Namanya Axel

22 1 0
                                    

Alisa sudah berganti pakaian, seragamnya sudah berubah menjadi baju kaos abu-abu dan celana panjang abu-abu sedikit longgar. Yap, ia memang cinta abu-abu.

Abu-abu itu menenangkan baginya. Barangnya hanya berwarna abu-abu dan beberapa warna monokrom.

Kemudian Alisa membaringkan tubuhnya di tempat tidur, menatap langit-langit yang dipenuhi bintang plastik. Fyi, kalau gelap bintangnya akan bersinar.

Tok tok tok

"Masuk aja kak" teriaknya. Memang kalo siang, hanya ada dirinya dan Iqbal. Jadi, bisa di tebak siapa itu.

"Udah makan belum?" Hanya kepala iqbal yang muncul dibalik pintu.

Alisa menggelengkan kepalanya.

"Hayuk makan KFC"

"Ayuuuuukkkkkk" kalau masalah makanan cepat saji satu itu, Alisa takkan menolak.

Perempuan itu bangkit dari tidurnya, kemudian memakai cardigan hitamnya dan mengikat rambut coklatnya.

"Aku siap Aku siap Aku siap" Alisa bertingkah seperti spongebob yang ingin ke krusty crab.

"Dasar bocah" Iqbal mengacak rambut Alisa kemudian merangkul bahunya.

****
"Ini diaaa pesanan kamu" Iqbal memberikan nampan berisi beberapa potong ayam dan nasi.

"Terimakasii" Alisa tersenyum manis lebih tepatnya sok imut. Iqbal hanya tertawa melihat tingkah kekanakan Alisa. Memang sepupunya itu sangat masih polos.

"Oiya kak, tadi aku liat banyak anak sekolah lain ke sekolah kita. Ngapain ya?" Tanyanya.

"Biasa, ada artis disekolah"

"Wah, kewren dwong. Akhu jhuga mhau foto ah"

"Abisin dulu yang dimulut, baru ngomong" tegur Iqbal. Cepat-cepat Alisa menelan makanannya.

"Emang beneran artis?" Iqbal mengangguk.

"Artis instagram"

"Instagram apa?" Alisa memasukkan sesuap nasi kedalam mulutnya. Iqbal tersedak mendengar pertanyaan Alisa.

"Kamu gak tau instagram?" Iqbal tak percaya, anak seumuran Alisa tak punya instagram?

Alisa menggeleng

"Gak punya"

"Kakak beliin kamu smartphone, kamu gunain buat apa?"

"Hp pada umumnya, telpon trus sama sms. Aku gak tau gunainnya kak" jawab Alisa cuek.

"Yaudah nanti kakak ajarin ya" Alisa mengangguk, kakaknya memang paling pengertian.

Setelah menghabiskan semua makanannya, Alisa benar-benar tak bisa bergerak dari bangkunya. Ia sangat-sangat kekenyangan. Mungkin kalau ini dirumah, dia sudah tidur di sofa.

"Alhamdulillah, kenyaaaaaanggg" katanya sedikit keras. Iqbal menutup wajahnya, malu melihat tingkah adik sepupunya ini.

"Berisik kamu, diliatin orang" bisik Iqbal. Alisa hanya tertawa tak bersalah.

"Yoo bal, cewek baru lo?" Alisa mendongak, melihat siapa yang berbicara.

Cowok, pasti temannya kak Iqbal.

"Kalo iya kenapa? Mau lo rebut juga?"

Oke, sepertinya tebakan Alisa salah. Ada nada tak suka di kalimat Iqbal itu.

"Masih marah aja lo sama gue. Santai dong" cowok itu tertawa bersama 2 temannya. Seprti meremehkan Iqbal.

"Gue gak marah sama lo, gue marah sama kebodohan gue sendiri. Gue bodoh mau berteman sama yang doyan makan temen kayak lo" sindiran keras dari Iqbal pasti berhasil menohok hati cowok itu.

Walaupun tadi ada ekspresi yang tak Alisa mengerti diwajah cowok itu, tapi sekarang ia sudah memasang tampang mengejek kembali.

Cowok itu duduk disebelah Alisa, temannya yang lain sudah duluan keparkiran.

