka mengira ada yang tidak baik terjadi pada Shu. Mereka-Yahiro, Kanon, Ayase, dan Tsugumi-tergesa menuju ruangan pemimpin organisasi tersebut.

Yahiro duluan yang membuka pintu. "SHU!" panggilnya panik.

Shu menoleh ke pintu, agak terkejut mengapa empat rekan sejawatnya begitu tergesa masuk ke ruangannya. Tapi ia tetap santai dan menaikkan tangan kanan sebagai sapaan. "Ya, Yahiro! Aku keren, tidak, pakai kacamata?"

Yahiro, Kanon, Ayase, dan Tsugumi terpegun melihat Shu dalam keadaan baik-baik saja. Bahkan ngelantur dengan menanyakan penampilannya mengenakan kacamata cokelat. Keempatnya langsung melirik Shota tajam bagai seorang pelaku penipuan yang telah meraibkan uang berjuta-juta.

"Shota-kun, maksudmu apa?" geram Ayase, memangku tangan di dada.

Tsugumi yang mendorong kursi roda Ayase bergumam setuju. "Hampir saja aku jantungan dengan pesanmu!"

"'Penting! Segera ke ruangan Shu!'," tambah Kanon langsung memperbaiki letak kacamata.

"Waw, waaaw! Tenang dulu semuanya!" Shota gelagapan, tidak sangka pesan singkatnya disalahartikan.

Yahiro ingin menimpali, bahkan ingin menjewer keras telinga Shota, tapi ia langsung berfirasat. Ia melangkah ke arah Shu, terus menatap kacamata yang dikenakannya lekat. Kedua bola mata Shu bergerak seakan panik-tidak, dengan sikap temannya itu semakin canggung ditatap terlalu lama. Ketiga gadis di belakang Yahiro pun menyusul. Tidak memerhatikan apa yang disadari Yahiro.

"Shu..., kau ... bisa melihat?" ungkap Yahiro ragu.

Shota tersenyum puas.

Kanon, Ayase, dan Tsugumi langsung membelalakkan mata mendekati Shu.

"Kalian terlalu dekat!" ungkap Shu jengah.

"Benarkah?" kaget Tsugumi paling antusias.

Shota terkekeh, semakin lama semakin keras. "Hahahaa!! Bagaimana? Semua upayaku akhirnya berhasil, kan?"

Kanon menoleh ke Shota, sangat kebingungan, lalu menatap kedua mata Shu di balik kacamata itu lekat. "Ba..gai..mana bisa?"

"Shu, coba tebak berapa jari yang aku naikkan?" ungkap Ayase yang hanya bisa mendongak menatap pemuda di hadapannya.

Shu mengadahkan pandang, lebih tepatnya menatap Ayase, lalu tersenyum. "Kau tidak menaikkan satu jari pun, Ayase," jawab Shu mantap.

Ayase sadar mata Shu benar-benar melihatnya. Spontan wajahnya memerah, tidak sangka Shu bisa menebak dengan benar. Ia merasa seperti orang bodoh. Tapi kemudian ia ikut tersenyum senang. "Shu, benarkah matamu bisa melihat?"

Shu tersenyum jengah menatap masing-masing raut teman-temannya. "Tidak sesempurna penglihatan normal. Tapi cukup membantuku 'melihat'."

Melihat keempat rekan 'sehidup-semati'-nya kebingungan-sangat-Shota berinisiatif menjelaskan alat buatannya itu. "Ekhem! Mari aku jelaskan," ungkapnya seakan seorang pramuniaga yang akan mempromosikan dagangannya, "ini bukanlah kacamata biasa. Ini adalah alat reseptor-penerima-visual yang direkam oleh dua kamera kecil yang ada di dalamnya, lalu alat ini akan menerjemahkannya dalam kode sederhana yang dapat ditangkap oleh kontak lens yang dipakai di kedua mata Shu. Kontak lens ini khusus, bisa dibilang canggih dan aman dipakai!"

Guilty Crown: The Righthand of Eve ~She's the Queen~ [END]Where stories live. Discover now