"Cewek lo cantik juga" katanya sambil memperhatikan Alisa.

"Oh, sayaa bukan-" baru saja Alisa ingin menjelaskan yang sebenarnya, Iqbal memotong pembicaraannya.

"Iya dong, kalo punya temen emang semuanya cantik kok"

Skor sementara 2-0, cowok itu hanya diam mendengar sindiran Iqbal.

"Kalo gue rebut lagi, gimana menurut lo?" Pertanyaan bodoh.

"Silahkan jika anda bisa" senyum mengejek terbentuk di bibir Iqbal.

Cowok itu hanya mengangguk, kemudian berjalan menjauh dari tempat Iqbal dan Alisa duduk. Alisa memperhatikan cowok itu, sepertinya ia pernah lihat. Tapi dimana?

Sekarang 3 orang cewek berbicara dengan cowok itu dan mengajaknya berfoto. Cowok itu artis? Mungkin teman lama yang tak sengaja bertemu, tak mungkin teman Iqbal seorang artis.

"Jangan diliatin begitu"

Alisha mengalihkan pandangannya dari cowok bertubuh tinggi itu.

"Jangan mau sama dia. Dengerin kakak"

Alisa yang tak mengerti maksudnya hanya mengangguk. Tak berani ia berbicara, bahkan hanya sekedar bertanya 'mengapa?'. Ekspresi Iqbal sangat menyeramkan sekarang.

"Kita pulang? Mood kakak memburuk" Iqbal memijit pelipisnya.

"Kalo gitu, kita jalan-jalan dulu gimana? Akukan belum pernah keliling Jakarta" Dasar Alisa tak paham situasi.

"Besok aja gakpapa ya? Kakak pusing" Alisa mengangguk lemah, kasian kakaknya sakit. Sakit hati kenapa jadi sakit kepala? Alisa benar-benar tak paham urusan hati.

Kemudian mereka berdua keluar dari KFC. Iqbal memperhatikan mobil hitam yang bergerak melewati mereka.

Ah, cowok yang tadi. Cowok itu membuka kaca jendela mobilnya, melambaikan tangan pada Iqbal dengan sedikir genit.

"Cowok homo?" Gumam Alisa. Kata Asep, kalau laki-laki memperlakukan laki-laki lainnya seperti pacarnya berarti dia homo.

Bagi Alisa, melambaikan tangan itu salah satu kode bahwa cowok itu menyukai Iqbal? Hah? Gawat, kakaknya suka pisang juga?

Melihat ekspresi datar Iqbal, Alisa menghela nafas lega. Untung saja Iqbal tak membalas lambaian cowok itu. Kalau tidak, fix, sudah pasti sepupunya itu homo.

Alisa mengenakan helm yang diberikan Iqbal. Helm ini memang kebsaran untuk kepalanya yang kecil, Iqbal berjanji akan membelikan yang baru nanti. Alisa memang adik sepupu yang beruntung.

"Udah?" Tanya Iqbal memastikan bahwa Alisa sudah nyaman didudukannya.

"Sudah"

"Pegangan ya"

"Iya kak"

Brmmmmm

Motor itu melaju cepat, Alisa semakin mengeratkan pegangannya kemudian menutup matanya. Ia trauma jatuh dari motor bersama Asep di kampung.

Sepertinya dengan cara ini Iqbal melampiaskan kekesalannya. Pacar direbut teman sendiri, hah sungguh miris. Iqbal bersumpah, ia tak marah pada Vani maupun Axel, cowok itu namanya Axel.

Iqbal marah pada dirinya sendiri karena berteman dengan Axel.

Takkan Iqbal biarkan Axel menyentuh Alisa sedikitpun. Ia tak mau semua yang disayangnya beralih ketangan Axel.

Alisa, adik sepupunya yang dianggap adik sendiri, anak sebatang kara yang polos, takkan Iqbal biarkan siapapun menyakitinya.

"Kak" suara Alisa terdengar di telinga Iqbal sayup-sayup.

"Nama temen kakak tadi siapa?" Ternyata Alisa masih memikirkannya? Astaga anak ini memang tak pernah tau situasi.

"Axel" teriak Iqbal kemudian semakin menancapkan gasnya.









My Possessive SelebgramWhere stories live. Discover now